"Rencana BRIN untuk menggelontorkan dana segitu banyak untuk renovasi ruangan cenderung tidak tepat. Kenapa tidak dipakai untuk kegiatan penelitian, padahal masih banyak bidang ilmu yang butuh dana besar untuk riset mereka. Belajar dari kasus pandemi corona, negara-negara besar langsung sigap membuat vaksin. Indonesia juga bisa melakukan hal serupa 'kan?"
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Hai Guys! Apa kabarnya nih? Sudah mulai sibuk kegiatan sekolah dan kuliah ya? Sip deh, rajin menuntut ilmu dunia tapi harus rajin juga menuntut ilmu akhirat ya.
Mau tanya nih, siapa di antara kamu yang punya atau pernah punya cita-cita menjadi ilmuwan atau peneliti? Penulis sendiri pernah berkhayal, sepertinya enak deh jadi ilmuwan. Pakai baju putih, intip mikroskop, kerja di lab dan berhasil membuat temuan-temuan hebat. Duh, ini gegara suka nonton film fiksi ilmiah nih, jadi halu deh. Hehe.
By the way, di negara kita ada lho lembaga yang menaungi kegiatan penelitian. Namanya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). BRIN adalah lembaga non kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden melalui menteri yang membidangi riset dan teknologi. Sesuai dengan namanya Guys, BRIN bertugas membantu presiden dalam menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi melakukan monitoring, pengendalian, dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Riset dan Inovasi Daerah atau BRIDA. Wah, keren ya.
Nama BRIN jadi viral lagi nih Guys. Sebelumnya kemunculan BRIN menuai kontroversi setelah Presiden Joko Widodo melebur Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Nah sekarang mendadak heboh lagi gegara ada rencana renovasi lantai 2 gedung BRIN untuk ruang kerja Dewan Pengarah. Apalagi tersiar kabar rencana tersebut mencakup renovasi kamar tidur yang akan digunakan Ketua Dewan Pengarah Megawati Soekarnoputri. Masalahnya dana untuk renovasinya dianggarkan Rp6 miliar (CNNIndonesia.com, 17/7/2022). Wow banget enggak tuh!https://narasipost.com/2022/01/06/eijkman-riwayatmu-kini-warisan-ilmiah-yang-terancam-dikebiri/
Anggota Komisii VII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga ikut menyayangkan rencana BRIN karena kondisi keuangan negara sedang sulit. Mulyanto menyatakan jika memang belum mendesak, lebih baik ditunda dulu renovasinya (Kompas.com, 18/7/2022). Nah, karena sudah terlanjur viral dan banyak yang kontra, akhirnya BRIN membatalkan rencana renovasi ruang kerjanya. Tuh kan, kalau sudah viral baru deh kebijakannya ditinjau ulang. Hadeeeh!
Riset Butuh Dana
Guys, menurut kamu rencana BRIN untuk menggelontorkan dana segitu banyak untuk renovasi ruangan itu sudah tepat belum sih? Hmm. Kayaknya sih belum ya dan cenderung enggak tepat. Kenapa sih enggak dipakai aja untuk kegiatan penelitian itu sendiri. Masih banyak lho bidang ilmu yang butuh dana besar untuk riset mereka. Bidang kesehatan misalnya. Belajar dari kasus pandemi Corona, negara-negara besar langsung sigap membuat vaksin. Berarti, tim riset mereka langsung bergerak cepat meneliti dan menemukan solusi untuk mengakhiri pandemi. Seyogianya sih negara kita juga bisa begitu 'kan?
Masih banyak bidang lain yang butuh sentuhan riset lho. Apalagi kalau dikaitkan dengan masalah yang terus membelit negeri ini. Sampah, krisis energi, industri transportasi, polusi, krisis pangan, dll. Semuanya butuh dana besar supaya bisa berjalan. Sayang 'kan kalau negeri ini punya ilmuwan-ilmuwan hebat tapi enggak bisa berkarya gegara keterbatasan dana. Padahal kalau saja negara ini memperhatikan betapa pentingnya riset yang nantinya ditujukan untuk kemaslahatan masyarakat, bisa dipastikan negara kita juga bisa maju seperti negara lain. Enggak perlu lagi bergantung dengan negara besar. Bisa mandiri dan berdaulat seperti yang dicita-citakan pemimpin negeri ini. Betul, enggak?
Tapi, sayang, sepertinya arah pandang kepentingan negeri ini belum ke arah sana deh. Kita masih lebih suka bergantung dengan negara lain tanpa berupaya untuk mencoba. Apalagi, konon katanya, para ilmuwan di negeri ini kurang mendapat apresiasi dari petinggi negeri. Sebuah acara di TV swasta pernah menayangkan seorang ilmuwan Indonesia yang memilih tinggal di negeri orang. Bukan karena mengejar money, Guys, tapi lebih kepada penghargaan yang diberikan negara tersebut beda banget dengan negara kita. Sedih 'kan?
Riset untuk Membangun Peradaban Emas
Guys, kamu kenal Ibnu Sina, az-Zarkali, al-Idrisi dan al-Khawarizmi? Mereka adalah ilmuwan muslim yang terkenal dan memberikan sumbangsih luar biasa untuk peradaban Islam. Tanpa Ibnu Sina, mungkin enggak akan ada fakultas Kedokteran. Az-Zarkali, seorang astronom yang mengenalkan astrolab untuk mengukur jarak bintang dari horison bumi sebagai cikal bakal ilmu navigasi pelayaran. Al-Idrisi, pakar geografi yang membuat globe dari bahan perak. Hebatnya lagi, globe buatan Al-Idrisi sudah memuat tujuh benua dengan rute perdagangan, sungai dll. dengan rinci. Maasyaa Allah. Can you imagine that? Sedangkan tanpa adanya Al-Khawarizmi kita enggak akan kenal angka nol.
FYI, para ilmuwan ini dan masih banyak lagi ilmuwan muslim lainnya hidup di masa kekhilafahan Islam, terutama pada masa Bani Abasiyyah. Kemunculan para ilmuwan dengan penemuan-penemuannya yang menakjubkan, menjadi mercusuar bagi ilmuwan Barat. Bahkan, mereka sendiri mengakui lho, kalau ilmuwan muslim punya jasa besar untuk bangkitnya peradaban Barat sekarang.https://narasipost.com/2022/01/13/bagaimana-nasib-riset-dan-para-peneliti-di-negeri-ini/
Emmanuel Deutscheu ilmuwan asal Jerman mengatakan, "semua ini (yakni kemajuan peradaban Islam) telah memberikan kesempatan baik bagi kami untuk mencapai kebangkitan (renaissance) dalam ilmu pengetahuan modern. Karena itu, sewajarnya-lah kami senantiasa mencucurkan airmata tatkala kami teringat akan saat-saat jatuhnya Granada." (dikutip dari Al-Waie).
Guys, keberadaan para ilmuwan muslim yang hebat ini enggak lahir tanpa adanya dukungan dari negara. Khilafah Islam, terutama masa Bani Abasiyyah sangat mendukung penuh pendidikan. Negara membangun banyak perpustakaan dengan ratusan buku yang boleh dibaca oleh siapa saja. Makanya umat Islam saat itu sangat maju tingkat literasinya. Enggak seperti sekarang. Lebih suka TikTok-an daripada baca buku. Sedih.
Khilafah juga enggak pelit untuk menyediakan dana untuk berbagai riset. Kenapa coba? Karena Khilafah memandang penting arti ilmu pengetahuan yang akan digunakan untuk kemaslahatan kaum muslim. Dananya dari mana? Dari kas baitulmal dong. Makanya banyak ilmuwan yang berlomba-lomba menghasilkan karya. 'Kan hasil penemuan mereka selain bermanfaat untuk orang banyak, bisa jadi pahala jariah untuk mereka juga. Maasyaa Allah. Awesome!
Kapan ya, Guys kita bisa merasakan lagi kegemilangan peradaban Islam? Rasanya sudah gregetan banget sama sistem saat ini yang makin rusak dan bikin rusak. Kamu juga mau 'kan mewujudkan lagi kemengan Islam? Pasti dong. Yuk Guys, masa keemasan Islam enggak akan lama lagi kok, alias coming soon. Semua ada di tangan kita, pemuda muslim yang pengen Islam bangkit lagi. Islam akan bangkit kalau diperjuangkan ya bukan sambil rebahan. Setuju?[]