"Masa kekhilafahan Islam bisa dijadikan contoh bagaimana prinsip perencanaan wilayah yang baik. Sebab, menangani macet bukan lagi sekadar persoalan teknis tapi butuh perombakan sistematis. Mulai dari perubahan cara pandang tentang kepengurusan umat sampai kemauan sungguh-sungguh untuk menerapkannya."
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Macet lagi jalanan macet
Gara-gara si Komo lewat
Pak Polisi jadi bingung
Orang-orang ikut bingung
Hai, Guys! Tau lagu "Si Komo" gak? Lagu anak-anak ini ngehits banget lho di tahun 90-an. Dengan musik yang ceria, Kak Seto, sang pencipta lagu dan karakter Si Komo mau menyampaikan tentang kondisi jalan yang suka macet.
By the way, masalah macet, kayaknya identik deh dengan negara kita, terutama di Jakarta. Hampir setiap hari terutama jam berangkat dan pulang kerja, jalanan penuh dengan kendaraan. Kalau sudah macet, Guys, bisa berkilo-kilo meter panjangnya dan stuck berjam-jam. Duh, nyebelin banget gak sih? Sudah gerah, capek, bete banget pokoknya!
Berbagai solusi sudah dilakukan. Mulai dari pelebaran jalan, jalan layang, underpass sampai aturan ganjil genap, tapi kayaknya belum keliatan deh kesaktiannya untuk mengurai macet. Hadeeh!
Baru-baru ini ada usulan dari Polda Metro Jaya untuk mengubah jam kerja kantor. Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Latif Usman mengusulkan jam keberangkatan pekerja di DKI Jakarta diatur agar gak menumpuk di waktu yang sama. Usulan Polda Metro Jaya ini diapresiasi dong sama Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Pak Wagub bilang mau dipertimbangkan sih usulan ini (cnnindonesia.com, 23/7/2022). Hmmm, efektif gak ya?
Tapi Guys, ternyata para pekerja di DKI Jakarta gak satu suara lho sama wacana ini. Biasalah, namanya juga usul, pasti ada yang pro dan kontra. Iya kan? Pengusaha pun angkat bicara. Ketua Umum Asoasiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan, wacana pengubahan jam kerja itu gak efektif, karena kemacetan parah di Jakarta diakibatkan belum memadainya transportasi (CNBC.com, 12/8/2022).
Kenapa Jakarta Macet Terus?
Guys, kemacetan di Jakarta adalah salah satu persoalan serius di Jakarta selain banjir. Sudah beberapa kali ganti pemimpin, nyatanya Jakarta masih aja macet. FYI di tahun 2017, Jakarta pernah menduduki posisi ke-4 kota termacet di dunia lho. Parah gak tuh. Waktu itu, tingkat kemacetannya sebesar 61%. Peringkat ini makin membaik di tahun berikutnya sebesar 53% dan predikat kota termacet sedunia melorot ke peringkat 7.
Pada 2019 kemacetan Jakarta masih sama nih dengan tahun sebelumnya, yaitu 53%. Nah, perubahan signifikan terjadi pada 2020, di mana persentase kemacetan Jakarta turun jadi 36% dan tahun 2021 34%. Itu juga karena selama dua tahun kita mengalami pandemi dan adanya pembatasan mobilitas dengan aturan PPKM dsb. Perusahaan pun mengadakan sistem Work From Home dan pendidikan dilakukan secara daring. Kalau sekarang, Tom Tom Traffic Index mencatat, Jakarta ada di peringkat ke- 46 dunia (katadata.co.id, 2/3/2022).
Dirangkum dari berbagai sumber, coba kita urai nih, apa aja sih yang bikin jalan di Jakarta macet terus? Yuk chek this out!
1. Banyak kendaraan pribadi.
Dilansir dari Liputan6.com (26/1/2021), negara kita ada di urutan ketiga dalam jumlah kendaraan bermotor terbanyak di dunia setelah Cina dan Amerika Serikat. Jumlahnya fantastik lho, Guys mencapai 107.226.572 unit. Ck..Ck..Ck..Ck. Banyak banget!
Setiap hari, Jakarta kebanjiran 1130 unit kendaraan baru terdiri atas 240 mobil dan 890 sepeda motor. Wiihh, gak heran ya kalau jalan-jalan di Jakarta dan sekitarnya didominasi oleh sepeda motor.
Well, sebenarnya Islam juga gak melarang sih punya kendaraan pribadi lebih dari satu. Tapi kalau gak diatur ya bisa semrawut juga 'kan. Nah, upaya meminimalisasi banyaknya kendaraan pribadi di jalan raya, pemerintah seharusnya menyediakan transportasi massal yang aman, nyaman dan terjangkau untuk masyarakat. Memang sih, sudah ada Trans Jakarta, MRT atau KRL comutter line, tapi ternyata masih dirasa kurang memadai, Guys.
2. Jakarta pusat pusaran ekonomi.
Guys, harus diakui ya kalau Jakarta masih menjadi daya tarik penduduk kota penyangga untuk mengadu nasib. Beberapa kawasan bisnis dan ekonomi ada di Kota Jakarta. Sebut saja perkantoran di Jalan Sudirman, Kuningan, kawasan industri Pulo Gadung dsb. Nah, penduduk kota penyangga seperti Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bogor banyak yang kerja di Jakarta. Alhasil, tiap pagi dan sore rame banget dengan mobilisasi pekerja keluar masuk kota Jakarta.
Nah, kondisi ini harusnya jadi perhatian serius pemerintah. Harus diupayakan supaya kegiatan ekonomi bisa tersebar rata di seluruh kota. Jadi masyarakat gak perlu jauh lagi untuk berangkat kerja.
3. Pengendara gak disiplin.
Ini nih yang suka bikin darting alias darah tinggi. Banyak banget kejadian macet justru gegara pengendara yang gak disiplin. Sudah tau lagi macet di satu jalur, eh gak sabar terus nerobos keluar antrean. Akhirnya malah nutup jalur yang lain. Apalagi kalau lampu lalu lintas mati, semua maunya duluan. Jadi tambah macet deh.
Benahi Tata Kota!
Guys, perencanaan sebuah kota harus benar-benar diperhitungkan dengan cermat dan sangat dipengaruhi dengan ideologi yang diemban sebuah negara lho. Kok bisa? Apa hubungannya? Tentu ada dong.
Prinsip ideologi kapitalisme yang saat ini kuat banget mencengkeram kita adalah dapat untung sebanyak-banyaknya. Asal bisa menghasilkan duit, ya do it. Pemerintah cuma dibutuhkan sebagai pihak legislator atau pembuat kebijakan, sementara yang berkuasa sebenarnya adalah pihak yang punya duit. Jadi gak heran kalau pembangunan infrastruktur terkesan cuma buat menguntungkan segelintir orang tapi gak bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Sementara sebuah negara yang mengambil semua kebijakannya berdasarkan perintah Allah Swt. dan Rasul-Nya, punya prinsip memudahkan urusan rakyatnya sebagai bentuk tanggung jawab kepada Allah Swt. Sebagaimana doa Baginda Nabi saw.
"Ya Allah, barang siapa yang diberi tanggung jawab untuk menangani urusan umatku, lalu ia mempersulit mereka, maka persulitlah hidupnya. Dan barang siapa yang diberi tanggung jawab untuk mengurusi umatku, lalu ia memudahkan urusan mereka, maka mudahkanlah hidupnya." (HR Muslim)
Masa kekhilafahan Islam bisa dijadikan contoh lho bagaimana prinsip perencanaan wilayah yang baik bisa mengurangi kebutuhan transportasi. Dikutip dari laman Fahmi Amhar.com, ketika Baghdad dibangun sebagai ibu kota, setiap bagian kota direncanakan hanya untuk jumlah penduduk tertentu, dan di situ dibangunkan masjid, sekolah, perpustakaan, taman, industri gandum, area komersial, tempat singgah bagi musafir, hingga pemandian umum yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Bahkan pemakaman umum dan tempat pengolahan sampah juga tidak ketinggalan. Sebagian besar warga tak perlu menempuh perjalanan jauh untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya serta untuk menuntut ilmu atau bekerja, karena semua dalam jangkauan perjalanan kaki yang wajar, dan semua memiliki kualitas yang standar.
Nah, berarti terbukti dong kalau pembangunan sebuah kota direncanakan dengan rapi maka gak akan terjadi mobilitas besar-besaran masyarakat yang akhirnya bikin crowded. Jadi, bagaimana menangani macet bukan lagi sekadar teknis tapi butuh perombakan sistematis. Mulai dari perubahan cara pandang tentang kepengurusan umat sampai kemauan sungguh-sungguh untuk menerapkannya. Masih mau bermacet-macet? Wallahu a'lam bishawab.[]