"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS : Al-Maidah : 50)
Oleh : Messy Ikhsan
( Kontributor Tetap NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Heloo, Guys, sering miris kalau lihat berita di televisi atau scroll informasi di media sosial, tidak, sih? Tiap hari, ada saja berita yang membuat kita geleng-geleng kepala dan desak di dada. Bahkan, angka kejahatan di Indonesia juga kian melesat tinggi, loh. Sayang seribu sayang, kebanyakan pelakunya didominasi oleh generasi muda. Duh … duh, sungguh miris sekali!
Beragam kenakalan remaja, dari kasus pembunuhan, perampokan, kejahatan seksual, pergaulan bebas, dan lain-lain, tentu tidak boleh diabaikan dan dianggap angin lalu saja. Fenomena ini harus diseriusi oleh semua pihak, terutama peran negara sebagai pelayan masyarakat.
Sebab, kalau kita masih bungkam dan berpangku tangan saja, kemungkinan angka kenakalan remaja akan semakin tinggi dan membludak. Tentu kita tidak mengharapkan hal demikian terjadi. Karena itu, kita berharap pemerintah segera mengeluarkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, tak cukup hanya sekadar memberikan kecaman dan peringatan. Akan tetapi, permasalahan remaja juga harus diselesaikan tuntas hingga ke akarnya. Lantas, akankah semua itu bisa terealisasi di sistem Demokrasi?
Sistem Rusak Lahirkan Generasi Rusak
Fakta-fakta kenakalan remaja yang terjadi di sistem demokrasi, bukan lagi menjadi rahasia umum di tengah masyarakat. Setiap orang bisa dengan mudah mengakses informasi atau menemukan peristiwa tersebut. Hal ini menandakan betapa bobrok sistem demokrasi, hingga keburukannya terpampang jelas di depan mata.
Sistem demokrasi mengandalkan asas sekularisme atau pemisahan peran agama di dalam kehidupan. Aturan agama hanya sebagai ibadah ritual belaka, seperti salat, puasa, dan lain-lain, sementara aturan untuk aktivitas sehari-hari dikembalikan pada manusia. Dengan kata lain, manusia diberikan kebebasan dalam membuat hukum.
Inilah yang menjadi sumber kesalahan utama dalam sistem demokrasi. Aturan dibuat berdasarkan standar logika pemangku kekuasaan, sehingga hanya memuaskan golongan tertentu saja, bukan untuk kepentingan rakyat.
Rambut memang sama-sama hitam, tetapi setiap rambut memiliki model yang berbeda. Begitu pula dengan manusia, memiliki keinginan yang berbeda-beda. Lantas, tatkala aturan dikembalikan pada masing-masing invididu, tentu menghasilkan aturan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa menjadi pemicu perselisihan di tengah masyarakat.
Selain itu, asas sekularisme yang diagungkan dalam sistem demokrasi melahirkan aturan yang berorientasi pada dunia saja. Karena itu, tak salah jika marak terjadi kenakalan remaja, mengingat peran agama dan norma diabaikan begitu saja. Agam hanya diambil yang sesuai dengan kepentingan semata.
Saat agama hanya mengatur ranah individu, lahirlah generasi muda yang krisis indetitas dan dekandensi moral. Mereka tak kenal siapa pencipta manusia dan apa tujuan diciptakan di dunia, berbuat sesuai kehendak hawa nafsu saja. Apakah generasi seperti ini yang kita harapkan? Lantas, bagaimana nasib generasi muda yang minim pengetahuan agama?
Allah befirman, yang artinya :
"Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?" (QS : Al-Maidah : 50)
Kita tidak punya pilihan lain, kecuali satu pilihan yaitu mencampakkan sistem yang menjadi biang masalah. Sebab, sistem yang rusak melahirkan generasi yang rusak. Saatnya kembali pada sistem yang melahirkan generasi berkualitas.
Generasi Berkualitas Lahir dari Peradaban Emas
Guys, Islam bukan hanya agama yang mengatur ibadah ritual belaka. Akan tetapi, Islam juga punya aturan super lengkap terkait kehidupan. Dari pemerintahan, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain, semua ada dalam aturan Islam. Syariat Allah tak hanya berorientasi pada dunia, tetapi juga pada kehidupan akhirat.
Peradaban Islam pernah berjaya selama 13 abad dengan menguasai dua pertiga dunia. Seluruh bidang kehidupan terpenuhi dengan baik, sehingga mendapat banyak pujian dari ilmuwan Barat. Bahkan, Islam juga melahirkan generasi-generasi emas dan berkualitas, menguasai berbagai bidang keilmuan dan memberikan kontribusi terbaik untuk peradaban.
Generasi muda Islam tak punya waktu memikirkan remeh-temeh dunia, tak punya waktu untuk maksiat karena mereka sibuk ibadah pada Allah, mengabdikan diri menjadi sebaik-baik generasi.
MasyaAllah, tatkala aturan Allah diterapkan dalam kehidupan, hanya rahmat dan kebaikan yang terasa oleh semesta karena Allah rida pada hamba-hamba-Nya. Lantas, apa yang menghalangi kita untuk menegakkan Khilafah?[]
photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]