"Generasi muslim itu adalah generasi terbaik yang telah Allah persiapkan untuk melakukan misi besar mengembalikan kehidupan Islam. Kenapa kita tidak fokus pada status tersebut saja? Belajar, berkarya, dan berdakwah untuk memahamkan sesama. Generasi seperti inilah yang umat rindukan. Generasi yang bermanfaat untuk umat, bangsa dan tentu saja bagi agama."
Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Gaes, kelakuan generasi saat ini kian meresahkan. Baru-baru ini ada TikToker yang dengan beraninya menyebar konten vulgar. Tidak lain adalah pemilik akun TikTok @babbyca666, dengan inisial nama aslinya RAM, asal Sumatra Utara. Gadis berusia 22 tahun ini viral setelah membagikan konten dengan menampakkan payudara. Nastaghfirullah!
Seperti dilansir Detik.Com, Sabtu (28/5/22/2022). Si RAM ini nekat pamer aurat karena ingin tenar dengan cara instan, "Saya cuma ingin naikkan follower tapi mungkin dengan cara yang salah," begitu kata dia. Dia menyesal setelah dihujat dan dipermalukan oleh warganet se-Indonesia. Walah, Gaes! Kenapa penyesalan datang terlambat, ya? Sebelumnya, malunya pergi ke mana?
Tapi ngomong-ngomong soal rasa malu, ada baiknya kita tahu kenapa akhir-akhir ini kelakuan remaja kita semakin tak bermoral. Apa kira-kira yang menyebabkan generasi kita berperilaku jauh dari tuntutan agama, ya? Yuk, kita cari jawabannya!
Akar Masalah
Bagi yang aktif bersosial media apalagi yang bergambar burung biru, pasti sudah tidak asing dengan yang namanya konten viral. Jadi, setiap berita viral selalu bisa kita akses lewat hastag dengan tanda pagar (#) yang nantinya akan naik sesuai peringkat keviralan. Makin banyak yang lihat, makin viral sebuah berita, semakin viral, maka semakin ngetoplah si pemilik akun tersebut.
Nah, status tenar inilah yang ingin dikejar oleh sebagian orang. Sebagaimana pengakuan RAM yang meminta maaf setelah perilakunya tersebut mendapat hujatan warganet. Gara-gara ingin ngetop, konten RAM yang mengarah ke pornografi dan pornoaksi tersebut malah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Tapi, Gaes, benarkah perilaku tak bermoral ini murni karena mengejar ketenaran? Ternyata, tidak sesimpel dugaan kita. Ada faktor utama yang menyebabkan hal ini terjadi. Setidaknya ada empat faktor penyebab yang bisa penulis analisis dari kelakuan remaja yang mencederai moralnya. Di antaranya, akibat toksik media sosial, lingkungan yang liberal, kebodohan, dan terakhir akibat kurangnya iman dan ketakwaan. Mari kita bahas satu per satu, agar kelak kejadian ini tidak terulang.
Pertama, akibat toksik media. Hal ini berhubungan dengan fun, bagaimana milenial mencari kesenangan. Menjadi terkenal dan memiliki ribuan follower itu telah menjadi prestisius tersendiri di tengah kaum milenial. Semakin ramai kontennya dengan like, komentar, maka semakin bahagia. Terkadang perilaku ini bisa menjadi toksik yang membahayakan, mendorong seseorang melakukan apa saja demi viral.
Kedua, karena pergaulan yang liberal. Tak bisa kita mungkiri lingkungan yang buruk akan membawa kita ke tempat buruk. Teman-teman yang jauh dari agama dan hidup bebas tanpa aturan akan membawa dampak pada prinsip dan komitmen hidup yang rendah. Tak ada yang melarang, malah sang teman terkadang justru yang mendorong. Lingkungan yang rusak menghasilkan pribadi yang rusak pula.
Ketiga, buah dari kebodohan. Terkadang pendidikan juga bisa memengaruhi moral. Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin bagus moralitasnya. Sedang semakin rendah pendidikan seseorang, semakin rendah kualitas moralnya. Meski ini bukan satu-satunya alasan, namun pendidikan yang baik akan memengaruhi seseorang dalam menentukan pilihan-pilihan yang akan diambilnya.
Terakhir nih, Gaes, yakni keempat, faktor yang paling utama dan penentu yaitu kurangnya iman dan ketakwaan. Saat benteng utama kekuatan bagi remaja muslim ini melemah, maka tak ayal hal ini akan membuat remaja lebih mudah dipengaruhi oleh budaya asing yang permisif (serba bebas). Remaja akan melakukan apa saja tanpa melihat itu benar atau salah.
Keempat penyebab itu taukah kamu, Gaes, apa yang melatarbelakanginya? Tidak lain karena kita hidup dalam lingkungan sekularisme. Ide pemisahan agama dari kehidupan inilah pangkal dari segala kerusakan moral. Karena menjauhkan agama dari kehidupan, remaja akhirnya berbuat semau gue tanpa melihat apakah itu membawa kebaikan atau justru kerusakan.
Mungkin, kamu pernah dengar istilah "Jangan bawa-bawa agama!" Istilah ini penulis pikir sangat dekat dengan keseharian kita. Saat kita menjadikan agama sebagai identitas di kartu pengenal dan hanya ada di saat-saat ibadah ritual saja, maka inilah hasilnya. Pelan tapi pasti kita mengikuti akidah lain selain Islam. Mungkin kita masih salat, puasa saat Ramadan, dan menutup aurat. Tapi pemikiran kita, siapa yang bisa ukur kerusakannya? Akibat berkiblat pada sistem 'jangan bawa-bawa agama' alias sekularisme inilah remaja menjadi rendah moralnya.
Kembalikan Jati Diri!
Okey, katakan saja mereka yang menyebar konten vulgarnya itu untuk menarik perhatian. Viralnya konten akan membuat seseorang terkenal dan menjadi pusat perhatian, yang pada akhirnya akan menghasilkan cuan. Tapi itu untuk apa? Serius deh, ini pertanyaan penting untuk dijawab, Gaes. Untuk apa terkenal jika hanya bikin malu diri sendiri, merendahkan kehormatan diri, menyakiti orang tua, bahkan perbuatan ini dibenci Allah dan Rasulullah saw.? Pada akhirnya, konten hina itu adalah upaya kita menolong ideologi setan agar semakin banyak pengikutnya dan menghalangi generasi untuk berada di jalur kebangkitan.
Maka, yuk belajar dari RAM! Saat ini, konten pamer payudara RAM itu sudah dihapus. RAM pun telah meminta maaf sambil menangis. Tapi nasi telah terlanjur jadi bubur. Videonya telah tersebar seantero Nusantara, banyak yang mengunduh dan menyebarkannya. Ini menjadi pelajaran bagi kita, agar tidak mudah melakukan perbuatan yang kelak kita sesali. Jika penyesalan datang di dunia maka bersyukurlah, masih ada kesempatan untuk memperbaiki. Namun, bagaimana jika menyesal justru setelah malam pertama di alam kubur? Di sepetak ruangan yang lembab dan banyak binatang tanahnya? Bagaimana?
Karenanya, bagi kita generasi muslim yang masih memiliki kesadaran dan iman di hatinya. Berbenahlah dan segera kembalikan jati diri kita! Generasi muslim itu adalah generasi terbaik yang telah Allah persiapkan untuk melakukan misi besar mengembalikan kehidupan Islam. Kenapa kita tidak fokus pada status tersebut saja? Belajar, berkarya, dan berdakwah untuk memahamkan sesama. Generasi seperti inilah yang umat rindukan. Generasi yang bermanfaat untuk umat, bangsa dan tentu saja bagi agama.
Khatimah
Karenanya, Gaes, mari kita kuatkan iman dan takwa sebagai satu-satunya benteng pertahanan kita, dengan cara terus menerus meningkatkan tsaqafah Islam dan diaplikasikan dalam kehidupan. Di mana hal ini akan menjadi motor penggerak bagi kita untuk terus melaju di jalan kebenaran. Saat remaja disibukkan dalam aktivitas mulia, fokus pada perbaikan diri dan sesama, dengan begitu masalah dekadensi moral generasi ini akan ikut terpecahkan.
Hanya dengan kembali pada syariat Islam segala masalah akan terselesaikan. Hanya dengan bertobat kepada-Nya, umat ini akan memperoleh segala keberuntungan. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nur ayat 31, "Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."
Wallahu'alam bishawab.[]