"Sebagai umat terbesar di negeri ini kita wajib menyeleksi setiap berita yang menarasikan Islam sebagai agama terorisme. Jangan makan mentah-mentah opini yang menjelekkan Islam dan dakwah. Karena bisa jadi opini itu lahir dari propaganda Barat yang sengaja mengembuskan islamofobia, agar umat semakin benci pada agamanya sendiri, lalu semakin jauh dari ideologi Islam sebagai landasan kehidupan bernegara."
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam sebuah pidatonya Ustaz Adi Hidayat pernah berucap, "Seseorang yang memeluk agama tidak akan menyakiti agamanya, sebagaimana ibu yang memeluk anaknya tidak akan menyakiti anaknya." Apalagi kelompok dakwah, tidak mungkin melakukan tindakan yang merendahkan nilai agama. Menggelapkan dana umat misalnya, lalu digunakan untuk mendanai aksi terorisme.
Sebagaimana dikutip Republika.co.id, (19/02/2023) terkait dana gempa Cianjur yang digelapkan oleh jemaah berbasis Islam. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut dana tersebut telah disalahgunakan untuk kegiatan terorisme. Informasi ini wajib kita cerna terlebih dahulu agar tidak menggiring opini publik ke narasi bahwa Islam adalah agama barbar.
Di sini kita bisa mencermati beberapa hal, Guys.
Pertama, apa benar dana bantuan kemanusiaan tersebut digunakan untuk aksi terorisme?
Kedua, benarkah jemaah Islam yang melakukannya? Hal ini wajib kita telusuri sampai ke akar.
Kronologis
Jadi, Guys! Temuan ini bermula dari analisis yang dilakukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang mengendus adanya penyalahgunaan bantuan donasi gempa Cianjur oleh sebuah yayasan yang mengumpulkan bantuan kemanusiaan. Dari hasil pengungkapan perkara TPPU dan pemeriksaan oleh PPATK, terungkap penggelapan dana oleh yayasan sepanjang 2022 senilai Rp1,7 triliun. Di mana dana ini digunakan untuk kepentingan pribadi seperti membeli mobil, rumah, atau dikirimi ke orang-orang sekitarnya untuk memperkaya diri sendiri. (cnbcindonesia.com, 14/02/2023)
Khusus penggelapan dana korban bencana Cianjur, PPATK dan BNPT sepakat menyebutkan bahwa dana tersebut dipakai untuk kepentingan kegiatan terorisme. Di mana Kepala BNPT, Boy Rafli Amar, secara khusus menyebut kelompok tersebut tidak lain adalah Jemaah Ansharud Daulah (JAD) dan kelompok Jemaah Islamiah (JI). (cnnindonesia.com, 19/02/2023)
Tentunya kita penasaran, Guys! JAD dan JI itu jemaah apa, sih? Kok bisa-bisanya menggelapkan dana bantuan kemanusiaan? Sebagai muslim tentunya kita tidak ingin Islam dianggap agama yang menebarkan teror. Oleh sebab itu, kita harus tahu kenapa dua jemaah ini berbuat anarkistis? Karena hal ini berhubungan dengan nama baik dakwah dan umat Islam secara keseluruhan.
Perlu diketahui Guys, sejak tahun 2017, JAD telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat. Jejak perjalanan JAD sendiri viral di Indonesia sejak Oktober 2019, setelah peristiwa penyerangan dengan pisau terhadap Wiranto yang pada saat itu menjabat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Belakangan pelaku diketahui bernama Abu Rara yang "diduga" terlibat jaringan JAD. Selanjutnya JAD juga disebut-sebut sebagai dalang di balik peristiwa pengeboman Gereja di Surabaya pada 2018 dan di Makassar pada tahun 2021 silam.
Sedangkan JI, kelompok ini dikenal di Indonesia sebagai organisasi ekstremis yang kerap "dituduh" melakukan tindakan radikal. Jemaah ini "katanya" dibentuk oleh Abu Bakar Baasyir yang merupakan tokoh Islam dan aktivis dakwah. JI diduga kuat menjadi dalang di balik peristiwa bom Bali 2005 dan serangan bom di hotel Ritz-Carlton, Jakarta, pada Juli 2009. (Tempo.co, 19/11/2021)
Benar-benar track record yang jelek banget, ya, Guys! Mulai dari percobaan pembunuhan, meneror, bahkan melakukan pengeboman. Tindakan yang sebenarnya diharamkan dalam Islam. Karena itu, kita harus berhati-hati, Guys, dalam menelaah narasi terorisme ini agar tidak melibatkan Islam. Setidaknya ada dua wacana yang bisa kita analisis untuk menerka arah juang dua jemaah ini.
Pertama, apa alasan JAD dan JI berbuat anarkistis padahal hal itu melanggar syarak?
Kedua, mungkinkah JAD dan JI ciptaan penjajah yang "sengaja" dimunculkan untuk memuluskan islamofobia dan propaganda untuk mencitraburukkan Islam dan gerakan dakwah?
Tak salah jika umat curiga. Narasi terorisme yang kerap dikaitkan dengan Islam sering kali hanya dugaan tanpa dasar. Sehingga umat wajib memfilter setiap berita buruk yang dialamatkan kepada Islam. Jangan sampai narasi terorisme ini malah menggiring opini publik bahwa Islam adalah agama teror dan mengancam keselamatan jiwa. Sungguh, ini jahat sekali!
Jangan Makan Opini Mentah!
Masih ingat 'kan, Guys, berita viral penangkapan terhadap seorang wanita berinisial SE pada Oktober 2022 lalu, karena menodongkan pistol ke Paspampres yakni Pasukan Pengamanan Presiden di Istana Merdeka? Entah apa tujuan SE melakukan aksi nekatnya itu, namun media terlalu dini menggoreng berita tersebut sebagai aksi terorisme berbasis gerakan Islam, hingga cadar dan pakaiannya pun disorot sebagai lambang terorisme. (Liputan6.com, 26/10/2022)
Kemudian, hal yang sama juga tejadi pada dosen AB, pada tahun 2019 silam. Sosok yang telah mengabdikan diri mengajar di IPB lebih dari 30 tahun itu ditangkap karena tuduhan menyimpan bom berdaya ledak tinggi di rumahnya. Namun, AB yang merupakan anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Nusantara (MKPN), itu langsung membantahnya karena ia tidak pernah marakit bom, apalagi menjadi teroris. (kompas.com, 8/10/2019)
Fakta ini menjelaskan kepada kita, Guys! Sebagai umat terbesar di negeri ini kita wajib menyeleksi setiap berita yang menarasikan Islam sebagai agama terorisme. Jangan makan mentah-mentah opini yang menjelekkan Islam dan dakwah. Karena bisa jadi opini itu lahir dari propaganda Barat yang sengaja mengembuskan islamofobia, agar umat semakin benci pada agamanya sendiri, lalu semakin jauh dari ideologi Islam sebagai landasan kehidupan bernegara.
Ya, seperti biasa, Guys! Isu terorisme akan selalu menjadi "gorengan empuk" bagi mereka para pembenci Islam. Musuh-musuh Islam akan memanfaatkan situasi dan kondisi apa saja, demi memuluskan tujuannya menanamkan islamofobia di tengah bangsa dengan penduduk mayoritas muslim, ini.
Pada kenyataannya, Guys! Islamofobia menjadi akar masalah berbagai teror yang menimpa umat Islam di seluruh dunia. Akibat islamofobia, kaum muslim di dalam negeri kesulitan melakukan dakwah bilhaq kepada umat yang semakin jauh dari karakter muslim sejati. Pun yang terjadi di luar negeri, adanya islamofobia telah mendorong masyarakat yang anti-Islam berbuat anarkis terhadap kaum muslim minoritas di belahan dunia lainnya. Seperti yang terjadi di Prancis, Amerika, dan Cina.
Karena itu, Guys, diperlukan analisis mendalam terhadap perilaku teror yang senantiasa disematkan kepada JAD dan JI yang disebut sebagai jemaah berbasis Islam. Agar narasi ini tidak berkembang menjadi fitnah terhadap Islam dan jemaah dakwahnya. Tentunya, Guys, dengan melakukan berbagai pendekatan politik yang berhubungan dengan kepemimpinan. Salah satunya dalam mengukur tingkat kepuasan rakyat atas rezim yang berkuasa saat ini, sudahkah membuat rakyatnya sejahtera?
Kegagalan Negara
Mari kita buka mata lebar-lebar dan melihat di sekeliling kita. Sudahkan rezim hari ini bertanggung jawab mengentaskan problem kemiskinan dan menjamin kesejahteraan rakyatnya? Karena tak menutup kemungkinan reaksi teror adalah buah dari kegagalan negara dalam menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya.
Perlu dipahami, Guys! Terorisme dan segala kejahatan lainnya tidak ada sangkut pautnya dengan Islam. Islam mengharamkan segala bentuk teror dan tindakan menganiaya lainnya bagi setiap muslim apa pun bentuknya. Sebaliknya Islam mengajarkan untuk saling mengasihi antarsesama manusia, berdakwah dengan hujah, bukan dengan kekerasan. Hal ini sejalan dengan pesan Al-Qur'an dalam surah Al-Anbiya ayat 107,
"Tidaklah Kami utus Engkau (Muhammad) melainkan agar menjadi rahmat (kasih sayang) bagi seluruh alam."
Rasulullah telah mencontohkan dakwah la madiyah (tanpa kekerasan) baik saat berdakwah di tengah masyarakat Quraisy maupun di Madinah saat berhadapan dengan Yahudi di perbatasan Daulah Islam. Faktanya, Rasulullah saw. senantiasa mengutamakan diskusi-diskusi politik, intelektual, dan dakwah pemikiran mengajak mereka memeluk Islam dan hidup di bawah kepemimpinan Islam. Dakwah dengan penuh rasionalitas inilah yang mampu menggerakkan hati manusia untuk mengimani Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang layak disembah. Hingga hari ini, pemeluk Islam mencapai 1,91 miliar tersebar di seluruh dunia.
Karenanya, sudah jelas, Guys! Segala macam aksi teror, menganiaya, dan anarkis bukanlah bagian ajaran Islam dan tidak akan pernah menjadi metode dakwah Islam. Sebaliknya, gerakan terorisme justru lahir dari kegagalan negara dengan sistem demokrasi sekulernya yang telah melahirkan berbagai masalah sosial, baik itu kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kebodohan. Persis sebagaimana yang kita rasakan saat ini.
Khatimah
Oleh karena itu, Guys! Upaya stigmatisasi Islam sebagai agama barbar ini wajib kita adang. Sembari menyeru umat untuk berjuang menerapkan Islam kaffah dalam bingkai bernegara. Karena hanya Islam yang mampu menghapus segala bentuk penindasan dan penistaan terhadap Islam dan syariat-Nya, sekaligus menjamin muruah Islam dan umatnya terjaga. Hanya Daulah Khilafah Islam yang mampu mewujudkan itu semua. Saat Islam diterapkan dalam bingkai negara, barulah negeri akan aman sentosa. Wallahu alam bishawab.[]