Gelar Bintang RI Adipradana untuk Ibu Iriana, Pentingkah bagi Rakyat?

Gelar adipradana Iriana Widodo

Gelar apa pun yang Rasulullah saw. sematkan kepada para sahabat dan menteri-menterinya merupakan gelar kehormatan yang memiliki makna yang sangat agung. Sejarah Islam menyimpan kisah yang fenomenal, yakni pemberian gelar Amirul Mukminin kepada Khalifah Umar bin Khattab. 

 Oleh. Yana Sofia 
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

 NarasiPost.Com-Guys, apa kalian pernah dengar gelar  Bintang Adipradana? Gelar ini akan diberikan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo kepada Ibu Iriana dan istri Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin, yaitu Wury Handayani. Di mana gelar Bintang Republik Indonesia Adipradana di berikan kepada Ibu Hj. Iriana, sementara gelar Bintang Mahaputera Adipradana kepada Ibu Wury Handayani. Dikutip detik.com, Kamis (03/08/2023). 

Kalian pastinya penasaran 'kan, Guys, apa itu Bintang RI Adipradana? Lantas, apa pula manfaat gelar tersebut bagi rakyat Indonesia? Mari kita bahas bersama, Guys!

Gelar dan Jasa

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6, Undang-Undang Nomor 20/2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan, Gelar Bintang adalah tanda kehormatan tertinggi berbentuk bintang. Gelar ini diberikan presiden kepada seseorang yang dinilai mempunyai jasa besar terhadap bangsa dan negara Indonesia.

Menurut Mahfud MD, semua istri presiden dan wakilnya yang terdahulu berhak mendapat bintang yang sama sesuai ketentuan perundang-undangan. Ya, walaupun kita belum yakin, apakah pantas istri pejabat tersebut mendapat gelar tersebut? Yang jelas, semua istri presiden dan wapresnya mendapatkan gelar ini, termasuk Ibu Iriana dan Ibu Wury. 

Untuk mengetahui lebih jauh tentang  Bintang Adipradana, gelar bintang ini ada dua jenis, Guys, yakni Bintang Republik Indonesia dan Bintang Mahaputera. Berdasarkan urutannya, Bintang Republik Indonesia Adipradana lebih tinggi dari Bintang Mahaputera Adipradana. Pertama, Bintang Republik Indonesia, terdiri dari: Bintang Republik Indonesia Adipurna, Bintang Republik Indonesia Adipradana, Bintang Republik Indonesia Utama, Bintang Republik Indonesia Pratama, Bintang Republik Indonesia Nararya. https://narasipost.com/opini/12/2022/gelar-bergengsi-bukan-lagi-karena-prestasi/

Kedua, Bintang Mahaputera terdiri dari: Bintang Mahaputera Adipurna, Bintang Mahaputera Adipradana, Bintang Mahaputera Utama, Bintang Mahaputera Pratama, Bintang Mahaputera Nararya. Selain itu, ada juga gelar-gelar lainnya, yakni Bintang Jasa Utama, Bintang Kemanusiaan, Bintang Penegak Demokrasi Utama, Bintang Budaya Parama Dharma, Bintang Gerilya, Bintang Sakti, Bintang Dharma, dan ada banyak Gelar Bintang lainnya menurut jasa penerima bagi negara. 

Lalu, apa itu Bintang Adipradana yang akan diberikan untuk Ibu Iriana? Bintang RI Adipradana ini, ternyata gelar kehormatan yang diberikan kepada mereka yang secara luar biasa menjaga keutuhan bangsa dan berjasa besar kepada negara Kesatuan Republik Indonesia. Bintang ini diberikan dalam bentuk selempang yang digunakan dengan cara diselempangkan dari pundak kanan ke pinggang kiri penerima. Selain selempang, penerima penghargaan juga mendapatkan patra yang dipakai di dada kiri pada saku di bawah kancing baju, dan piagam sebagai tanda pemberian bintang. Beberapa tokoh yang pernah mendapat kehormatan ini, di antaranya Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani, Menteri Dalam Negeri Basuki Rahmat, Perdana Menteri Kabinet Natsir (1950-1951) Mohammad Natsir, dan banyak lagi. https://narasipost.com/opini/12/2022/gelar-cuma-cuma-bagi-para-ternama/

Sudah jelas ya, Guys, status Bintang Adipradana itu apa. Nah, sekarang kita beralih pada manfaat dan urgensitas penghargaan itu sendiri, benarkah penerima telah berjasa "luar biasa" dalam menjaga keutuhan negara? Setidaknya dalam menuntaskan problem yang paling mencekik rakyat hari ini, yakni kemiskinan, Guys. Sudahkah negara memberikan kontribusi yang luar biasa, memikirkan bagaimana caranya agar rakyat bisa sejahtera? 

Faktanya, berbagai masalah yang berhubungan dengan kemiskinan kian hari kian melebar dan melahirkan berbagai masalah baru. Pengaruh yang paling besar adalah menurunnya tingkat daya beli masyarakat. Oleh sebab itu, rakyat kesulitan mencukupi gizi keluarga, makan makanan yang tidak layak, tinggal di wilayah kumuh, hingga mengalami stunting dan berbagai penyakit lain akibat gizi buruk. 

Fakta ini, bukanlah hal yang asing di telinga kita. Bahkan, mata kita mampu menetra ada banyak kaum melarat di sekitar kita. Ada anak-anak dekil di pinggir jalan yang tengah meminta-minta, ibu-ibu berwajah lesu yang sedang memikirkan apa makanan untuk besok, ada juga para ayah yang berpeluh dingin mengayuh becak,. Namun, tak ada pelanggannya. Jangan lupakan, Guys, latar rumah tempat tinggal mereka, di gang-gang sempit penuh sampah di pusat kota. Seluruh pemandangan ini adalah aib tercela yang menodai perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Di hadapan wajah pilu rakyat yang menangis darah karena kehidupannya yang kian menderita, gelar Bintang Adipradana yang katanya buah dari upaya "luar biasa" pejabat untuk negara, sungguh tak berarti apa-apa, Guys. Bagi rakyat miskin, hal ini tak lebih sebagai lelucon yang menggelitik. Karena rakyat sejatinya tahu, bahwa gelar kehormatan apa pun bentuknya hanya seremoni demi mengejar pengakuan diri. Sebanyak apa pun gelar itu memiliki tuannya, bukankah rakyat miskin tetap lapar? 

Gelar, Kehormatan, dan Tanggung Jawab 

Dalam Islam, gelar apa pun yang Rasulullah saw. sematkan kepada para sahabat dan menteri-menterinya merupakan gelar kehormatan yang memiliki makna yang sangat agung, Guys. Sejarah Islam menyimpan banyak kisah yang penuh pembelajaran, bagaimana sebuah gelar diberikan kepada sosok pemimpin dan pejabat negara. Salah satu kisah yang fenomenal adalah pemberian gelar Amirul Mukminin kepada Khalifah Umar bin Khattab. 

Pada sebuah kesempatan, Umar bin Abdul Aziz pernah bertanya pada Abu Bakar bin Sulaiman. Ia berkata, "Tiap surat yang ditulis dari Abu Bakar selalu diberikan tanda pengenal bahwa Abu Bakar adalah Khalifah Rasulullah saw., begitu pun dengan Umar bin Khattab. Lantas, siapa yang pertama kali mengubah julukan untuk Umar bin Khattab, kenapa julukannya berubah menjadi Amirul Mukminin?" tanya Umar bin Abdul Aziz.

Abu Bakar pun mengutip cerita dari neneknya yang bernama Asy-Syifa. Dalam kisah itu disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Umar pernah menulis surat kepada pejabatnya di Irak. Di dalam surat itu, Umar mengatakan ingin mengetahui lebih banyak tentang Irak dan meminta pejabat tersebut mengirim dua orang untuk membagikan informasi perihal Irak dan masyarakatnya. Mendengar permintaan Khalifah Umar, pejabat di Irak pun mengirim Lubaid bin Rabi'ah dan Adi bin Hatim. 

Kedua utusan yang ditunjuk ini pun berangkat dari Irak ke Ibu Kota Madinah, memenuhi panggilan Khalifah Umar. Pada saat keduanya sampai di Masjid Nabawi, mereka disambut oleh Amr bin Ash. Lalu, mereka pun berkata pada Amr bin Ash, "Bantulah kami yang ingin meminta izin untuk bertemu dengan Amirul Mukminin Umar."

Mendengar hal ini, Amr bin Ash heran, panggilan ini baru pertama kali didengarnya. Ia pun bertanya, "Mengapa kau memanggil khalifah dengan Amirul Mukminin?"

"Ya, karena Umar adalah pemimpin (amir), sementara kita adalah orang-orang beriman (mukminin), " jawab mereka.

Amr yang mendengar jawaban tersebut pun menilai panggilan itu sangat baik dan ia senang. "Demi Allah, tepat sekali engkau menyebutkan namanya," respons Amr. Kemudian, Amr pun menemui Khalifah Umar bin Khattab dan menyapa Umar dengan gelar yang diberikan utusan Irak, "Assalamu'alaika wahai Amirul Mukminin."

Umar kaget, panggilan ini baru kali ini ia dengar, ia pun bertanya, "Apa yang terlintas dalam benakmu dengan nama yang kamu sebutkan tadi, wahai Ibnu Ash? Beritahukan aku apa yang mendorongmu memanggilku dengan sebutan tadi?" tanya Umar heran. Lalu, Amr menceritakan pertemuan dan pembicaraannya dengan kedua utusan dari Irak tersebut. 

"Kedua utusan itulah yang memulai menyebutmu Amirul Mukminin, dan aku rasa sangat cocok untuk namamu, karena kami kaum mukminin dan Anda adalah amir kami." katanya. 

Begitulah, Guys, asal-usul gelar Amirul Mukminin diberikan kepada Khalifah Umar. gelar ini kemudian menjadi populer di seluruh Jazirah Arab, berlanjut hingga berabad-abad setelahnya, bahkan hingga detik ini Khalifah Umar bin Khattab masih Amirul Mukminin yang kita cintai. 

Yang perlu dicatat  di sini, Guys, bukan siapa yang memberi gelar, tetapi "mengapa gelar Amirul Mukminin bisa diberikan oleh dua utusan dari Irak dan orang lain yang mendengarnya membenarkan?" Terkait hal ini, mari kita buka sedikit lembaran sejarah kepemimpinan Umar bin Khattab saat beliau menjabat sebagai kepala negara. 

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab, wilayah kekuasaan Islam terbentang luas dari Jazirah Arab, Mesir hingga benua Afrika. Kekuasaan Islam meliputi Libya, Persia, Irak, Armenia, Khurasan, Azerbaijan, Barqoh, Bas Nisabur, Suriah, Yordania, Gaza, Baitul Maqdis, dan beberapa daerah di sekitar Laut Tengah. 

Pada saat itu, Khalifah Umar berhasil membuat gebrakan-gebrakan revolusioner dalam pemerintahannya. Dalam aspek pertahanan misalnya, ia menjamin keamanan dan ketertiban dalam masyarakat dengan mendirikan lembaga kepolisian dan korps militer, di mana para tentaranya digaji dengan layak. Di bidang hukum, Umar melakukan pembenahan peradilan Islam, menghukum pejabat yang korup tanpa ampun, dan meletakkan prinsip-prinsip keadilan hanya berdasarkan Al-Qur'an dan sunah. Dalam aspek ekonomi, ia menciptakan berbagai upaya untuk meningkatkan hasil kebun dan pertanian warga demi menjamin seluruh rakyat aman sentosa, pos zakat dan baitulmal melimpah, dan rakyatnya sejahtera. 

Pada suatu waktu, Khalifah Umar berpatroli dan dan ia bertemu dengan seorang ibu bersama anaknya yang sedang menangis karena kelaparan, Guys. Melihat kenyataan ini, Khalifah Umar pun sangat sedih.  sebagai pemimpin ia merasa telah gagal. Ia lalu pergi mengambil makanan, memanggulnya, mengaduknya, memasaknya, dan menghidangkannya untuk anak-anak yang lapar tersebut. 

Pernah suatu waktu, Madinah mengalami krisis pangan, Guys! Kelaparan mencapai puncaknya, ada banyak sekali orang lapar. Pada saat itu, Umar memerintahkan pejabatnya menyembelih hewan ternak untuk dibagi-bagikan kepada penduduk. Lalu, saat tiba waktu makan, para petugas memilihkan untuk Umar punuk dan hati unta. Umar lalu bertanya kepada petugas, “Dari mana ini?”

“Dari hewan yang baru disembelih hari ini,” jawab para petugas. 

“Tidak! Tidak!” kata Umar seraya menjauhkan hidangan lezat itu dari dirinya, dan berkata “Saya akan menjadi pemimpin paling buruk seandainya saya memakan daging lezat ini dan meninggalkan tulang-tulangnya untuk rakyat.” 

Nah, sekarang kita paham 'kan, Guys, kenapa gelar Amirul Mukminin layak untuk Umar? Semata karena Umar sangat bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Sehingga rakyatnya pun cinta kepadanya dan secara sukarela mengakui, "Engkau pemimpin kami ya Umar, dan kami adalah rakyatmu!"

Pengakuan rakyat kepada Umar, tidak lain  karena jauh sebelum gelar ini diberikan, Umar adalah sosok yang sangat peduli terhadap rakyatnya. Ia sadar bahwa di pundaknya ada amanah yang sangat besar, yakni melindungi rakyatnya dari berbagai ancaman, termasuk ancaman kelaparan. Oleh sebab itu, Umar sangat berhati-hati mengemban amanah sebagai  pemimpin dan senantiasa ingat akan pesan Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, “Imam (khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.”

Khatimah

Jadi jelas ya, Guys, gelar kehormatan yang diberikan untuk pejabat merupakan representasi tanggung jawab seorang pemimpin terhadap rakyatnya, sebagaimana tanggung jawab Umar terhadap seluruh rakyatnya. Oleh karena itu, sebelum disibukkan dengan gelar-gelar tertentu yang belum jelas jasanya di mana, ada baiknya para pejabat introspeksi. Sebagai sosok pemimpin sudahkah para petinggi menjalankan perannya dengan baik? Jangan lupakan bahwa setiap amanah akan diminta pertanggungjawaban, termasuk kepada rakyat miskin yang terzalimi. Pertanggungjawaban ini, tak bisa diwakilkan dengan gelar bintang, apa pun bentuknya. Wallahu a'lam bishawab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Heatwave Faktor Alam atau Salah Kelola?
Next
Menangislah
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

7 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
firda umayah
firda umayah
1 year ago

Sesungguhnya, rakyat hanya butuh aksi nyata para pejabat untuk menyelesaikan semua permasalahan hidup. Bukan mikirin apakah para pejabat penting untuk mendapatkan gelar atau tidak.

Sherly
Sherly
1 year ago

Naskah keren. Barakallah ❤️
Harusnya para pejabat dan istrinya tidak disibukkan dengan pemberian gelar, tapi action nyata dalam mengurus umat.

Lihat, maisb banyn rakyat yang miskin dan pengangguran. Menjaga keutuhan negara berarti, bisa mengayomi rakyat dengan sebaik-baiknya..

Aya Ummu Najwa
Aya Ummu Najwa
1 year ago

Klo boleh bilang ga nyambung deh ya guys..yang kerja suami eh yang dapat gelar istri..lagian gelar itu biasanya diberikan untuk mereka yang berjasa untuk negara atau rakyat kan ya? Bukan diberikan asal-asalan..

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
1 year ago

Pemberian gelar-gelar yang fenomenal namun bagaimana kiprahnya dalam mengayomi rakyatnya? Mestinya harus diwujudkan dalam kebijakan yang nyata dengan memperhatikan kesejahteraan dan keamanan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya.

sartinah828
1 year ago

Betul sangat mbak Ana. Kadang gak habis pikir dengan kebijakan penguasa hari ini. Mereka sibuk mengeluarkan gelar ini dan itu untuk pejabat lainnya. Tapi saat bersamaan, mereka tidak mampu menyelesaikan persoalan kemiskinan yang menjerat rakyat. Untuk apa gelar yang demikian itu ...

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Selendang itu tiada protes dikarenakan kebisuannya saat itu..

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
1 year ago

Isteri pejabat layakkah mendapat gelar sedangkan pekerjaan yang berhubungan dengan tugas negara bukankah suaminya? Isteri pejabat hanya di belakangnya support dan doa, semua isteri juga bisa mengerjakan itu.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram