Ketika Rasa Malu Berpadu dengan Ilmu

"Rasa malu yang disertai dengan ilmu agama yang benar akan bisa membawa remaja kepada jalan kemuliaan. Remaja akan mampu menahan gejolak jiwa mudanya dan mengalihkannya kepada hal-hal yang positif. Para remaja akan menatap masa depan dengan bekal ilmu dan ketakwaan. Dengan Islam, remaja muslim akan menjadi duta perubahan demi terwujudnya kehidupan dan peradaban Islam yang dulu pernah berjaya."

Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.com-"Sesungguhnya termasuk dari perkataan kenabian pertama yang masih bisa diketahui oleh manusia adalah jika engkau tidak malu, maka perbuatlah apa yang engkau suka."
(HR. Bukhari)

Hai, Sob, bicara rasa malu yang sudah semakin terkikis di kalangan remaja, pastinya membuat miris dan bikin kita mengelus dada. Rasa malu yang menjadi salah satu ciri umat muslim, kini menjadi barang langka. Maka tidak heran ketika muncul berbagai peristiwa memalukan yang dilakukan oleh remaja.

Ada berita sepasang muda-mudi yang berbuat mesum di gazebo tempat wisata. Berita tersebut langsung viral di media sosial. Sebelumnya, ada pula berita seorang wanita berkerudung yang memamerkan dadanya demi menambah followers di akun TikTok-nya. (Sumber: Muslimah Media Center)

Duh, sudah pada putus urat malunya atau memang disengaja ya, Sob? Mereka sudah nggak peduli itu benar atau salah dan nggak ambil pusing apa penilaian orang. Hemm, bener-bener deh, nggak punya adab dan aturan.

Pengaruh Pemikiran Kufur

Semakin menjamurnya pergaulan bebas dan perilaku mengumbar aurat yang melanggar aturan syariat memang bukannya tanpa sebab ya, Sob. Apalagi kalau bukan karena slogan kebebasan yang semakin masif dikampanyekan di kalangan remaja. Salah satunya adalah moderasi beragama yang meracuni pemikiran para remaja . Dengan dalih Islam moderat yang harus mengikuti perkembangan zaman, agama hanya boleh mengatur saat beribadah. Namun, saat agama dibawa untuk mengatur kehidupan umum, mereka berkilah. Agama dilarang turut campur dalam permasalahan kehidupan dengan alasan sudah usang dan nggak relevan. Agama juga dianggap belenggu yang menghalangi kebebasan remaja. Agama menjadi hal yang harus ditinggalkan karena banyak aturannya yang bikin ribet dan menyusahkan. Tipu daya moderasi beragama berhasil mengelabui para remaja.

Tidak cukup sampai di situ, Sob, remaja juga semakin dikaburkan pemahamannya dari Islam. Tentu kalian masih ingat adanya Rancangan Undang-undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS) yang disahkan menjadi UU TPKS pada 12 April 2022 oleh DPR RI. UU tersebut semakin memperlebar jalan pergaulan bebas bagi remaja dan menjadikannya sebagai pembenaran dalam melakukan tindakan apa saja yang mereka suka.

Ada poin-poin dalam UU TPKS yang menyesatkan pemikiran para remaja. Bagaimana sebuah hubungan yang menjurus kepada aktivitas seksual bukanlah sebuah tindak kejahatan apabila tidak ada unsur paksaan di dalamnya alias dilakukan atas dasar suka sama suka. Padahal belum ada ikatan yang sah bagi kedua insan yang melakukan hal itu. Waduh, itu mah sama saja dengan menyetujui adanya perzinaan ya, Sob. Kalau sudah begitu bisa dipastikan akan semakin banyak remaja yang merasa aman dan nyaman untuk berzina secara berjemaah. Hal itu akan dianggap lumrah karena ada UU yang membela dan melindungi tindak kemaksiatan tanpa merasa bersalah.

Untuk poin dalam ranah rumah tangga yang sudah terikat dalam tali pernikahan yang sah, bila pihak istri merasa dipaksa oleh pasangannya saat diminta berhubungan intim, maka hal itu masuk kategori tindak kejahatan dan bisa dilaporkan ke pihak yang berwajib. Nah loh, aneh dan nyeleneh 'kan, Sob? Hubungan yang dihalalkan malah disalahkan, sedangkan hubungan yang jelas-jelas haram malah dibolehkan. Benar-benar nggak bisa dibiarkan nih, Sob!

Mandulnya Peran Keluarga dan Masyarakat

Apa yang menimpa para remaja ternyata bukan semata-mata kesalahan mereka saja ya, Sob. Ada peran dari keluarga yang begitu berpengaruh dalam membentuk kepribadian remaja. Peran tersebut datang dari kedua orang tuanya terutama ibu. Peran ibu sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya ternyata nggak berfungsi dengan baik. Mereka harus berperan ganda sebagai orang tua dan harus ikut banting tulang mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga. Tahu sendiri 'kan, Sob, zaman sekarang apa-apa itu mahal. Padahal penghasilan keluarga yang didapat segitu-gitu saja. Itulah yang membuat para ibu harus ikut berpikir agar kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.

Faktor-faktor di atas menyebabkan peran ibu tidak maksimal. Tugas utama mendidik putra-putrinya menjadi terabaikan. Tidak ada pendidikan agama yang didapatkan oleh remaja agar mereka memiliki keimanan dan ketakwaan. Padahal ketakwaan individu menjadi dasar dan pegangan dalam melakukan amal perbuatan. Para remaja juga tidak bisa mendapatkan pendampingan dan pengawasan dari orang tua. Akhirnya anak-anaknya tumbuh dalam lingkungan keluarga yang tidak kondusif. Jangankan mendapatkan pendidikan agama, untuk bisa berkumpul dengan orang tuanya saja tidak bisa.

Masalah-masalah di atas menjadi semakin ruwet karena kurangnya kepedulian lingkungan dan masyarakat. Masyarakat merasa tidak memiliki tanggung jawab atas tindak kemaksiatan yang menimpa para remaja. Masyarakat cenderung bersikap individualis dan masa bodoh. Bagi mereka itu adalah urusan masing-masing orang. Ya Allah, kok gini amat ya, Sob keadaan masyarakat sekarang? Masyarakat udah benar-benar nggak punya empati apalagi simpati. Mereka merasa nggak punya hak untuk saling menasihati.

Tidak adanya kepedulian di tengah masyarakat tentu tak lepas dari sistem yang diterapkan pada masa sekarang ya, Sob. Yap, sistem tersebut membiarkan siapa saja yang ingin berbuat apa saja. Sistem ini justru memberikan ruang kebebasan yang begitu besar kepada individu dan menjaminnya atas nama hak asasi manusia. Kebebasan ini juga yang menjadi pilar utama dalam segala perbuatan, Sob. Ada kebebasan berpendapat, bertingkah laku, kepemilikan, dan beragama. Maka nggak heran ya, Sob, para remaja sekarang nggak malu untuk berdua-duaan atau pacaran. Mereka bebas mengekspresikan dan menyalurkan apa yang diinginkan.

Lalu apa yang harus dilakukan nih, Sob, agar para remaja tidak terjerumus ke dalam jurang kemaksiatan yang semakin dalam? Hal itu penting karena pemikiran remaja itu masih labil. Makanya nggak heran kalau mereka mudah banget mengikuti sesuatu yang menurut mereka itu asyik dan bikin enjoy. Mereka juga lebih mengedepankan ego dan kata hati. Istilah kerennya remaja itu sedang mencari jati diri. Padahal jati dirinya sebenarnya nggak kemana-mana tuh, ngapain dicari yah? Hehehe. Mungkin saja istilah tersebut hanya untuk pembelaan dan alasan aja biar semua orang maklum dengan tingkah laku remaja zaman now. Akhirnya tingkah laku yang kebablasan dan melanggar aturan dianggap hal yang biasa terjadi. Waduh 'kan ngeri banget ya, Sob.

Maka dari itu Sob, sebagai makhluk Allah yang paling mulia, sudah selayaknya para remaja berpikir dengan akalnya. Dengan akalnya pula remaja bisa membedakan antara yang benar dan yang salah. Mereka juga paham jalan mana yang harus dipilih saat akan berbuat sesuatu dan sadar akan konsekuensi yang akan diterimanya dengan pilihannya tersebut. Berarti remaja butuh ilmu agar mereka bisa tahu apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang muslim.

Islam Menyelamatkan Remaja

Di sinilah pentingnya bagi remaja untuk mengkaji Islam. Sebab Islam memiliki aturan- aturan yang komplit dan menyeluruh untuk semua permasalahan kehidupan, termasuk masalah-masalah yang ada di dunia remaja. Wah, Islam itu keren 'kan Sob. Itu karena Islam datang dari Allah Swt., Zat Yang Maha Mulia. Makanya nggak perlu lagi mencari solusi selain Islam. Pokoknya Islam itu the best.

Islam mempunyai batasan-batasan dalam ranah pergaulan laki-laki dan perempuan. Islam melarang adanya ikhtilath (campur baur) antara laki- laki dan perempuan kecuali yang dibolehkan dalam Islam. Islam juga tidak membolehkan adanya khalwat (berdua-duaan) tanpa disertai mahram. Maka dari itu, dalam Islam nggak ada istilah pacaran ya, Sob. Sebab, hal itu sangat memungkinkan terjadinya tindak kemaksiatan yang akhirnya berlanjut kepada perzinaan. Naudzubillah.

Bukankah Allah Swt. telah berfirman yang artinya: "Janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu sangat keji dan sejahat-jahatnya jalan (terkutuk)."
(TQS. Al- Isra [17]: 32)

Nah, Sob, itulah peringatan Allah Swt. kepada umat Islam. Mendekati zina saja nggak boleh, apalagi sampai melakukannya. Itu bukti kalau Allah Swt. sayang sama kita semua, Sob. Makanya kita harus dan wajib taat dengan aturan Islam.

Satu lagi nih Sob, Islam juga memiliki sistem sanksi yang akan mencegah manusia dari tindak kemaksiatan dan juga membuat efek jera. Untuk pelaku perzinaan, Allah Swt. telah berfirman yang artinya: "Pezina wanita dan pezina laki-laki maka jilidlah masing-masing dari keduanya dengan seratus kali jilid."
(TQS. An-Nur [24]: 2)

Dengan Islam, remaja akan senantiasa mampu menjaga kehormatannya dan tidak mudah terbawa arus pergaulan bebas yang begitu deras karena pengaruh di sekitarnya. Para remaja juga akan memiliki rasa malu dan segan saat akan berbuat hal-hal yang melanggar aturan Islam. Rasa malu adalah sebagaian dari iman. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang artinya: "Iman itu memiliki tujuh puluh sekian cabang atau enam puluh sekian cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan 'Laa illaaha illaallah,' cabang yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan rasa malu adalah satu cabang dari iman."
(HR. Muslim, Abu Dawud, An- Nasa'i)

Rasa malu yang disertai dengan ilmu agama yang benar akan bisa membawa remaja kepada jalan kemuliaan, Sob. Remaja akan mampu menahan gejolak jiwa mudanya dan mengalihkannya kepada hal-hal yang positif. Mereka juga mampu mengendalikan gharizatul nau' (ketertarikan kepada lawan jenis) dengan cara yang benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku. Para remaja akan menatap masa depan dengan bekal ilmu dan ketakwaan. Tidak ada lagi remaja yang salah arah maupun salah pemikiran. Dengan Islam, remaja muslim akan menjadi duta perubahan demi terwujudnya kehidupan dan peradaban Islam yang dulu pernah berjaya.

Namun harus diingat ya, Sob, remaja yang memiliki misi dan visi mulia tersebut hanya ada saat Islam diterapkan secara utuh dan menyeluruh. Butuh perjuangan keras untuk mewujudkan. Tanpa penerapan Islam, semuanya hanya mimpi dan ilusi. Yuk, jadikan dirimu bagian dari remaja pilihan yang memperjuangkan Islam! Kalau nggak sekarang, kapan lagi?

Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Atien Kontributor NarasiPost.Com
Previous
PMK dalam Status Darurat, di Mana Tanggung Jawab Negara?
Next
Mata Air Zubaidah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram