Kebangkitan dan Cita-cita Milenial Sejati

"Sepanjang sejarah berdirinya Khilafah Islamiah, umat Islam telah mencapai berbagai prestasi dan berhasil mencapai puncak kebangkitan hakiki. Dari masyarakat yang bangkit inilah kemudian lahir sosok-sosok pemuda berkualitas dari segi iman dan kepemimpinan, sosok yang adil dan selalu mengedepankan kemaslahatan umat, seperti Salahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Al-Fatih, di mana sejarah mengenal mereka sebagai sosok pemuda penakluk dunia."

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tahukah kamu, Bestie? Baru-baru ini, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat meminta agar peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) dijadikan momentum untuk bangkit mewujudkan Indonesia lebih baik. Visi ini digadang-gadang demi terealisasinya pembangunan di segala bidang. Di mana kaum muda wajib berpartisipasi di dalamnya, menyongsong masa depan bangsa yang lebih cerah. Dikutip Detik.com, (19/05/2023)

Namun amat disayangkan, Bestie! "Semangat untuk bangkit" yang menjadi tema Harkitnas, malah tidak sejalan dengan kondisi pemuda yang kian terpuruk hari ini. Dekadensi moral di kalangan generasi masih menjadi persoalan krusial bagi bangsa kita, lo. Seperti seks bebas, LGBT, prostitusi, tawuran, begal, narkoba, dan banyak lagi. Hal ini diperparah dengan krisis multidimensi yang berkelindan pula dengan kepemimpinan yang inkompeten. Wah, paket komplet, ya, masalah yang menimpa negeri kita!

Nah, kira-kira nih, Bestie! Mampu gak, ya, milenial mengampu tugas kebangkitan di tengah berbagai masalah yang mendera bangsa? Apa yang harus dilakukan milenial agar bisa membawa bangsa keluar dari kondisi terpuruknya? Yuk, kita bahas bersama!

Dalam Pusaran Kapitalisme

Ya, seperti yang kita ketahui, Bestie. Kendati kita hidup di alam yang begitu kaya raya, tak membuat negara kita menjadi sejahtera. Sebaliknya, negara saat ini tengah mengalami masalah yang kompleks dan sangat serius. Krisis multidimensi tengah melanda Indonesia meliputi krisis ekonomi, hukum, sosial, politik, hingga disintegrasi.

Kita gak bisa menafikan, krisis multidimensi ini telah membawa Indonesia ke dasar lembah keterpurukan. Di antaranya korupsi di tubuh pemerintahan, kemiskinan yang terstruktur, hingga dekadensi moral yang melahirkan berbagai kejahatan di kalangan remaja yang kian hari, angkanya semakin menggila.

Di samping itu, di balik hiruk pikuk kehidupan modern generasi, dihantam pula oleh badai liberalisme dan moderasi beragama. Dua ide rusak ini telah menggerus akidah dan mentalitas pemuda. Imbasnya, kawula muda menjadi semakin liberal dan susah diatur. Berbuat sesuka hati tanpa peduli kerusakan yang ditimbulkan dari berbagai pilihan perbuatan yang minim tanggung jawab, karena berbuat dengan dorongan hawa nafsu.

Seperti yang kita lihat, Bestie! Perilaku generasi hari ini tidak jauh-jauh dengan pergaulan bebas, perzinaan, narkoba dan obat-obatan terlarang, hingga kekerasan seperti begal dan tawuran. Hampir setiap hari kita mendengar kasus-kasus kebobrokan moral oleh generasi memenuhi media massa. Semua ini menunjukkan betapa kompleksnya masalah yang menimpa umat, khusunya bagi mereka yang kelak akan meneruskan estafet kepemimpinan di masa depan.

Tentu saja, hal ini tak luput dari pengaruh sekularisme yakni paham yang menganggap agama sebagai racun dalam kehidupan bernegara. Ide ini telah melahirkan berbagai paham berbahaya yang membuka peluang penjajahan SDA dan budaya ketimuran kita. Sekularismelah yang telah melahirkan paham kebebasan kepemilikan, Bestie! Ide ini menjamin liberalisasi sektor publik yang seharusnya milik umat untuk dikuasai oleh pihak kapital dan pemodal.

Selain paham kepemilikan, sekularisme juga telah melahirkan ide rusak lainnya yakni kebebasan berperilaku dan berekspresi. Sehingga generasi bebas memilih akidah dan bertingkah laku sesuai dengan landasan dan ukuran materi yang nisbi. Mereka lalu menyebut kebebasan ini, sebagai potret "kebangkitan" bagi kawula muda masa kini. Padahal, kebangkitan yang dimaksud ini adalah open minded yang bablas dengan mengabaikan moralitas. Akibatnya, generasi rela melakukan apa saja demi mengejar eksistensinya berupa kesenangan dalam bentuk materi.

Karenanya, Bestie. Boro-boro bangkit, generasi kita hari ini malah sedang dalam kondisi sakit. Generasi sakit ini tidak bisa diajak bangkit sebelum disembuhkan terlebih dahulu, dengan cara mengembalikan nilai-nilai kepribadian Islam atau dikenal dengan sebutan syakhsiyah Islamiah ke tubuh generasi muslim. Di mana pemikiran dan perbuatan generasi, wajib koheren dengan syariat Islam sebagai landasan kehidupannya.

Konsekuensi Iman dan Kekufuran

Seperti peribahasa, Bestie, "bagaimana ditanam, begitulah dituai" yang bermakna seseorang akan mendapatkan apa yang ia upayakan. Jika seseorang melakukan kebajikan, maka akan berbuah kebaikan pula. Namun, jika melakukan keburukan, maka akan berbuah bencana. Peribahasa ini, related dengan kondisi kita saat ini. Berbagai konflik multidimensi yang tengah mendera umat hari ini, tidak lain karena meninggalkan Islam sebagai petunjuk dan landasan berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh negara.

Saat manusia meninggalkan agama sebagai petunjuk hidupnya, maka kehidupan akan kacau dan mengalami krisis. Manusia akan saling membunuh demi berebut kekuasaan, alam akan dirusak oleh pada kapitalis yang mencari keuntungan, sementara generasi kehilangan masa depan sebagai konsekuensi mereka mengejar kesenangan dunia dengan cara mencampakkan agama.

Parahnya, umat Islam hari ini telah termakan dogma sekularisme, Bestie. Tak sedikit pemuda hari ini mengukur kebangkitannya dengan nilai-nilai Barat, yakni kapitalisme, di mana parameternya adalah keuntungan materi dan kepuasan syahwat belaka. So, bisa kita bayangkan, bagaimana rusaknya bangsa jika generasi model ini, yang memimpin bangsa di masa akan datang.

Tentu berbeda dengan Islam yang memandang kebangkitan sebuah bangsa diukur dari terlaksananya nilai-nilai kedaulatan dalam sebuah negara. Dalam Islam, negaralah yang wajib menjamin kedaulatan politik, ekonomi, SDA, bahkan budaya. Sedangkan warga negaranya disebut bangkit jika berada dalam kesejahteraan lahir dan batin, terjamin pendidikan, kesehatan, dan keamanan, hingga sandang, papan, dan pangannya. Inilah buah dari implementasi syariat Islam secara kaffah, khususnya dalam aspek politik, ekonomi, dan pemerintahan.

Allah sendiri yang telah menjelaskan kaidah kausalitas yang menjadi sebab dan akibat diturunkan rahmat di muka bumi. Sebagaimana yang tertera dalam firman-Nya di surah Al-A'raf ayat 96 yang artinya,

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."

Kebangkitan Hakiki

Dalam kitab An-Nidzhamul Islam, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan, bangkit atau tidaknya manusia tergantung pada pemikirannya tentang alam semesta dan keberadaannya sebagai hamba di hadapan Allah Swt., yang wajib taat dalam kondisi dan situasi apa pun. Nah, agar manusia bangkit, Bestie, haruslah ada perubahan yang mendasar dan menyeluruh tentang pemikiran manusia, yang memengaruhi mafhum-nya tentang nilai-nilai hidup, yakni berhukum secara total hanya dengan hukum Allah saja.

Bukankah kita telah sepakat mengakui bahwa sekularisme adalah sumber bencana? Maka melakukan perubahan yang mendasar yakni mencampakkan ide sekularisme, lalu menggantinya dengan sistem Islam harusnya menjadi satu-satunya prioritas yang kita lakukan.

Terlebih, Islam adalah agama universal, Bestie. Sebagai muslim, kita pastinya tahu bahwa tak ada satu pun masalah yang tak mampu diselesaikan oleh syariat Islam. Karena Islam adalah din (agama) sekaligus millah (ideologi), jalan hidup untuk mengurusi berbagai urusan baik terkait politik, hukum, sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, dan sebagainya. Semua ada solusinya dalam Islam. Allah berfirman dalam surah Al-Maidah ayat 3,

"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagimu."

Hanya saja, Bestie, dalam praktiknya pelaksanaan seluruh urusan ini wajib dikontrol oleh ulil amri alias pemimpin negara yang kita kenal dengan sebutan khalifah. Khalifahlah yang wajib menjamin terlaksananya seluruh kebutuhan umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. riwayat Al-Bukhari,

“Imam (Khalifah) yang menjadi pemimpin manusia laksana penggembala. Hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap (urusan) rakyatnya.”

Tentu, dalam kepemimpinan ini Rasulullah saw. adalah role model paling sempurna dalam praktik kepemimpinan yang berlandaskan Islam. Sejak daulah Islam berdiri untuk pertama kali di Madinah, Rasul telah menetapkan bahwa hukum syarak adalah satu-satunya landasan bernegara. Paska Rasul wafat, kepemimpinan Islam diganti oleh para sahabat. Dimulai dari kepemimpinan Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, hingga diteruskan oleh tabiin dan tabiut tabiin. Kepemimpinan ini terus berganti, namun landasan negara yakni syariat Islam tak pernah digantikan, selama periode Kekhilafahan sepanjang 1.300 tahun lebih.

Karenanya, Bestie, sepanjang sejarah berdirinya Khilafah Islamiah, umat Islam telah mencapai berbagai prestasi dan berhasil mencapai puncak kebangkitan hakiki. Rakyatnya sejahtera, negara aman sentosa. Dari masyarakat yang bangkit inilah kemudian lahir sosok-sosok pemuda berkualitas dari segi iman dan kepemimpinan, sosok yang adil dan selalu mengedepankan kemaslahatan umat, seperti Salahuddin Al-Ayyubi dan Sultan Al-Fatih, di mana sejarah mengenal mereka sebagai sosok pemuda penakluk dunia.

Nah, dari sini kita sepakat ya, Bestie! No, debat! Generasi bangkit dan mampu membawa kebangkitan hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam. Karena itulah, seluruh elemen masyarakat wajib mengambil perannya. Berjuang dalam rangka meninggikan Islam, sehingga Islam mampu membawa umat pada puncak peradaban sebagaimana sejarah di masa lalu pernah mengukirnya.

Khatimah

Untuk memperjuangkan kebangkitan Islam, tentunya dibutuhkan komitmen yang kuat, Bestie! Khususnya, dalam upaya mewujudkan semangat dakwah memperjuangkan Islam kaffah. Ini adalah cita-cita jangka pendek kita. Sedangkan visi ke depannya adalah menjamin kebangkitan hakiki terealisasi bagi seluruh umat manusia dari Sabang hingga Merauke, bahkan Maroko di ujung benua Eropa. Itulah cita-cita milenial sejati. Wallahu a'lam bishawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Produktivitas di Tengah Segudang Aktivitas
Next
Tajuk Tak Bertuan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

MasyaAllah Tabarakallah, Betul sekali kita itu memang harus beralih ke Sistem Islam yang mengatur secara teratur. Karena sistem dari buatan manusia tak menjamin dan itu terbatas, Apalagi sistem buatan barat.

Zahrah luthfiyah
1 year ago

Maasyaallah, yaps betul sekali bauwa kita harus beralih ke sistem islam. Sistem buatan manusia itu sifatnya terbatas. Apalagi sistem buatan barat.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram