Dehumanisasi Perempuan PMI/CPMI, Salah Siapa, Bestie?

Dehumanisasi perempuan

So, banyak kaum perempuan akhirnya tidak sadar, merasa terbantukan padahal dimanfaatkan, merasa penyelamat ekonomi padahal dieksploitasi, berharapnya mapan tapi tetap saja dalam kemiskinan.

Oleh. Yeni Marliani
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Bestie, dilansir dari voaindonesia.com, (20/12/23). Komisi Nasional Anti- Kekerasan terhadap Perempuan (KOMNAS Perempuan) mengatakan bahwa masih banyak Balai Latihan Kerja Luar Negeri (BLKLN) swasta yang memiliki asrama penampungan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) dengan kondisi yang tidak layak dan tidak manusiawi. 

Temuan Komnas Perempuan pada pemantauan yang dilakukan di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat, antara lain asrama dengan fasilitas yang kurang layak, bekerja tanpa upah, dan pembatasan komunikasi serta kunjungan keluarga.

Hadudu, jadi ingat sebuah lirik lagu nih Bestie, "dan terjadi lagi". Ya dehumanisasi terhadap perempuan PMI/CPMI adalah kejadian berulang yang tidak pernah ada solusinya. Sekalipun ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (PPMI) nyatanya belum mampu memberi perlindungan seperti yang diharapkan dan masih menempatkan perempuan pekerja migran dalam posisi yang lebih rendah serta rentan dehumanisasi.

Mirisnya lagi ya Bestie, perempuan PMI ini tak hanya mengalami dehumanisasi saat pra penempatan kerja. Bahkan, saat sudah bekerja pun banyak yang mengalami kekerasan hingga kematian juga perbudakan.

Data pengaduan Crisis Center Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tahun 2022, mencatat bahwa permasalahan yang dihadapi sepanjang 2019 hingga 2021 antara lain, gaji tidak dibayar, PMI gagal berangkat, perdagangan orang, pekerjaan tidak sesuai perjanjian kerja, tindak kekerasan dari majikan, depresi atau sakit jiwa, penipuan peluang kerja, dan sebagainya. BP2MI mencatatkan, terdapat 592 total pengaduan penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) untuk periode Januari-April 2023 (cnbcindonesia.com, 24/5/23).

Berikutnya BP2MI juga mengungkapkan, seratus orang pekerja migran asal NTT  meninggal dalam rentang 1 Januari 2023 hingga 30 Agustus 2023. Sebanyak 97 di antaranya bekerja di Malaysia, sedangkan tiga lainnya masing-masing di Laos, Gabon, dan Papua Nugini, kata lembaga pemerintah tersebut, dari seratus orang tersebut, sejumlah 23 orang adalah perempuan (benarnews.org, 30/8/23).

Sungguh ironi ya Bestie, padahal Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak-Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya telah berusia 34 tahun pada 18 Desember 2023, di mana hari pengesahannya diperingati sebagai hari penting bagi pekerja migran di seluruh dunia.

Selaras dengan itu pula, terdapat Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan yang sudah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984 dan Deklarasi Beijing Platform for Action 1995. Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), yakni terkait pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, memuat target untuk melindungi hak-hak para pekerja migran Indonesia (PMI), khususnya perempuan PMI.

Artinya, berbagai upaya perlindungan dan pemenuhan hak-hak perempuan yang telah berjalan berpuluh-puluh tahun nyatanya gagal. Malah perempuan terus berkubang dalam permasalahan terutama eksploitasi dan kemiskinan. Berdasarkan catatan tahunan Komnas Perempuan, terjadi 813 kasus kekerasan terhadap perempuan PMI sepanjang 2016-2022. 

Akar Masalahnya di Mana?

Bestie, untuk mengurai dan mencari akar masalah dari persoalan perempuan hari ini, termasuk perempuan PMI. Bermula dari area fokus "perempuan dan ekonomi". Enam tujuan strategis dalam bidang ekonomi di antaranya adalah mempromosikan kemandirian dan hak-hak ekonomi perempuan termasuk kesetaraan akses pada pekerjaan, kelayakan lingkungan kerja, serta mempromosikan harmonisasi tanggung jawab antara pekerjaan dan keluarga bagi perempuan dan laki-laki.

Tentu hal tersebut disebabkan karena pengadopsian ide sekuler kesetaraan gender yang berkolaborasi dengan sistem dan ideologi kapitalisme yang culas.

Betapa tidak, sistem kapitalisme telah melumpuhkan ekonomi negeri, tidak adil dalam pengelolaan ekonomi, kekayaan, dan sumber daya lahan. Kebebasan kepemilikan, kebijakan pasar bebas, dan model keuangan kapitalisme berbasis bunga. Pada akhirnya kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir elite sedangkan rakyat hidup serba sulit.

Semakin sulit lagi Bestie, sistem kapitalis ini melegalkan investasi asing. Di negeri ini disahkan melalui Undang-Undang Penanaman Modal No. 25/2007. Alhasil, kepemilikan asing atas usaha dalam negeri hampir seluruh sektor seperti pertanian, pertambangan, migas, keuangan, dan perbankan. Tak tanggung-tanggung, penguasaan asing diperbolehkan hingga 95 %. Ngeri ‘kan Bestie?

Kalau sudah begitu, rakyat yang di dalamnya terdapat kaum perempuan dapat apa? Yang ada harga-harga naik, lapangan kerja bagi suami sulit, biaya pendidikan, dan kesehatan selangit. Ya wajar kaum perempuan pada akhirnya terjun pula dalam menopang ekonomi agar dapat bertahan hidup.

Ketika perempuan terlibat dalam aktivitas ekonomi, baik menjadi pekerja, buruh ataupun pelaku UMKM. Sudah tentu perekonomian keluarga menjadi stabil, daya beli pun kuat. Inilah kondisi yang diharapkan oleh sistem kapitalisme, Bestie. Sebab daya beli yang kuat akan mengamankan pasar para kapitalis. Apalagi Indonesia adalah negara kaya dan berada di kawasan Asia Pasifik yang merupakan pusat perdagangan dunia, yang mewakili 70% dari total perdagangan dunia. 

Sama halnya ketika perempuan dikirim ke luar negeri sebagai pekerja migran, sekalipun sebagai pembantu rumah tangga. Hal ini pun dianggap menguatkan perekonomian negeri, dengan arus masuk remitansi, yakni dana yang dibawa masuk oleh pekerja migran ke negara asalnya. Data dari Bank Indonesia (BI), pekerja migran Indonesia menyumbangkan devisa sebesar US$9,71 miliar pada 2022. Jumlah remitansi tersebut naik 6,01% dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebanyak US$9,16 miliar (ekonomi.bisnis.com, 20/12/23).

Sampai sini jelas ya Bestie, jika masih di sistem kapitalisme, tidak ada motif lurus dan tulus untuk menghapuskan kemiskinan ataupun membangun kesetaraan bagi perempuan. Program apa pun itu, bahkan skala internasional. Karena di sistem kapitalisme, perempuan hanyalah sebagai target pasar dan komoditas penghasil remitansi. Huhu sedih ya.

Berikutnya Bestie, yang tidak kalah penting dalam mengurai akar masalah persoalan perempuan hari ini adalah pada perempuan itu sendiri. Hegemoni nilai-nilai Barat yang merasuki keluarga muslim telah menggeser arah pandang perempuan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga tidak lagi sebagai peran yang mulia dan bergengsi. Sebab tidak menguntungkan secara finansial. 

So, banyak kaum perempuan akhirnya tidak sadar, merasa terbantukan padahal dimanfaatkan, merasa penyelamat ekonomi padahal dieksploitasi, berharapnya mapan tapi tetap saja dalam kemiskinan. Kalau sudah begini, tunggu waktu saja, generasi akan mengalami kerusakan, sebab kaum perempuan lalai dari tugasnya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga.

Lalu, Solusinya Bagaimana, Besti?

Islam dengan kesempurnaannya menawarkan visi politik untuk dapat melepaskan diri dari belenggu kemiskinan dan jerat penjajahan ekonomi negara-negara kafir imperialis. Sebab Khilafah menawarkan kebijakan ekonomi sehat yang sudah teruji waktu dan mampu mengangkat kaum perempuan dari derita kemiskinan dan menciptakan kesejahteraan ekonomi yang berkelanjutan, menghapus penderitaan mereka, serta membawa perubahan riil bagi kehidupan perempuan. Bertolak belakang dengan sistem kapitalis yang meminimalisasi peran negara dan mengutamakan para pemilik modal. Nabi saw. bersabda : "Imam adalah penggembala (ra'in), dan ia bertanggung jawab untuk orang-orang yang digembalakannya" (HR. Bukhari).

Bestie, peran negara sangatlah vital dalam Islam, tugas utamanya melayani dan mengurusi kebutuhan rakyat, melindungi kaum lemah dan mencegah terjadinya kezaliman dengan penerapan syariat Islam yang komprehensif. Khilafah sebagai visi politik akan mampu mengeluarkan Indonesia dari jerat penjajahan ekonomi sekaligus memuliakan perempuannya dengan beberapa prinsip berikut:

1. Ekonomi independen dan berdaulat.

Tidak ada ketundukan pada asing, aseng, ataupun pemilik modal. Khilafah tidak akan menerima utang luar negeri ataupun perjanjian yang mencederai kedaulatannya termasuk investasi. Tidak ada celah pihak luar untuk menguasai dan mengontrol perekonomian negeri.

2. Kontrol penuh pada penguasaan sumber daya milik umum.

Semua sumber daya milik umum akan dikelola dan digunakan untuk kepentingan umum sehingga semua rakyat merasakan manfaat. Hasil sumber daya alam akan dibelanjakan untuk pendidikan, kesehatan, pertanahan, infrastruktur, dan mengentaskan rakyat dari kemiskinan. Di sisi lain ada pelarangan penimbunan kekayaan dalam bentuk apa pun dan pemastian kekayaan beredar di tengah masyarakat. Tidak ada asing berinvestasi besar dalam pembangunan infrastruktur, pertanian, industri, dan teknologi.

3. Pemenuhan kebutuhan hidup rakyat sebagai basis utama kebijakan ekonomi.

Akan menerapkan berbagai kebijakan yang menjamin tercapainya pemenuhan semua kebutuhan pokok (primer) tiap individu masyarakat secara keseluruhan, disertai adanya jaminan yang memungkinkan setiap individu untuk memenuhi kebutuhan (sekunder dan tersier) sesuai dengan kemampuan mereka.

4. Memuliakan perempuan dan perannya sebagai ibu.

Perempuan dipandang sebagai “kehormatan yang wajib dijaga”. Yang harus diperlakukan layaknya manusia yang bermartabat bukan sebagai pekerja murah rendahan ataupun komoditas dagang. 

Bekerja bagi seorang perempuan hanyalah sebuah pilihan, bukan tuntutan keadaan. Jika menghendaki maka boleh dilakukan dan sebaliknya jika tidak menghendaki maka tidak boleh melakukan.

Islam menggariskan bahwa perempuan harus selalu dijamin nafkahnya oleh kerabat laki-laki mereka, dan jika tidak memiliki kerabat laki-laki maka negara yang akan menjamin kebutuhan finansialnya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al Baqarah ayat 233.

Islam memandang perempuan memiliki peran suprastrategis sebagai ibu yang melahirkan dan mendidik generasi. Di tangan perempuanlah generasi terbaik, generasi khairu ummah akan terbentuk. Yakni generasi pemimpin yang akan mengeluarkan negeri ini dari kegelapan menuju cahaya. Maasyaallah.

Jelas ya Bestie, seluruh persoalan perempuan hari ini termasuk dehumanisasi perempuan PMI, adalah kesalahan kita menerapkan sistem kapitalisme. Jutaan perempuan dan kaum ibu yang hari ini tereksploitasi akan memiliki kisah berbeda di bawah naungan sistem Khilafah yang sudah teruji. Tak hanya dapat menangani kemiskinan, namun menjaga kehormatan perempuan serta memanusiakannya, dan mencetak generasi cemerlang serta peradaban mulia. Mari mulai perjuangan menerapkan sistem Islam, Bestie.

Wallahu a’lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Yeni Marliani Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Keajaiban Capung
Next
Jalan Rusak Membuat Rakyat Makin Sesak
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

6 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
10 months ago

Dalam kapitalisme, perempuan hanya menjadi objek yang selalu dieksploitasi, dan anehnya, banyak kaum perempuan yang tidak sadar dan merasa terbantukan ketika dieksploitasi

Deena
Deena
10 months ago

Nasib perempuan di alam kapitalisme memang nahas..
Hanya Islam yg bisa menempatkan perempuan pada posisi yg mulia

Sartinah
Sartinah
10 months ago

Perempuan memang hanya jadi tumbal ekonomi kapitalisme. Alih-alih memberdayakan perempuan, yang terjadi justru menarik perempuan jauh dari fitrahnya. Perempuan hanya akan dijaga dan dimuliakan dalam sistem Islam.

Siti Komariah
Siti Komariah
10 months ago

Hanya Islam solusi pasti kemuliaan perempuan. Sekarang perempuan makin diperdayakan agar bisa mandiri dan dimuliakan, padahal nyatanya justru dieksploitasi demi kepentingan segelintir orang

Firda Umayah
Firda Umayah
10 months ago

Hidup dalam sistem kapitalisme memang ngeri, Bestie. Sudah waktunya ganti sistem Islam yang jelas akan memuliakan perempuan.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
10 months ago

Nyata sekali ulah sistem kapitalisme ini memang. Dehumanisasi menimpa siapa saja, terutama perempuan PMI.
Bismillah semoga Allah segera menengkan perjuangan menegakkan kembali kehidupan Islam. Aamiin

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram