"Tetap waspada dengan kesadaran politik yang tinggi, tapi tidak melupakan agenda utama mewujudkan peradaban mulia. Kita mesti tetap mengarahkan pandangan kita kepada terwujudnya kepemimpinan umum bagi seluruh muslim di dunia, yakni terwujudnya institusi politik yang menjadi perisai umat."
Oleh. Rizki Sahana
NarasiPost.Com-Kalo kamu update kondisi perang Rusia-Ukraina, kamu akan melihat perang tersebut sedikitnya telah membelah manusia ke dalam dua kubu: pro Rusia atau pro Ukraina. Masing-masing punya alasan kuat soal pilihan keberpihakannya. Di jagat medsos, kedua kubu bergulat dalam berbagai komentar dan perang status. Mulai dari para elite, politisi, hingga netizen, semuanya angkat bicara.
Lantas kamu di pihak mana, Gaes?
Memang benar Ukraina ga layak dibela dari sisi keberpihakannya kepada Israel yang terang dilontarkan oleh presidennya melalui cuitannya di Twitter. AS dan NATO yang berpihak kepada Ukraina juga adalah kumpulan negara arogan, sewenang-wenang, lagi berstandar ganda, sama sekali ga layak dipuja. Betapa sepak terjang mereka di Irak dan Afghanistan telah jelas menunjukkan wajah kejam dan serakah mereka terhadap kawasan. Sementara kemunafikan mereka tampak benderang kala mereka inkonsisten dalam menyikapi pelanggaran wilayah atas negara lain. Buktinya, ga berselang lama pasca Rusia menginvasi Ukraina, AS dan NATO langsung mengecam keras sembari menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. Tapi terhadap Israel yang puluhan tahun menjajah Palestina, AS dan NATO bungkam seribu bahasa. Bukankah yang Israel lakukan ga berbeda dengan apa yang Rusia jalankan? Bahkan Israel lebih rakus terhadap tanah Palestina dan lebih bengis lagi terhadap penduduk Palestina?
Jadi, Rusia nih yang lebih layak mendapat dukungan? Tunggu dulu, Gaes, jangan buru-buru. Kita mesti meneliti siapa Rusia sesungguhnya, bagaimana sepak terjangnya, dan apa visinya. Karena soal dukung-mendukung ini bukan perkara sepele dan remeh-temeh, tapi berkaitan dengan keimanan dan posisi kita sebagai hamba Allah yang kelak akan dipertanggungjawabkan. Maka harus bin kudu untuk berhati-hati dengan pilihan-pilihan yang ada.
Rusia adalah negara pecahan Uni Soviet yang paling besar pengaruhnya di dunia hingga hari ini. Hal ini tampak dari posisinya dalam percaturan politik internasional. Di PBB misalnya, Rusia masuk dalam keanggotaan Dewan Keamanan PBB dan memiliki hak veto. Di kawasan, Rusia masih memiliki dominasi terhadap negara-negara bekas pecahan Uni Soviet yang lain, termasuk terhadap Ukraina. Karenanya, Rusia kebakaran jenggot saat Ukraina menginginkan bergabung dengan NATO. Rusia merasa perlu mengambil tindakan tegas atas upaya Ukraina itu demi mengamankan dominasinya di kawasan.
Dominasi Rusia di kawasan juga tampak pada kebijakan anti-Islam Putin di bawah payung SCO (Shanghai Cooperation Organization). Putin mengawal proyek ini dengan ketat terutama terhadap negara-negara pecahan Uni Soviet berciri Islam seperti Uzbekistan, Kirgistan, Kazakhstan, dan Tajikistan. Melalui perjanjian SCO inilah Putin mengendalikan para pemimpin Asia Tengah itu untuk memberangus dakwah Islam dengan menangkap ribuan aktivis muslim lalu memenjarakan mereka berpuluh tahun di penjara-penjara yang ga manusiawi. Durjana banget ya, Gaes!
Rusia yang beraliran kiri ini pastinya ga pernah merasa perlu berurusan dengan berbagai isu kemanusiaan yang menimpa kaum muslim di berbagai belahan dunia. Bahkan Rusia justru menjadi backing Bashar al-Assad dalam membantai kaum muslim Suriah. Rusia juga sekutu Cina yang membisu saat Cina menindas muslim Uyghur di Xinjiang.
Sayangnya, fakta-fakta kejahatan Rusia ga banyak diketahui publik, Gaes. Sebab yang sedang berada di panggung utama hari ini adalah AS dan sekutunya. Sebagai negara super power, setiap tindak-tanduknya menjadi sorotan utama dunia.
Karena itu, banyak dari kalangan muslim menjatuhkan pilihan dukungan kepada Rusia. Padahal Rusia tuh ga jauh berbeda dari rivalnya, AS. Tangannya sama-sama berlumuran darah kaum muslim.
Jadi gimana, dong? Kita harus berpihak kepada siapa? Bengong aja gitu? Atau berdoa semoga perang cepat usai atau setidaknya berakhir di meja perundingan agar tak banyak memakan korban? Atau sekadar berdoa agar kaum muslim di sana Allah jaga?
Gini, Gaes. Kita sebagai muslim harus memiliki visi sendiri. Yakni visi yang dituntut oleh din kita. Jangan terjebak pada dua pilihan saja, seakan-akan hanya pilihan itulah yang harus diadopsi. Padahal masih banyak opsi lain.
So, dalam menyikapi peristiwa ini kita mesti on the track, Gaes. Tetap waspada dengan kesadaran politik yang tinggi, tapi tidak melupakan agenda utama mewujudkan peradaban mulia. Mendoakan yang terbaik untuk muslim Ukraina ga salah, tapi kita mesti tetap mengarahkan pandangan kita kepada terwujudnya kepemimpinan umum bagi seluruh muslim di dunia, yakni terwujudnya institusi politik yang menjadi perisai umat. Institusi yang akan menjaga dan melindungi umat dari beragam konspirasi jahat, berbagai manipulasi, dan semua upaya penjajahan. Institusi yang akan menghentikan semua kerakusan juga kepongahan adidaya Timur maupun Barat, serta mengakhiri penderitaan manusia yang berkepanjangan akibat konflik kepentingan keduanya.
Jadi clear ya, Gaes, Ukraina atau Rusia keduanya bukanlah pilihan bagi muslim. Pilihan kita adalah memperjuangkan peradaban Islam agar memimpin dunia hingga semesta diliputi rahmat Sang Maha Perkasa. Allahu Akbar!![]
Photo : BBC News