Rajab, Bulan Refleksi 102 Tahun Hidup Tanpa Khilafah Islamiah

”Rajab adalah awal persiapan menuju Ramadan, sekaligus momentum untuk mengingat kembali, bahwa telah 102 tahun lamanya umat Islam kehilangan junnahnya, yakni Khilafah Islam yang runtuh pada 28 Rajab 1342 H atau bertepatan 3 Maret 1924 M di Turki Utsmani.”

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tidak terasa Gaes, kita telah tiba di bulan Rajab yakni salah satu bulan haram (suci) yang wajib kita muliakan, di mana ketiga bulan lainnya adalah Zulkaidah, Zulhijah dan Muharam. Allah berfirman dalam surah At-Taubah ayat 36, “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus.”

Tentu saja, seluruh umat Islam wajib menyambut Rajab dengan suka cita. Rajab adalah awal persiapan menuju Ramadan, sekaligus momentum untuk mengingat kembali, bahwa telah 102 tahun lamanya umat Islam kehilangan junnahnya, yakni Khilafah Islam yang runtuh pada 28 Rajab 1342 H atau bertepatan 3 Maret 1924 M di Turki Utsmani.

Membuka Memori

Sangat sedikit yang tahu Gaes, bahwa Daulah Khilafah Islam adalah sistem pemerintahan Islam yang pertama sekali dibangun oleh Rasulullah saw. di Madinah. Mayoritas kita hanya tahu bahwa Rasulullah hijrah ke Yatsrib dalam rangka melanjutkan dakwah mengajak manusia memeluk Islam. Tanpa memahami bahwa Daulah Islam yang dibangun Rasulullah itu telah diwariskan kepada sahabat, kemudian dilanjutkan oleh tabiin dan tabi’ut tabi'in dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga 13 abad membawa umat ke puncak kejayaannya.

Saat Kekhilafahan Islam tegak, umat Islam berada di puncak peradaban dan kegemilangannya. Kejayaan yang benar-benar didamba oleh seluruh umat berbangsa. Di mana sampai detik ini tidak ada satu pun kekuasaan yang paling gemilang dan mampu meriayah umatnya dengan sebaik-baiknya pengayoman, dibandingkan Khilafah Islamiah yang pernah berjaya.

Bagaimana Gaes, sangat luar biasa bukan? Semua itu terjadi karena landasan hukum pemerintahan dalam Daulah Islam hanya bersumber dari wahyu Allah Swt. Implementasi hukum syarak dalam seluruh lini kehidupan telah membawa umat pada prestasi dalam segala bidang kehidupan. Atas landasan pendidikan Islam lahirlah sosok-sosok bertakwa, sehat akal dan pikiran, cerdas, dan berjiwa kepemimpinan. Atas landasan ekonomi Islam negara menjamin SDA yang melimpah hanya bisa dinikmati oleh rakyatnya saja, demi menciptakan kesejahteraan yang adil dan merata. Pun dalam mewujudkan keamanan Islam, basis kekuatan militer yang dilandasi semangat jihad fisabilillah telah membuat gentar para musuh-musuh Allah, bahkan hanya dengan menyebut namanya saja kaum kafir sudah ketakutan, apalagi jika bertemu di medan pertempuran. Karenanya Gaes, tidak ada penjajahan di atas bumi Islam, baik atas pemikiran, budaya, SDA, atau tanah airnya. Sebaliknya Islam datang membebaskan umat dari perbudakan dan pemerintah tagut yang menghegemoni bangsa-bangsa di dunia.

Fakta Hari Ini

Sayangnya, kini masa keemasan itu hanya bisa dikenang dalam lembaran-lembaran sejarah. Setelah Khilafah di Turki Utsmani runtuh umat yang tadinya pemimpin peradaban berubah menjadi kaum inferior, tertuduh, dan kalah dalam pertarungan dengan ide-ide penjajah yang menciptakan nestapa bagi yang mulia. Negeri kaum muslim yang perkasa itu telah tercabik-cabik oleh sekat-sekat kecil atas nama nasionalisme, di mana rakyat di dalamnya hidup di bawah imperialisme penjajah yang mengungkungnya.

Benar-benar menyesakkan dada Gaes, melihat umat hari ini hidup tanpa tempat bersandar dan tanpa junnah. Dijajah secara brutal oleh bangsa kafir, tanpa ada yang menolongnya. Kita bisa lihat bagaimana Palestina, Rohingya, dan rakyat Uighur di Cina menjadi saksi kekejaman penjajah itu yang tanpa rasa kemanusiaan menyiksa secara membabi buta. Tidak sedikit rakyat terbunuh, sementara yang lainnya hidup tersiksa di bawah pemerintahan rezim zalim yang berkuasa.

Tidak hanya itu, imperialisme di negeri-negeri muslim lainnya pun kian merajalela. Salah satunya di Indonesia yang memiliki SDA yang melimpah. Coba deh, kita diperhatikan. Apa pernah rakyat nusantara ini menikmati kesejahteraan dari SDA-nya yang kaya? Tidak Gaes! Harta kekayaan milik umat itu telah dirampok oleh kapitalis lewat kebijakan berupa instrumen utang dan liberalisasi SDA dengan alasan investasi, padahal untuk diprivatisasi swasta dan asing.

Sedihnya Gaes, sudahlah SDA tak dapat kita nikmati, umat malah 'dihadiahkan' utang bertumpuk untuk membiayai defisit anggaran belanja negara yang melebar di setiap tahunnya. Apa yang bisa dilakukan umat di tengah badai PHK di mana-mana? Hanya pasrah menerima nasib, sambil bertarung melawan kemiskinan yang menjeratnya. Sementara anak-anak dan generasinya hidup dalam kebodohan karena mahalnya pendidikan. Maka wajar jika generasi terlibat masalah dekadensi moral yang takkan pernah ada ujungnya. Persis seperti yang kita rasakan hari ini.

Semua ini terjadi berkat penerapan ide sekularisme yang sengaja ditanamkan penjajah dalam kehidupan bernegara. Setelah Daulah Islam runtuh, penjajah menghapus segala aturan yang berhubungan dengan Islam dan Khilafah, bahkan sejarah peradabannya pun dikubur dan dikaburkan. Sehingga umat benar-benar telah kehilangan jati diri, kekuatan, haibah, dan kedaulatannya. Saat ini, jangankan untuk membantu saudara sesama muslim di belahan dunia lainnya, untuk lepas dari belenggu penjajahan SDA dan keluar dari jeratan utang saja susah.

Waktunya Introspeksi

Sejak awal, penjajah sebenarnya tahu bahwa sumber kemuliaan umat ada pada Islam dan pemerintahannya. Karena itulah Gaes, penjajah melakukan apa saja demi menjauhkan umat dari sumber kemuliaannya yakni penerapan Islam secara kaffah dalam bingkai bernegara. Hal yang kerap dilakukan penjajah adalah menstigmatisasi Khilafah sebagai institusi berbahaya dan mengancam kedaulatan bangsa. Narasi jahat ini sengaja diaruskan agar umat takut dengan Khilafah, pun pejuangnya. Mereka juga berupaya memadamkan cahaya kebenaran ini dengan memalsukan sejarah dan mempropagandakan nasionalisme sebagai konstitusi 'harga mati'.

Gaes, masih ingat 'kan salah satu ayat Allah di surah At-Taubah ayat 32? Allah berfirman, "Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, tetapi Allah menolaknya, malah berkehendak menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir itu tidak menyukai.

Ayat ini menjelaskan bahwa seberapa besar pun makar kafir, jika Allah berkehendak menghancurkannya maka bagi Allah hal itu sangatlah mudah. Itu artinya, seberapa pun upaya kafir mengadang laju dakwah mengembalikan kehidupan Islam, namun apabila Allah telah berkehendak maka kemenangan itu pun niscaya. Yang perlu kita lakukan hanya berupaya sekuat tenaga memperjuangkan Islam, menghadapi rintangan dengan sikap sabar dan takwa. Inilah jalan satu-satunya bagi umat meraih kemuliaannya kembali, setelah dirampas satu abad lamanya.

Khatimah

Berkaca dari sejarah peradaban Islam pada awal tegaknya, maka segala kepayahan ini bisa jadi pertanda bahwa kemenangan itu tinggal sedikit lagi di depan mata. Karena itu, seluruh elemen masyarakat wajib turut serta, luruskan niat dan kokohkan barisan. Dengan berpegang teguh pada metode dakwah Rasullullah saw. kita berjuang penuh keyakinan, berharap semoga Rajab ini adalah Rajab terakhir kita hidup tanpa Daulah Islam. Wallahu a'lam![]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Salat Malam
Next
Jalan Berbayar: Kebijakan Tidak Bijak ala Kapitalisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram