"Untuk keluar menjadi bangsa yang kuat dan disegani dunia, kita wajib memiliki kemandirian. Terlebih di bidang militer. Militer tidak hanya difungsikan sebagai sarana pertahanan saja, namun juga berupaya untuk menciptakan inovasi mutakhir yang layak digunakan untuk perang."
Oleh. Ana Nazahah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bagi kamu yang suka baca berita politik dan ekonomi pasti tau, neh. Indonesia sedang bersuka cita terkait kerja sama bisnis antara PT. Dirgantara Indonesia (PTDI) dan Jet Investment Group SARL. Yup, dua perusahaan yang bergerak di bidang aerospace dan investasi ini telah menandatangani MoU di Bandung, pada Rabu (2/2/2022) lalu. Dikutip ekozone.com.
Jadi gini ceritanya, Gaes! Kerja sama ini nantinya demi memuluskan rencana produksi pesawat CN-235 dalam jangka waktu, hingga 10 tahun ke depan. Jet Investment Group SARL akan menyediakan dana dan solusi pengadaan barang, untuk membuka peluang sebesar-besarnya bagi CN-235 menembus pangsa pasar dunia. Nah, keren nggak tuh?
Tapi, tunggu dulu! Sebelum bahas betapa kerennya hal itu, sepertinya ada hal yang perlu dipertanyakan.
"Bukankan sebuah negara wajib memiliki kemandirian, khususnya terkait industri pertahanan? Terus, kenapa investasi dijadikan solusi? Bagaimana jika kelak, investasi malah memuluskan proyek hegemoni Barat? Bukankah itu, semakin memperlemah keamanan dan pertahanan bangsa kita?"
Gaes, sejatinya masalah ini wajar saja kita pertanyakan. Bagaimanapun juga kita ini bangsa yang besar. Wajib memiliki kemandirian, pun penjagaan atas hak kekayaan intelektual. Dengan begitu, barulah kita bisa disebut sebagai bangsa yang merdeka. Merdeka dalam mengatur dan menentukan kebijakan sendiri. Tanpa harus bergantung pada kekuatan swasta ataupun asing.
Pentingnya Kemandirian Industri Pertahanan Bangsa
Gaes, seperti yang kita ketahui, bangsa yang menang perang adalah bangsa unggul dalam teknologi militer. Penguasaan terhadap teknologi militer tentunya didukung oleh kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Jika negerinya serba bergantung ke asing, bisa dipastikan negeri tersebut lemah, berada di bawah bayang-bayang negara adidaya.
Nah, Gaes! Lemahnya negara dalam pertahanan militernya, membuka peluang bagi negara yang lebih kuat untuk menjajahnya. Menekannya di bawah "ketiak" kekuasaan mereka. Penjajahan ini tidak hanya berupa perang dengan mengerahkan kekuatan militer saja. Ada 'perang' lain yang cukup berbahaya juga, yakni hegemoni bangsa kuat terhadap bangsa yang lemah. Negeri terjajah akan senantiasa berada dalam cengkeraman negara superior.
Nah, untuk keluar menjadi bangsa yang kuat dan disegani dunia, kita wajib memiliki kemandirian. Terlebih di bidang militer. Militer tidak hanya difungsikan sebagai sarana pertahanan saja, namun juga berupaya untuk menciptakan inovasi mutakhir yang layak digunakan untuk perang. Sebagaimana Rasulullah saw. mengatur pos pertahanan dalam negeri Daulah Islam di Madinah. Lembaga milter negara orientasinya adalah jihad.
Ya, tentu saja negara kita bisa. Kita memiliki kekuatan militer berupa SDM yakni tentara dan berbagai Alat Utama Sistem Senjata (alutsista). Walaupun sebagian alutsista hasil produksi asing, namun cukup untuk menjaga kesatuan negeri, pun dalam menghadapi invasi dari negeri penjajah. Masalahnya adalah negara kita belum cukup mandiri. Belum memiliki visi sebagai negara pemimpin. Terjerat Kapitalisme, dalam bentuk utang dan investasi. Sehingga memengaruhi kebijakan dan kemandirian bangsa.
Sebenarnya tidak masalah hasil intelektual dan inovasi anak bangsa dijadikan sarana demi mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Namun, jika hasil kreasi anak bangsa malah dikomersilkan dengan jalan investasi berkedok hegemoni, ini yang disesalkan. Karenanya, negara tidak boleh bergantung pada kekuatan investasi dari luar, terlebih dari para kapitalis yang telah jelas menjadikan kita sebagai 'sapi perah' bagi mereka
Industri Militer/Pertahan dalam Islam
Jadi gini, Gaes! Sebenarnya kita tidak sedang nyinyir atas prestasi anak bangsa yang wajib diapresiasi. Sekali lagi, bukan! Hanya saja sebagai muslim, kita wajib meningkatkan kesadaran sekaligus kemampuan bepikir. Agar jelas bagi kita makna kemandirian yang sebenarnya, agar terbebas dari ketergantungan terhadap bangsa asing. Investasi atau apa pun namanya.
Terlebih kita ini muslim. Setiap perbuatan kita seharusnya sejalan dengan perintah Rabb dan Rasul kita. Allah Swt. melarang kita untuk berteman dengan orang-orang kafir. Apalagi bergantung kepada orang-orang kafir. Baik dari sisi teknologi maupun dana. Hal ini hanya akan memperlemah posisi kaum muslim di hadapan penjajah. Padahal Allah telah memperingatkan kita dalam Firman-Nya "… Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan pada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (TQS. An-Nisa: 141)
Karena itulah, dalam Islam negara dituntut membangun industri dengan mengedepankan kemandirian. Tak boleh sedikitpun ada peluang untuk bergantung pada kekuatan luar. Bukankah Indonesia memiliki SDA yang berlimpah yang semestinya mampu mendukung pendanaan, untuk menunjang itu semua? Baik dalam mendorong SDM yang ahli, pun demi menghasilkan produk-produk yang bermanfaat untuk umat.
Oleh sebab itu, jika negara kita ingin mewujudkan pertahanan/militer secara mandiri, maka Indonesia harus segera melakukan revolusi industri. Negara wajib merubah paradigma industri militer yang bertumpu pada politik defensif menjadi politik jihad sebagaimana Rasulullah saw. membangun politik militer periode Madinah. Lihatlah negara-negara Barat, mereka kuat karena menjadikan militer mereka berbasis perang.
Tentu saja, Gaes! Revolusi industri hanya akan percuma jika tidak diikuti oleh revolusi di bidang ekonomi dan aspek yang mendukung kehidupan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak lainnya. Seperti kekayaan milik negara atau milik publik berupa SDA yang melimpah. Itu wajib dikelola oleh negara, tidak boleh diprivatisasi swasta ataupun asing.
Yang lebih penting, revolusi industri ini wajib direalisasikan dengan menjadikan mabda/ ideologi Islam, sebagai landasan politik. Yakni sebuah sistem di mana sejarah pernah mencatatnya, bahkan saat mendengar nama tentara Islam saja, kaum kafir menggigil ketakutan.
Sayangnya, Gaes! Kita tidak bisa menutup mata terkait kondisi umat Islam hari ini. Dunia Islam sedang sakit. Hal ini dikarenakan runtuhnya Daulah Islam sejak satu abad silam, telah membuat dunia Islam terpecah belah menjadi kekuatan-kekuatan kecil. Saat ini pemimpin-pemimpin Islam lebih memilih sistem yang ditawarkan Barat dari pada sistem buatan Allah Swt. Padahal, hanya sistem Islam lah yang mampu membawa umat pada puncak peradaban dan menjadi negara digdaya yang disegani dunia.
Kesimpulan
Karena itu Gaes, memahamkan umat pentingnya kembali pada aturan Allah dan menjadikan syariatnya sebagai landasan hidup kita adalah tugas kita bersama. Allah tidak akan menurunkan keberkahan serta melimpahkan rahmat-Nya kepada negara yang menolak sistem buatan Allah sebagai solusi, lalu menukarnya dengan mengambil aturan kapitalis-liberal, yakni akar penyebab dari seluruh penderitaan yang umat deritakan saat ini.
Wallahu 'alam.[]