Menuntut ilmu syar'i sangat penting agar kita bisa mempelajari Islam kaffah dan menjadikan hijrah secara total.
Oleh: Bedoon Essem
NarasiPost.Com-Assalamualaikum, Sob. Selamat tahun baru Islam, ya. Ups … kalian tidak ingat? Hemm … ini tahun baru kita Gaes, yang harus selalu kita ingat. Jadi, bukan tahun baru Masehi yang harus dirayakan dengan meriah.
Tahun baru Hijriyah adalah dimulainya penanggalan Islam yang dicetuskan oleh Khalifah kedua yaitu Amirul Mukminin Umar bin Al Khattab, yang didasarkan pada peristiwa hijrahnya Rasulullah shalallahu'Alaihi wasallam pada tanggal 1 Muharram.
Nah, hijrah itu artinya berpindah, Sob. Seperti yang dijelaskan oleh imam Ibnu Hajar Al Ashqalani dalam kitabnya Fathul Bari bahwa hijrah itu ada dua, yaitu hijrah badaniyah dan hijrah bathiniyah.
Hijrah badaniyah yaitu berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar menjadi lebih baik, dari segi kehidupannya. Sedang hijrah bathiniyah diartikan berpindah dari keadaan kelam menuju jalan taat, atau berpindah dari negeri yang tidak menerapkan Islam menuju negeri yang berhukum dengan aturan Islam.
So, hijrah itu hukumnya wajib, Gaes, bahkan dikatakan bahwa hijrah bagi seorang muslim adalah kepastian karena kita tidak boleh menetap dan berdiam diri dalam keadaan yang dapat membuat iman kita terancam.
Namun, oleh para ulama, hijrah juga disebut sebagai pemisah antara yang hak dan yang batil, Sob. Ketika memutuskan untuk berhijrah, kita akan mempunyai konsekuensi, yaitu meninggalkan kemaksiatan dan mengikatkan diri dengan atauran Allah. Kenapa mengikatkan diri? Karena manusia itu tempatnya salah dan lupa, maka ia harus senantiasa ingat dan bertobat. Setiap kali jatuh dalam lumpur kenakalan, segeralah bangkit untuk berbenah, minta ampun sama Allah, jangan malah tambah menjauh.
Hijrah itu tidak mudah, Teman, akan banyak rintangan menghadang di depan. Namun, hijrah juga bukan tak mungkin untuk dijalani. Ikuti saja apa yang sudah dicontohkan oleh para ulama pendahulu, kita tidak boleh membuat acara sendiri.
Ada sebuah syair yang ditulis oleh Imam As Syuyuthi, dalam kitab syarhnya untuk kitab Taqrib karya Imam An Nawawi rahimahullah,
"Kami membangun sebagaimana generasi pendahulu kami membangun. Kami berbuat sebagaimana generasi pendahulu kami berbuat"
Namun, jalan hijrah juga tidak memerlukan kualitas kecerdasan yang tinggi, cukup dengan menanamkan sifat tawadhu pada diri kita yaitu merendahkan hati. Ketika ada yang menasihati, kita terima dengan lapang dada, tidak merasa hebat, apa lagi suci, juga kemauan untuk terus menuntut ilmu Islam, Gaes.
Para ulama dulu mengambil pedoman hidupnya dari Al-Qur'an dan Sunnah, Sob. Jadi kalau kita ingin hijrah, ya harus berpegang pada dua hal ini.
Mengapa kita harus tawadhu dan terus menuntut ilmu? Karena seperti dikatakan tadi, saat hijrah pasti banyak rintangan, bisa dari diri sendiri yaitu rasa pongah atau sombong dan juga lalai. Inilah dua hal yang menjadi penghambat peningkatan kualitas keimanan.
Kadang ketika kita baru belajar, timbul rasa tinggi hati dan juga sombong kepada orang lain, juga hati sering lalai karena merasa sudah menapaki jalan taat, sudah saleh, dan merasa aman dari azab. Karena itu, sering kita lihat orang yang baru berhijrah merasa benar sendiri, dan suka menyalahkan orang lain. Na'udzubillah, ya, Sob.
Hijrah itu harus total, Gaes, tidak boleh setengah-setengah. Masuk dan pelajari Islam yang Kaffah, agar hijrah kita juga total. Di sinilah perlunya menuntut ilmu yang syar'i. Namun, ilmu ini tidak boleh berhenti hanya dalam diri kita saja. Ini harus didakwahkan agar menjadi pundi-pundi pahala. Maka dari itu, jelas bahwa terjadi hijrah yang total, yaitu dari diri yang penuh kedekilan dan kenakalan, menuju pribadi yang saleh dan juga muslih, yaitu pribadi yang tak hanya cukup menyalehkan diri sendiri, tetapi juga mempunyai pengaruh positif bagi lingkungannya.
Hijrah itu lebih sulit jika sendirian Sob, karena jalan ini pasti akan berpengaruh pada hidup kita dan juga lingkungan kita. Maka akan lebih mudah jika hijrahnya bareng-bareng. Biar kita ada penyemangat dan penopang untuk istikamah, maka ajak teman-teman untuk ikut menapaki indahnya jalan hijrah.
Dari sini diperlukan tak hanya individu saja yang hijrah, tetapi juga hijrah komunal maupun global. Inilah hijrah secara kafah dari diterapkannya aturan nonIslam menuju penerapan Islam secara total, agar kita menjadi muslim yang bertakwa secara menyeluruh.
Takwa adalah nasihat utama yang harus terus disampaikan oleh dan kepada setiap muslim. Hal ini karena iman dan takwalah yang akan menentukan posisi kita di hadapan Allah dan juga tempat tinggal kita kelak di akhirat. Karena itu, iman dan takwa ini harus dijaga. Jika kita berada dalam situasi atau tempat yang bisa membahayakan iman, maka wajib bagi kita untuk hijrah.
Sob, kalian tahu, bahwa risalah Islam diturunkan untuk seluruh alam semesta? Maka dari itu, hijrah adalah kepastian, the only one choice, Gaes! Kita adalah generasi muda Islam, maka harus semangat dan terus istikamah dalam memperjuangkan Islam. Jangan malas apalagi berbalik arah. Karena kita adalah pewaris peradaban Islam, so, hijrahlah dengan total.
Wallahu a'lam[]
Photo : Pinterest