Remaja harus berperan, bukan baperan. Remaja harus berperan sebagai pengemban dakwah dan mempunyai prinsip agar tidak terombang-ambing oleh arus sekarang. Apalagi, saat ini, negara-negara di seluruh dunia masih menerapkan sistem kapitalis sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan.
Oleh: Kurnia Ayu Septianingrum
NarasiPost.Com-Kalian pernah tidak, mendengar kata baper ? Baper artinya bawa perasaan, yaitu kondisi dimana seseorang tersentuh hatinya dan selalu teringat pada suatu masalah yang sebenarnya tidak penting dan tidak perlu di pikirkan lagi.
Nah, baper bisa muncul pada siapa saja, bahkan pada orang yang sudah tua. Namun, sekarang kita tidak membahas baper pada semua orang, tetapi baper pada remaja. Apalagi, saat ini di kalangan remaja sedang mewabah virus merah jambu.
Virus ini sangat berbahaya bagi remaja, Sob. Ternyata, salah satu penyebabnya adalah baper. Perasaan ini timbul akibat rangsangan dari luar, Sob, misalnya setelah membaca atau menonton kisah romantis semacam drakor.
Biasanya, setelah menonton drakor, seseorang sering membayangkan dan berandai-andai seperti halnya apa telah dilihat. Seringkali, muncul di benak remaja kalimat,"Kenapa, sih, aku ini ngga punya pacar, padahal temen-temenku udah punya pacar semua?"
Akhirnya, ia menjadi baper dan galau hanya gara-gara berpikir seperti itu.
Remaja memang sedang mencari jati diri. Pada diri remaja, sering muncul pemahaman tertentu, seiring dengan pencarian jati dirinya tersebut, terutama dalam hal pergaulan. Misalnya, aktivitas pacaran yang disebabkan karena arus liberalisasi yang sudah merasuk ke benak remaja.
Lain halnya jika remaja menghabiskan waktu untuk mencari tsaqafah keislaman. Dia akan menemukan hakekat kehidupan, yaitu untuk apa ia hidup di dunia ini.
Sebagai pemuda Islam, sikap mana yang harus kita ambil? Tidak seharusnya pemuda Islam disusupi oleh virus merah jambu. Seharusnya, pemuda Islam dibekali dengan ilmu-ilmu Islam atau tsaqofah Islam dan menjadi penerus perjuangan kehidupan yang islami.
Di zaman Khilafah, pemuda-pemudi dibekali dengan tsaqofah Islam. Mereka tidak seperti remaja zaman sekarang yang setiap harinya seringkali diisi dengan bermain Tik Tok, main game online, atau yang lainnya. Pemuda Islam di zaman Khilafah disibukkan dengan hal yang bermanfaat, seperti berdakwah, amar ma'ruf nahi munkar, dan mencari tahu tentang Islam, mendalaminya dari akar sampai ke daun.
Sesungguhnya, pemuda zaman sekarang akan menjadi teladan bagi generasi yang akan datang. Karena itu, kita harus berjuang, jangan hanya rebahan atau bermalas-malasan. Hidup di zaman pandemi seperti ini, harusnya umat Islam di seluruh dunia bersatu dan berjuang untuk menegakkan syariat Islam.
Jadi, Sahabat, kita tidak perlu menjadi baper. Untuk apa kita terbawa perasaan karena tidak punya pacar? Di dalam Islam, tidak boleh pacaran atau hal lain yang berbau ikhtilat (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan). Akan tetapi, kebanyakan remaja sekarang justru melakukan ikhtilat, pacaran dan lain lain, padahal jelas-jelas Allah melarangnya. Karena itu, remaja harus berperan, bukan baperan. Remaja harus berperan sebagai pengemban dakwah dan mempunyai prinsip agar tidak terombang-ambing oleh arus sekarang. Apalagi, saat ini, negara-negara di seluruh dunia masih menerapkan sistem kapitalis sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan.
So, masih terbawa perasaan atau ingin menjadi remaja yang berperan aktif sebagai pengemban dakwah? Kalau ingin menjadi pengemban dakwah, jangan mudah terbawa oleh arus liberal ini, ya.
Semangat, ya, jangan lagi nonton drakor karena nanti kita terbawa virus merah jambu. Mari berperan aktif untuk umat dan menyampaikan kebenaran.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]