“Kita sudah di sepuluh hari terakhir bulan suci ini. Itu artinya, inilah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk melakukan yang terbaik, agar kita mendapatkan akhir yang terbaik. Kita sangat butuh pada malam-malam terakhir ini untuk mendongkrak posisi kita di hadapan Allah, agar kita layak mendapatkan gelar mutakin.”
Oleh. Bedoon Essem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Assalamu'alaikum, Sobat. Tak terasa kita sudah masuk babak terakhir di bulan kompetisi ini ya. Itu artinya Ramadan akan segera berakhir, Sob. Bagaimana energimu, masih semangat? Atau malah loyo tak bertenaga? Padahal di hari-hari terakhir inilah kita membutuhkan energi yang lebih besar, lo.
Teman, bulan Ramadan itu layaknya sebuah ajang olimpiade, untuk mencapai babak final dan menjadi pemenang, kita harus melewati beberapa tahapan. Yang setiap tahapan itu kita tidak boleh lengah, harus senantiasa semangat, bahkan terus menambah energi dan konsentrasi kita dalam menapakinya.
Di sepuluh hari pertama, adalah tahapan penyisihan. Seperti yang sering kita lihat di setiap pertandingan, pada tahap awal biasanya nih ramai luar biasa, peserta membludak, banyak tantangan dan persaingan karena antusiasme peserta itu masih tinggi. Dan begitulah, seperti yang kita lihat di masjid-masjid, hari-hari pertama Ramadan saf-saf salat penuh bahkan sampai halaman masjid, bukan? Lalu kemudian banyak yang berguguran, ada yang mengundurkan diri, ada yang kalah di babak pertama, dan sebagainya. Bagaimana kondisi kita, masihkah bertahan?
Selanjutnya, di sepuluh hari kedua, pemain-pemain hebat mulai tampak, meski belum ada jaminan apakah ia akan bertahan hingga babak final. Namun setidaknya ia sudah bertahan hingga pertengahan. Untuk terus bertahan, yang harus kita lakukan adalah istikamah dan menjaga stamina. Senantiasa tenang dengan menjaga emosi dan hawa nafsu, karena puasa sejatinya tak hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun bagaimana kita melatih diri kita agar berjalan sesuai dengan apa yang Allah inginkan. Bukankah jika ingin menjadi juara, kita hanya harus terus berlatih dan bertahan hingga akhir pertandingan?
Dan di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan. Inilah babak final, babak penentuan. Di babak terakhir ini kita harus lebih lagi dalam mengeluarkan energi kita untuk menjalankannya. Kita tidak boleh kendor dan lalai. Karena di babak terakhir ini ada satu malam "challenge" yang harus kita temukan. Satu malam yang senantiasa misterius, karena kita tidak tahu di mana ia berada. Karena itulah ia menjadi tantangan tersendiri bagi para finalis Ramadan.
Satu malam itu adalah malam spesial yang menuntut kita untuk selalu waspada dan menjaga kualitas amalan kita. Satu malam yang nilainya setara dengan 86 tahun ibadah, Guys. Malam di mana tak semua orang dapat bertemu dengannya. Hanya hamba-hamba terpilihlah yang dapat merasakan malam istimewa ini. Dan itulah tantangannya untuk kita, layakkah kita mendapatkannya? Tentu masih ada kesempatan itu, yang harus kita lakukan hanyalah mempertahankan ibadah kita dengan menambah kualitasnya, intensitasnya, dan jumlahnya.
Allah berfirman dalam surah Al-Qadr ayat 1-5,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ.وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ.لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ.تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ.سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar."
Dan di sinilah kita, Guys. Kita sudah di sepuluh hari terakhir bulan suci ini. Itu artinya, inilah kesempatan yang Allah berikan kepada kita untuk melakukan yang terbaik, agar kita mendapatkan akhir yang terbaik. Kita sangat butuh pada malam-malam terakhir ini untuk mendongkrak posisi kita di hadapan Allah, agar kita layak mendapatkan gelar mutakin. Sebab, jika kita melakukan yang terbaik, maka kebaikan itu untuk kita sendiri, begitu juga sebaliknya, jika kita lalai, malas-malasan, atau malah abai, maka balasan yang akan kita dapat pun adalah kerugian yang besar.
Yuk, intip firman Allah dalam surah Al-Isra ayat 7!
“Jika kamu berbuat baik, maka sesungguhnya kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat buruk, maka keburukan itu untuk dirimu sendiri.”
Seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim, bahwa
“Usia itu tergantung penghujungnya, dan amalan itu tergantung pada penutupnya. Siapa yang berhadas sebelum salam (dalam salat), maka batal salat yang telah dilakukannya. Siapa yang berbuka sebelum matahari terbenam, hilanglah puasanya dengan sia-sia. Dan siapa di akhir usianya berbuat buruk, maka ia akan menemui Rabb-nya dengan wajah seperti itu.”
Teman, jika kita memanfaatkan kesempatan di sepuluh hari terakhir ini dengan baik, maka manfaat itu untuk diri kita sendiri, bukan orang lain. Jika kita istikamah dalam puasa kita dengan menjauhi hal-hal yang dapat membatalkannya maupun pahalanya, kita juga menjaga salat tarawih kita, qiyamullail kita, tilawah kita, zikir kita, juga dakwah kita, maka kita akan mendapatkan kebaikan itu untuk kita.
Begitu pula jika kita malah santai, banyak tidur, main game, ngobrol hingga larut malam, banyak tertawa, malas ke majelis ilmu dan dakwah, maka kita sendiri yang akan rugi, Sob. Karena sesungguhnya Ramadan tinggal beberapa hari lagi. Bulan perlombaan ini akan segera berakhir, Teman. Dan tragisnya Allah tidak menjanjikan apa pun kepada kita tentang kompetisi tahun depan, apakah kita masih diikutsertakan ataukah tidak.
So, Guys. Mengapa kita harus menguras energi kita di sepuluh hari terakhir ini? Karena sesungguhnya kita butuh untuk taat. Sesungguhnya kita butuh penambah kebaikan kita. Sesungguhnya kita membutuhkan keistimewaan malam Lailatulqadar itu. Sesungguhnya kita butuh bulan training ini, agar kita bisa menjadi individu muslim yang lebih baik. Sesungguhnya kita butuh untuk terus menjadi baik di hadapan Allah, karena itulah kesuksesan sejati kita. Wallahu a'lam bishawab.[]