Begitu pun kegemaran ngopi pemuda muslim, hal inibisa dimanfaatkan sebagai peluang dakwah dengan memanfaatkan fasilitas kafe sebagai tempat pertemuan, agenda, talkshow, serta kajian anak-anak muda dalam memperdalam ilmu Islam. Diyakini, cara ini mampu membawa suasana ngopi yang lebih rileks, hangat, dan penuh keakraban.
Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Siapa sih yang gak suka ngopi hari begini, katanya kalo gak ngopi gak gaul! Lho, kok bisa? Saat ini kopi telah masuk menjadi bagian dari gaya hidup generasi kekinian. Entah dari mana asalnya, tetapi gaya hidup minum kopi menjadi tren booming yang luar biasa hingga kini. Terlihat dari banyaknya kafe, coffee shop, kedai, restoran, yang kian menjamur di setiap sudut kota di berbagai wilayah Indonesia.
Tentang Kopi
Seperti diketahui sejarah kopi itu dimulai sejak abad ke-9. Walau pada mulanya kopi hanya ada di negara Ethiopia, biji-biji kopi asli ditanam oleh orang Ethiophia yang kemudian dibawa oleh bangsa Arab dalam rangka memperluas perdagangannya, hingga biji kopi ini pun meluas ke wilayah Afrika Utara. Sejarah mencatat bahwa kopi dijadikan minuman dan diklaim memiliki khasiat dan energi pertama kali di Ethiopia sekitar 3000 tahun yang lalu.
Dalam sejarah pun dikatakan kopi menjadi komoditas dunia, lebih dari 50 negara membudidayakan kopi di negaranya. Dalam kitab Inusi As-Shafwah bin AnfusiAl-Qohwah karya Sayyid Al Allamah Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad al Aidrus mengatakan bahwa biji kopi ditemukan pertama kali di Yaman, pada akhir abad ke-8 H oleh Imam Abul Hasan Assyadzily.
Dari sejarah biji kopi itu sendiri, ternyata sejarah kafe sangat menarik untuk diketahui. Sejak tahun 1555 (15 abad yang lalu) kafe pertama kali muncul di Turki saat kerajaan Utsmani berkuasa. Ibu kota Konstantinopel yang ramai saat itu, menjadikan kafe hanyalah sebuah tempat yang menjual minuman kopi saja. Jenis minuman kopi yang disajikan hanya sebatas kopi dan gula yang diseduh secara manual tanpa alat/mesin kopi yang modern.
Daulah Islam pada masa kekuasaan Utsmani, mulai melakukan kunjungan ke negara-negara Eropa di tahun 1669 (abad 16). Saat itu seorang utusan Sultan Mohammad IV membawa biji-biji kopi ke dalam banyak karung ketika biji kopi masih dianggap misterius oleh bangsa Eropa. Kunjungan ke Paris, Prancis inilah pertama kali kopi diperkenalkan. https://narasipost.com/opini/08/2022/ngopi-haram/
Di tahun 1670 barulah bangsa Inggris mulai menikmati kopi yang dianggap sebagai minuman para bangsawan dikarenakan harganya yang mahal dan biji kopinya berasal dari luar negaranya. Namun, bagi masyarakat Turki, biji kopi itu mudah ditemui dan mereka menggilingnya sendiri hingga halus untuk dinikmati. Bahkan masyarakat yang berkunjung ke dalam kafe di Kota Konstantinopel akan mencampurkan bubuk kopi tersebut dengan gula dan susu hingga rasanya menjadi lebih gurih dan enak dinikmati. Menu ini semakin tersebar dan menjadi favorit rasa kopi di kafe negara Eropa hingga ke seluruh dunia.
Kafe dan Perkembangannya
Begitulah kafe yang tersebar hingga ke negeri ini.Keberadaan kafe di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan tahun 1990-an kafe muncul pertama kali di Kota Jakarta. Konsepnya juga sama dan berkembang dengan kafe kekinian yang ada di Eropa, sebagai tempat yang digunakan oleh orang-orang untuk bersantai, berbincang-bincang, memesan makan dan minum sajian cepat saji, yang menghadirkan suasana santai dan nyaman. Para pengunjung diberikan fasilitas tempat duduk di dalamnya, walau terbatas jumlahnya.
Dari segi kesehatan, kopi mengandung antioksidan yang tinggi jika dikonsumsi dengan tepat, seperti kopi hitam tanpa gula yang dipercaya lebih sehat untuk dinikmati. Namun, saat ini kopi mulai berkembang pada rasa dan cara pengolahan untuk disajikan. Kini, kopi itu sendiri memiliki taste flavour yang unik dan berbeda. Dahulu kopi hanya diminati oleh orang tua saja dengan kopi hitamnya, tetapi kini ragamnya lebih bervariasi penuh sensasi rasa. Dan kini, proses pembuatan kopi pun dibuat dengan mesin kopi modern yang beraneka macam
Dari segi ekonomi, kafe dengan menu-menu kopi yang ditawarkan menjadi salah satu sentral usaha kopi yang membawa peluang kerja lebih banyak. Tidak hanya di sektor pertanian dari petani kopinya saja, tetapi juga dari pegawai kopi yang bekerja di kafe tersebut sebagai pencari nafkah keluarga. Akan tetapi, hari ini sistem perekonomian yang digunakan tidak lagi sama di saat kopi dan kafe pertama hadir di negara Islam, sepertihalnya Ottoman yang memberikan kemaslahatan di berbagai pihak. Kini sistem kapitalismelah yang mengendalikan kopi dan kafe yang hadir di masyarakat. Sehingga, wajar ketika peluang bisnis dianggap sebagai cara meraup keuntungan sebesar mungkin demi kesejahteraan sang pemodal kafe, yaitu pebisnis global kapitalisme tanpa melihat kesejahteraan orang-orang yang bekerja di balik kesuksesannya.
Antara Dakwah dan Ngopi
Mengapa ngopi dikatakan sebagai gaya hidup anak muda kini? Karena dalam sistem kapitalisme, banyak hal yang mengaitkan bahwa gaya hidup ngopi dilatarbelakangi oleh adanya pengaruh globalisasi yang kuat saat ini. Menjamurnya kedai kopi membuat kehidupan sosial generasi muda menjadi semakin konsumtif secara simbolik. https://narasipost.com/food/10/2020/5-manfaat-kopi-bagi-tubuh/
Namun, bagi setiap muslim, setiap perubahan yang terjadi dari masa ke masa, perubahan apa pun bentuknya pastilah memiliki hal positif yang bisa dikaitkan. Begitu pun kegemaran ngopi pemuda muslim, hal ini bisa dimanfaatkan sebagai peluang dakwah dengan memanfaatkan fasilitas kafe sebagai tempat pertemuan, agenda, talkshow, kajian anak-anak muda dalam memperdalam ilmu Islam. Diyakini, cara ini mampu membawa suasana ngopi yang lebih rileks, hangat, dan penuh keakraban. Sehingga diharapkan apa yang ingin disampaikan dalam dakwah akan masuk dengan mudah dan diserap dengan baik oleh anak-anak muda.
Karena dakwah adalah kehidupan bagi seorang muslim, dalam surah Ali Imran ayat 104:
وَلۡتَكُنۡ مِّنۡكُمۡ اُمَّةٌ يَّدۡعُوۡنَ اِلَى الۡخَيۡرِ وَيَاۡمُرُوۡنَ بِالۡمَعۡرُوۡفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ الۡمُنۡكَرِؕوَاُولٰٓٮِٕكَ هُمُ الۡمُفۡلِحُوۡنَ
“Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Sehingga, kafe yang kian menjamur ini pun memiliki nilai amalan yang baik jika dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dakwah Islam. Generasi muda akan semakin cerdas, kritis, dan mencintai Islam lebih baik lagi. Para pendakwah muda pun kian semangat memberikan dakwah mereka kepada para pemuda Islam. Selain ngopi-nya dinikmati, ilmunya pun dapat diambil.
Itulah mengapa generasi coffee kini memiliki tujuan yang lebih baik. Mereka bukan sekadar ngopi, tetapi ngopi yang Allah ridai. Merekalah generasi calon pemimpin umat, generasi cemerlang peradaban emas masa depan bersama Islam kaffah.
Wallahu a’lam bishawab.
Seringkali pemikiran-pemikiran Islam itu dapat dieksekusi dengan baik dan diterima dengan baik oleh target dakwah saat ngopi bareng
Ngopi rame-rame emang asyik. Kopi biasanya memang ada di agenda training atau pertemuan sebagai hidangan coffee break biar enggak ngantuk.
Baca judulnya kirain ngopi : ngobrol perkara iman, ternyta beneran kopi. Sy termasuk peminat kopi , tp kopi susu... apalagi kl siang hari ngantuk, pasti bikin kopi panas..
Kopi kafe dan dakwah : memanfaatkan satu trend generasi muda dengan kopi dan kafe nya itu jadi daya tarik tersendiri ya mbak ..
MasyaAllah penggemar kopi susu.. sama mbak nikmat banget
wah ngopi... enak tapi engga boleh kebanyakkan 😀
Bener mbak
Pas pertama baca judulnya, saya pikir ini ngopi (ngomong politik) hehe ... Ternyata ngopi beneran ya. Saya sebenarnya senang rasa kopi cuma gak berani minum, sedikit bolehlah. Di kampung saya mah gak ada kafe, kalau mau ngopi bikin sendiri, hehe ...
Ngopi ngomong politik maksudnya tadi, lah kok hilang itu tulisannya
He he iya mbak
MadyaAllah mbak … mengulik sejarah kopi dan kafe itu sendiri jadi ada sensasi pengetahuannya dan kekiniannya ditambah dengan tren generasi muda yang sedang marak hijrah - digabungkan jadi sesuatu yang menarik
Minum sedikit yang penting merasakan aroma kopinya ya mbak
Apa pun wasilahnya, dakwah tetap jalan ya. Hehe
Saya penyuka kopi, tapi bukan penikmat kopi.
Benar mbak mencari uslub terbaik
Yes mbak, penikmat kopi lebih jauh lagi level nya he he aku pun penulis kopi saja
Barakallah mbak Desi. Saya suka minum kopi, baik yang hitam atau yang lainnya. Kalau ide lagi buntu dibantu ngopi dulu donk. Tapi ngopinya di rumah saja. Tidak di kafe.
Di Surabaya juga ada Ngopi: Ngobrol Politik Islam oleh pemuda-pemuda gaul di kafe-kafe.
Wa Barakallah alaiik mbak Isty, bener banget mbak kopi sambil cari ide sangat membantu he he
Alhamdulillah Generasi kopi yang benar benar memanfaatkan kafe dan kopi nya untuk dakwah itu luar biasa