Menjaga Spirit Ramadan, Meraih Takwa dalam Ruh Kemenangan

"Bestie! Untuk menjadi sosok yang kembali fitri, kita wajib menjadi pribadi yang sebenar-benarnya fitrah. Dalam hal ini, kita wajib menjadi pribadi yang menang dulu. Dan setidaknya ada tiga wujud kemenangan yang harus kita raih."

Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hai, Bestie! Sedih rasanya Ramadan pergi, seperti ada yang hilang dari kita. Kendati Syawal datang sebagai penggembira, tetap saja kerinduan pada Ramadan masih tersisa. Apa Kamu merasakannya, Bestie? Jika iya, Alhamdulillah! Itu artinya spirit Ramadan masih ada di Kamu. Wajib dijaga loh spirit itu, hingga nanti berjumpa Ramadan berikutnya.

Ya, memang begitulah sejatinya setiap muslim memandang Ramadan. Tidak berpuas diri mencukupkan ibadah terbaiknya di bulan Ramadan saja. Karena cita-cita takwa adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap hamba, target yang wajib digapai sepanjang usia, untuk direpresentasikan dalam seluruh aspek kehidupan kita. Dan itulah wujud kemenangan yang sesungguhnya.

Jangan Salah Makna

Karena itu Bestie! Memahami kemenangan ini haruslah sesuai hakikat syariat. Jangan asal mengaku menang, asal mengaku kembali fitrah, tanpa memahami maksud dari kemenangan dan makna dari kondisi fitrah itu sendiri.

Perlu kita pahami, Bestie! Untuk menjadi sosok yang kembali fitri, kita wajib menjadi pribadi yang sebenar-benarnya fitrah. Dalam hal ini, kita wajib menjadi pribadi yang menang dulu. Dan setidaknya ada tiga wujud kemenangan yang harus kita raih.

Pertama, kemenangan spiritual. Kemenangan ini adalah kemenangan yang bersifat ruhiyah, hanya masing-masing diri yang mampu mengukurnya. Ia yang akan merasa bersalah jika kembali berbuat dosa, namun merasa bangga jika tetap kokoh di jalan taat. Hal ini ditandai dengan keinginan hati untuk terus-menerus bertobat, memperbaiki diri dan menjauhi maksiat. Dan keinginan itu, senantiasa meningkat setiap harinya.

Kedua, kemenangan intelektual. Kemenangan ini lebih bersifat aqliah (berpikir). Adalah ia yang meletakkan dasar dan standar berpikirnya hanya berdasarkan syariat saja. Halal dan haram menjadi patokan dalam tindakannya. Ia yang senantiasa menyadari hidup ini, tak lain hanya untuk beribadah kepada-Nya. Karena itu, ia akan terpacu untuk terus memperdalam pengetahuan agama dan mempraktikkannya dalam kehidupan. Sehingga dari sini, lahirlah generasi yang berkarakter, cerdas, dan tidak mudah mengikuti arus.

Ketiga, kemenangan dalam beribadah. Kemenangan ini adalah hasil dari implementasi kemenangan spiritual dan intelektual. Saat pola pikir dan pola sikap seorang hamba sudah berdasarkan Islam semata, tak ada yang mampu untuk membendung semangatnya dalam menjalankan ketaatan. Hinaan, cacian, rintangan, takkan menjadi halangan. Ia akan senantiasa percaya diri dengan identitasnya sebagai muslim, kendati dunia melihatnya hina. Dengan begini, ia telah menjadi pemenang di atas orang-orang yang menjadi budak dunia.

Nah, tiga kemenangan inilah seharusnya dimiliki setiap hamba setelah melatih diri di bulan Ramadan. Kemenangan yang akan mengantarkannya menjadi pribadi yang kembali fitrah. Demi menemukan jejak diri, menjadi sebaik-baiknya hamba yang diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah di Adz-Dzariyat ayat 56, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”

Hapus File Sampah

Namun, Bestie! Tidak semua paham hakikat kemenangan di Idulfitri. Masih banyak yang beranggapan, ibadah di bulan Ramadan adalah ritual khusus di bulan Ramadan saja. Di luar Ramadan, ibadah "dinormalkan" kembali. Karenanya, hal ini sangat disayangkan, Bestie! Jika akhirnya, jiwa-jiwa yang ditempa selama sebulan penuh itu kembali ke titik nol lagi. Kembali ke masa sebelum Ramadan menghampiri.

Ini semua akibat file sampah sekularisme yang masih bercokol dalam kehidupan kita. File ini menghasilkan bug serta virus yang merecoki cara berpikir generasi kita. Sehingga Ramadan hanya dipandang sekadar titik jeda dari maksiat, untuk memenuhi dahaga akan agama yang sesaat. Bahkan ada yang berpikir Ramadan hanya bulan bersih-bersih dosa. Jadi, di bulan Ramadan wajib ibadah, di luarnya tidak masalah berbuat dosa. Asal, nanti dibersihkan lagi di Ramadan berikutnya.

Begitu terus, budaya dan gaya nyeleneh ini tumbuh subur. Anggapan keliru yang diwariskan turun-temurun. Entah dari mana awalnya, yang jelas ia lahir dari file sampah bernama sekularisme. File ini, sudah memproduksi banyak bug dan virus yang fokusnya hanya untuk merecoki cara berpikir umat, dengan jalan menjauh kan Islam dari kehidupan.

Reset Ulang!

Tidak ada cara lain bagi kita jika benar-benar ingin menjadi pribadi yang menang, kecuali file sampai sekularisme itu segera kita hilangkan. Hal-hal yang merusak, dan menggangu cita-cita kita, untuk menjadi sebaik-baiknya hamba di hadapan Allah Swt., harus dibasmi hingga tuntas. Dengan cara mereset ulang segala pemikiran yang lahir dari sekularisme, menggantinya dengan pemikiran Islam.

Dengan begitu, amunisi takwa yang telah dikumpulkan sejak Ramadan kemarin, mampu menjadi pengisi daya bagi setiap muslim untuk melecutkan semangat beribadahnya di luar bulan Ramadan. Kita mulai dari Syawal sebagai awal perubahan. Tujuan hidup kita wajib diselaraskan dengan cita-cita takwa, agar tidak menyalahi target kemenangan dan makna kembali fitrah.

Khatimah

Jadi Bestie! Karena yang menentukan keberhasilan Ramadan itu justru setelah Ramadan pergi. Maka, segala aktivitas yang dengan disiplin dikerjakan di bulan Ramadan itu, wajib untuk kita lanjutkan setelah Ramadan pergi. Spirit dan segala aktivitasnya, baik ibadah mahda (wajib atau sunah), sedekah, silaturahmi, dan yang paling penting dakwah.

Karena dakwah adalah tugas nyata untuk melanjutkan kehidupan Islam, upaya hakiki dalam merawat ruh kemenangan. Dengan menebar kebenaran (Islam), umat semakin dekat dengan kebaikan dan kemenangan. Langkah nyata untuk menerapkan spirit takwa Ramadan dalam seluruh aspek kehidupan. Yakni dakwah Islam Kaffah demi tegaknya kehidupan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiah. Inilah cita-cita mulia dan spirit takwa yang wajib kita lanjutkan. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Jejak Penakluk Aksara Mengguncang Nusantara
Next
Gencar Safari Politik Menjelang Pemilu 2024, Akankah Kaum Muslim Teperdaya (Lagi)?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram