Kalau muslim menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, ia enggak akan mudah mengakhiri hidupnya ketika mengalami suatu masalah.
Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan Penulis Derap Dakwah Umayah)
NarasiPost.Com-Hidup penuh liku-liku, ada suka ada duka. Hem, ini bukan sekadar lirik lagu ya, Guys. Tetapi sebuah kenyataan. Semua orang pasti merasakannya. Yup, apa yang kita alami di dunia pasti memiliki banyak rasa. Bahagia, sedih, kecewa, khawatir, takut, dan lain-lain. Semua itu merupakan sunatullah alias hukum alam yang berjalan otomatis. Manusia akan menghadapi berbagai ujian yang harus dilalui.
Sayangnya, tak semua orang bisa tegar dan bijak dalam menghadapi cobaan yang ada. Contohnya, seperti yang terjadi pada sebuah keluarga yang ada di Jakarta Utara. Dikabarkan bahwa satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anaknya nekat melakukan bunuh diri bersama dengan cara melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan Tower Topas, Penjaringan. Polisi menduga, motif jeratan utang menjadi penyebabnya. Astagfirullah, miris banget! (viva.com, 12/03/2024)
Kejadian bunuh diri karena jeratan utang, tidak hanya terjadi kali ini. Pada tahun 2023, setidaknya sebanyak 25 orang juga bunuh diri akibat terjerat utang melalui pinjaman online. (liputan6.com, 19/12/2023) Nah, kalau sudah seperti ini, lalu siapa yang salah? Ada enggak ya, solusi agar kejadian serupa tidak terulang?
Hidup dan Sistem yang Membelenggu
Pandangan seseorang mengenai hidup, sebenarnya enggak terlepas dari akidah yang diyakininya. Bagi muslim yang meyakini adanya alam akhirat, ia akan memandang hidup adalah ujian yang kelak membawanya ke surga atau neraka. Oleh karena itu, agar muslim tidak terjerumus dalam neraka, tujuan dia dalam mengarungi kehidupan adalah untuk beribadah kepada Allah taala.
Sayangnya, konsep ini sering enggak berjalan sebagaimana mestinya, sebab manusia, termasuk muslim, pasti enggak terlepas dari sistem yang membelenggunya. Contohnya, yang kita alami saat ini. Dalam sistem sekularisme yang diterapkan banyak negara, tujuan dan arah pandang mengenai kehidupan dapat berubah. Tujuan yang awalnya untuk beribadah kepada Allah, bisa menyimpang menjadi untuk meraih materi sebanyak-banyaknya. Lo, kok bisa?
Dalam sistem sekularisme, tolok ukur kebahagiaan seseorang bukan karena mendapatkan rida Allah, melainkan ketika terpenuhinya kebutuhan materi. Akibatnya, ketika seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan mudah stres, depresi, bahkan sampai melakukan hal yang tidak terpuji. Terlebih lagi, dalam sistem ini, negara tidak menjadi pengurus rakyat dengan baik sehingga mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.
Budaya konsumtif membuat masyarakat kerap tidak bisa memprioritaskan mana yang harus dipenuhi dan tidak. Sistem ekonomi kapitalisme yang makin mencekik juga menjadi penyebab masyarakat mudah terjebak dalam jeratan utang atau kemaksiatan lainnya. So, sistem yang diterapkan sebuah negara jelas memiliki pengaruh terhadap pandangan dan sikap seseorang dalam menjalani kehidupan.
Bunuh Diri Bukan Solusi
Guys, seberat apa pun ujian yang kita alami, mengakhiri hidupi dengan bunuh diri bukanlah sebuah solusi. Tindakan ini justru akan menimbulkan masalah baru bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Bayangkan saja, ketika seseorang nekat bunuh diri, ia akan menyusahkan orang yang masih bertanggung jawab atau yang menjadi tanggungannya. Jika ia seorang ayah, ia akan menyusahkan istri dan anaknya. Jika ia seorang anak, ia akan menyusahkan orang tuanya.
Ia juga akan menyusahkan dirinya sendiri kelak di akhirat karena masih memiliki tanggungan yang belum diselesaikan. Bunuh diri merupakan dosa besar yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Allah Swt. berfirman,
وَلَا تَقْتُلُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا ...
Artinya: “... Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 29).
Hadis Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menjelaskan bahwa orang yang melakukan bunuh diri kelak akan kekal di dalam neraka. Rasulullah saw. bersabda yang artinya,
“... Barang siapa yang bunuh diri dengan cara terjun dari gunung, ia akan selalu terjun ke neraka dan ia kekal di dalamnya.”
Hidup Adalah Pilihan
Guys, masalah atau ujian hidup yang kita alami, adakalanya murni berasal dari Allah, tetapi adakalanya merupakan akibat perbuatan kita. Ketika seseorang memilih untuk menjalankan kehidupan tanpa memperhatikan syariat Islam, ia harus siap untuk menerima segala konsekuensinya. Misalnya, ketika seseorang memilih untuk mengambil utang yang berbasis riba, tentu ia harus memahami bahwa utang yang diambilnya akan makin membengkak nominalnya. Terlepas dari segala alasan orang tersebut harus berutang.
Memang ya, dalam penerapan ideologi kapitalisme saat ini, standar aturan kehidupan yang diberlakukan bukan halal-haram. Tetapi, seorang muslim tetap harus terikat dengan hukum syarak. Muslim harus bertahan dengan segala godaan dan iming-iming keuntungan yang tidak sesuai syariat Islam. Enggak hanya itu, muslim enggak boleh diam ketika sistem yang diterapkan kepadanya bukan sistem Islam. Mengapa?Karena menerapkan hukum Islam itu adalah kewajiban bagi setiap muslim.
Dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 208, Allah taala mewajibkan setiap muslim untuk masuk ke dalam agama Islam secara keseluruhan. So, jika saat ini Islam belum diterapkan secara sempurna dan paripurna, muslim memiliki beban untuk menegakkannya. Caranya tentu saja dengan mewujudkan negara Islam.
Islam Solusi Segala Masalah Hidup
Guys, kalau muslim menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, ia enggak akan mudah mengakhiri hidupnya ketika mengalami suatu masalah. Karena, Islam selalu memiliki solusi atas segala masalah manusia. Ketika seseorang mengalami kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, Islam tidak melarangnya untuk berutang. Hanya saja, utang yang dilakukan tidak boleh berbasis riba.
Selain itu, dalam masyarakat muslim, Islam menganjurkan untuk saling membantu dan menolong dalam menghadapi kesulitan hidup. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 bahwa hendaklah kita tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Lebih dari itu, jika seorang muslim ternyata merupakan orang fakir atau miskin, ia berhak menerima zakat.
https://narasipost.com/opini/10/2023/bunuh-diri-bukanlah-solusi/
Negara juga wajib memberikan kemudahan bagi setiap masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Negara harus memberikan lapangan pekerjaan bagi setiap pencari nafkah dan menjamin setiap warga negaranya mendapatkan jaminan pemenuhan pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Lingkungan sosial masyarakat yang berbasis Islam tidak hanya mewujudkan sikap saling membantu dalam hidup, tetapi juga menunjukkan sikap amar makruf nahi mungkar. Artinya, jika ada seseorang yang akan melakukan kemaksiatan, masyarakat akan mencegahnya. Dengan demikian, suasana keimanan akan selalu menyertai kehidupan masyarakat.
Nah, semua itu tentu hanya akan terwujud jika negaranya menerapkan hukum syarak dalam segala aspek kehidupan. Dengan penerapan hukum syarak yang didorong keimanan dan ketakwaan, masyarakat yang hidup di dalamnya enggak akan mudah putus arah ketika menghadapi masalah dalam hidup.
Bagaimana? Islam keren banget, kan? So, yuk segera ambil peranmu untuk menerapkan Islam!
Wallahua’lam bishawab. []
Kejadian bunuh diri satu keluarga terus berulang. Utang sebagai salah satu alasannya. Ketika negara memandang utang salah satu solusi, rakyat hingga unsur terkecil yaitu keluarga mengadopsinya. Padahal, jeratan utang berbunga bisa menghilabgkan kewarasan, akal sehat tidak berfungsi. Kasihan nasib keluarga dalam sistem kapitalis.
Y, negaranya aja tukang utang. Maka gak heran kalau rakyatnya juga berpikir hal yang sama.
Sungguh miris gara-gara utang sampai harus bundir
Ya, karena sudah buntu merasa tidak ada solusi.