Curi-Curi Rezeki

"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat. (Ar-Ra'd: 26)"

Oleh. Choirin Fitri
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Banyak orang bilang rezeki itu enggak mesti berupa uang. Sehat juga rezeki. Jodoh juga rezeki. Bahkan, anak juga rezeki. Iya, enggak sih?

Nyatanya, saat ini rezeki selalu diidentikkan dengan uang. Kalau enggak punya uang, dibilang enggak punya rezeki. Sepertinya, inilah efek kapitalisme. Semuanya dinilai dengan uang. Sampai-sampai prinsip hidup mereka, "Time is money" alias waktu adalah uang jadi standar kehidupan. Sehingga, segala cara dilakukan hanya demi sebuah kata, uang.

Memang sih, segalanya saat ini butuh uang. Namun, perlu dicatat! uang bukan segalanya. So, dengan pemahaman ini, saat ingin memperoleh uang kita enggak bakalan nabrak syariat. Jika halal kita bakal ambil. Sebaliknya, jika haram bakal segera kita tinggalkan.

Memang benar, uang salah satu bagian dari rezeki yang Allah berikan untuk memenuhi hajat hidup kita. Apalagi dalam sistem kapitalisme saat ini segalanya butuh uang. Bahkan, ke toilet umum pun, hanya sekadar buang hajat, selembar uang abu-abu bisa melayang ke kotak di depan toilet. Iya gak?

Nah, karena uang adalah salah satu bagian dari rezeki, maka cara nyarinya ada aturan bakunya. Gak boleh sampai mencuri kayak para pencuri berdasi alias koruptor saat ini. Mereka berani mengambil jalan haram demi uang yang membuat mereka masuk jajaran orang kaya. Miris banget ya?

Padahal, firman Allah dalam surah Ar-Ra'd Ayat 26 Allah mengingatkan, Dialah yang melapangkan dan membatasi rezeki hamba-Nya.

اَللّٰهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ ۗوَفَرِحُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا فِى الْاٰخِرَةِ اِلَّا مَتَاعٌ

"Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasi (bagi siapa yang Dia kehendaki). Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat."

Nah, percaya 'kan jika kaya atau miskin di mata Allah bukan ukuran mulia atau tidaknya seseorang? Mengapa? Karena, Allah telah melebihkan atau membatasi rezeki siapa saja yang Dia kehendaki. So, sudah dari sononya ada yang masuk golongan kaya. Ada pula yang masuk golongan miskin. Ada pula yang pertengahan alias biasa-biasa saja.

Dari sinilah kita dapat menentukan benang merah, jika memang ingin kaya, jangan sampai menghalalkan segala cara. Seperti korupsi. Haram gitu lho!

Mirisnya, kini mencuri rezeki alias korupsi banyak digandrungi. Enggak hanya kalangan punggawa negeri, rektor, hingga pegawai kelas teri pun banyak yang terciduk sebagai pelaku korupsi. Hal ini bisa terjadi karena saat ingin menjabat, para calon pemimpin mesti mengeluarkan kocek yang dalam. Tak heran jika kemudian saat jabatan didapat, mereka harus segera mengembalikan modal. Korupsi jadi jalan paling cepat dan patas untuk hal ini. Bagi mereka menunggu gaji yang tak seberapa, terlalu lama. Bisa-bisa saat mereka harus lengser dari jabatan, modal belum balik.

Lain cerita jika kasus mencuri rezeki alias korupsi ini terjadi di instansi lain. Bisa jadi karena gaya hidup kekinian yang berprinsip 'crazy rich' (gila kaya) akhirnya membuat seseorang memilih jalur korupsi. Mereka memilih kaya dengan cara instan, meski harus mengikuti arahan setan. Astagfirullah.

Padahal sebenarnya, Allah sudah mengingatkan dalam ayat 26 surah Ar-Ra'd bagian paling ujung bahwa kenikmatan dunia hanyalah sedikit dan sesaat. Kesenangan akhiratlah yang lebih abadi. Ibaratnya dunia hanya tempat mampir minum. Lalu, kita akan menempuh perjalanan jauh kembali.

So, sungguh amat disayangkan jika sampai kita terjebak pada kenikmatan sesaat ini. Kita mesti berjuang dan berusaha mencari rezeki yang halal. Rezeki halal inilah yang akan memberikan keberkahan dalam kehidupan kita. Selain itu, Allah pun akan rida dengan rezeki yang kita terima dari jalan halal, bukan haram. Rezeki halal ini pula yang akan membuat kita semakin taat pada-Nya.

Terakhir, kita mesti ingat bahwa mencuri rezeki adalah cara yang diharamkan Allah dan akan menghasilkan murka Allah. Bahkan, termasuk jalan yang mengundang azab Allah. Di akhirat kelak, kita bakal merasa rugi karena mengikuti langkah-langkah setan masuk neraka jahanam. Naudzubillahimindzalik.

Batu, 30 Agustus 2022[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Choirin Fitri Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Eljibiti di ASEAN Mulai Legal, Indonesia Harus Berani Mencekal
Next
Kecil-Kecil Jadi Transgender
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram