"Allah Swt. memberikan negeri ini sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang hebat-hebat. Tinggal bagaimana pengelolaan negara terhadap kekayaan yang kita punya juga memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada rakyatnya yang punya keahlian untuk mengelola. Negara harus berupaya maksimal untuk mandiri secara ekonomi."
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Jangan lupa oleh-olehnya ya! Ayo, siapa nih yang suka nodong minta oleh-oleh kalau ada teman atau kerabat yang pergi ke luar kota atau luar negeri? Minimal dibawain makanan atau suvenir aja sudah senang banget. Betul atau betul? Hehe…
Meminta atau dibawakan oleh-oleh hasil jalan-jalan memang sudah jadi kebiasaan umum di masyarakat kita. Asalkan gak memberatkan orang yang membawakannya sih gak apa-apa ya. Kadang-kadang ada lho orang yang senang banget bawa oleh-oleh buat teman atau keluarganya. Sebagai bentuk kasih sayang katanya. Duh, uwu banget sih. Tapi, ada nih buah tangan alias oleh-oleh yang bikin galau. Beneran? Memangnya apa sih oleh-olehnya?
Guys, kabarnya pemimpin negeri kita bawa oleh-oleh dana investasi ratusan triliun hasil berkunjung ke tiga negara di Asia Timur lho. Dilansir dari Tribunnews.com (30/7/2022), Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan ke Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Nah, hasil dari kunjungan itu Presiden Jokowi membawa oleh-oleh berupa kesepakatan kerja sama dan komitmen investasi 185 triliun rupiah.
Banyak pihak yang mengapresiasi positif kunjungan ini. Salah satunya dari Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Siti Ruhaini Dzuhayatin, yang mengatakan kunjungan Presiden Jokowi ke tiga negara itu membuktikan kalau negara kita bukan hanya sekadar pasar bagi ketiganya, tapi juga mitra yang nantinya juga akan meraup keuntungan (Kompas.com, 28/7/2022). Hmmm, menurut kamu gimana, Guys? Sebenarnya kunjungan ini membanggakan atau malah membahayakan sih?
Investasi Asing bak Serigala Berbulu Domba
Guys, banyak lho yang gak sadar dengan bahaya investasi yang diberikan oleh asing. Kelihatannya sih baik, padahal nanti bakal menerkam. Dia itu seperti jaring laba-laba yang siap menjerat serangga yang hinggap di atasnya. Lha, memang bahayanya apa? Bukannya bagus ya, berarti kita 'kan punya modal buat mengelola proyek-proyek negara? 'Kan hasilnya rakyat juga yang merasakan. Salahnya di mana? Eits, woles dong, gak usah ngegas. Kalem aja!
Kalau kita bicara bisnis, pasti ujung-ujungnya ada keuntungan yang mau diraih dong. Nah, para investor sebagai pemilik modal pasti sudah memperhitungkannya tuh. Biasanya akan ada kesepakatan mengikat pihak-pihak yang bekerja sama dan sudah rahasia umum kalau isi kesepakatannya lebih banyak menguntungkan pihak investor. Ini kalau urusan bisnis biasa ya, Guys.
Kalau sudah melibatkan negara, ada hal besar yang harus kita waspadai. Apa tuh? Ancaman kedaulatan ekonomi dan negara. Kok bisa? Ya bisa lah, karena di balik kerja sama ekonomi antarnegara bernama investasi asing adalah terkuaknya kondisi perekonomian negara yang sedang gak baik-baik aja dan saat ini lagi butuh dana buat biaya pembangunan. Alih-alih mengelola sendiri aset bangsa, eh malah mempersilakan negara lain untuk mengelolanya. Akhirnya, negara kita jadi gak mandiri dan bergantung terus kepada negara lain.
Kedaulatan negara juga bisa terancam gegara urusan investasi asing ini. Negara asing yang punya modal kuat, akhirnya memainkan peran dengan mengajukan perjanjian-perjanjian yang menguntungkan pihak mereka. Sekilas, isinya seakan-akan menguntungkan kedua negara, padahal mah jebakan batman! Kerja sama dengan asing juga seperti mempersilakan mereka kenal lebih dalam seluk-beluk, kekuatan, potensi, dan kelemahan negara. Ibaratnya kita tuh seperti ada di dalam akuarium dan negara asing sebagai pengamatnya. Dia akan leluasa banget mengamati dan tau apa saja isi akuarium itu. Dia tau jenis ikan yang ada di dalamnya dan bagaimana keadaannya. Ngeri banget 'kan?
Setop Investasi Asing
Guys, kenapa ya pemimpin negara kita gak belajar untuk sadar betapa berbahayanya kerja sama dengan asing apa pun bentuknya? Apalagi kerja sama dengan negara yang jelas-jelas memusuhi Islam dan pemeluknya seperti Cina. Kalian tahu 'kan bagaimana negara Cina memperlakukan saudara kita muslim Uighur? Belum lagi sikap mereka yang seenaknya masuk wilayah perairan kita tanpa izin. Terus apa iya mereka gak akan mangkir dari perjanjian? Buktinya, dalam kerjasama kereta cepat Jakarta-Bandung aja, pihak Cina secara sepihak minta Indonesia ikut mendanai proyek ini. Padahal awalnya mereka lho yang menyanggupi sebagai pemodal. Tuh, curang 'kan? Jadi, haram hukumnya kalau kita berhubungan dengan negara kafir fi'lan. Terus, gimana dengan Jepang dan Korea Selatan, 'kan mereka gak melakukan kekerasan terhadap muslim? Iya sih. But don't forget, Guys, kedua negara ini juga sebagai penyumbang kerusakan generasi bangsa lewat jualan budaya liberal mereka. Jadi ya sami mawon, alias sama aja.
Allah Swt. sudah memperingatkan lho, kalau kita gak boleh menjadikan orang kafir sebagai orang yang dipercaya. Apalagi jadi teman. Kenapa coba? Karena pada dasarnya mereka tuh benci banget sama Islam. Simak deh surah Ali Imran ayat 113 ini:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.”
Sebenarnya tanpa bergantung dengan investor asing, negara ini bisa maju kok. Allah Swt. memberikan negeri ini sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang hebat-hebat. Tinggal bagaimana pengelolaan negara terhadap kekayaan yang kita punya juga memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada rakyatnya yang punya keahlian untuk mengelola. Negara harus berupaya maksimal untuk mandiri secara ekonomi.
Islam punya solusi untuk membangun perekonomian negara, asalkan sesuai dengan hukum syarak. Sumber pendanaan negara dalam sistem ekonomi Islam adalah dari pengelolaan harta milik umum, fai', kharaj, jizyah, harta orang-orang yang tidak ada ahli warisnya, dll. Kalau negara sedang kesulitan keuangan, boleh kok menerapkan pajak kepada rakyat yang kaya atau meminjam dana dari mereka. Intinya, negara akan berupaya sekuat tenaga mengoptimalkan pengelolaan sumber daya yang dimiliki secara mandiri. Kalau negara punya kedaulatan ekonomi, dijamin deh gak akan lagi bergantung kepada negara lain. Kekuatan negara juga akan diperhitungkan, seperti halnya terjadi di masa kekhilafahan Islam. Kamu rela kalau negara kita terus bergantung pada asing? Mau sampai kapan? Wallahu a'lam bishshawab.[]