Indonesia Darurat "Marriage by Accident"

"Ketika syariat Islam menaungi negeri ini, maka generasi muda hanya akan disibukkan dengan hal-hal yang produktif dan bermanfaat untuk umat dan negara. Mereka jauh dari potret generasi sekuler liberal sebagaimana fenomena yang terjadi saat ini. Bahkan darurat kenakalan remaja seperti narkoba,, free sex yang berujung pada Marriage by Accident tidak akan pernah kita jumpai. Sebab penerapan syariat Islam kaffah akan meminimalisasi hal itu."

Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Tim Redaksi NarasiPost.Com )

NarasiPost.com-Menggila! Yah, satu kata ini pantas dilontarkan pada negeri yang pemuda-pemudinya sedang berbondong-bondong mengajukan dispensasi nikah. Bagaimana enggak menggila? Buka portal berita di mana-mana pemberitaannya seputar tren dispensasi nikah. Bukan hanya di Ponorogo ratusan pelajar mengajukan dispensasi nikah, akan tetapi kota yang sangat terkenal dengan sebutan "Kota Pelajar" juga sedang dilanda pengajuan dispensasi nikah oleh ratusan warga di DIY, sekitar 556 warga, Guys. Oh My God!

Tren Dispensasi Nikah

Cek Ricek ternyata dispensasi nikah ini diajukan lantaran adanya kehamilan yang tidak direncanakan (KTD) atau hamil di luar nikah alias hamil duluan. Parahnya lagi, dispensasi nikah ini makin meningkat di dari tahun ke tahun.Berdasarkan jumlah permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Yogyakarta pada 2019 ada 583 orang; selanjutnya mengalami kenaikan pada 2020 ada 956 orang; kemudian menurun pada 2021 menjadi 756 orang. Selanjutnya berdasarkan data KUA Kemenag DIY tahun 2022 ada 556 orang. Miris banget ya, Guys, melihat kondisi pelajar saat ini.

Dispensasi nikah telah menjadi tren di circle pelajar akibat gaul bebas yang tak terkendali. Aktivitas pacaran menjadi hal biasa, marriage by accident pun bukan lagi hal tabu. Bahkan mereka lebih memilih menikah daripada melanjutkan sekolah. Bagaimana mau melanjutkan sekolah kalau perut sudah buncit 7 bulan bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang melahirkan. Di benak mereka hanya ada kata "nikah dini" dengan alasan sudah berpacaran bahkan hamil duluan. Ini fakta lho, Guys! Dan sedang terjadi di Ponorogo dan Yogyakarta.

Hey, you! Yeah, you! Menikah itu tidak selamanya indah. Patahkan ekspektasimu yang menganggap menikah itu romantisan tiap hari, serumah berdua, punya anak lucu-lucu, ke mana-mana ada yang antar-jemput. Big no! Guys, menikah itu adalah dunia baru, pembuka jalan bagi dirimu melihat persoalan kehidupan yang demikian kompleks. Realitanya, kamu dan pasanganmu akan menghadapi berbagai macam persoalan. Mulai masalah ekonomi, pekerjaan, pengasuhan anak, konflik dengan pasangan, dengan tetangga, dengan keluarga, belum lagi kamu bakal pusing mikirkan biaya sekolah anak, hingga kamu akan berada di titik jenuh alias bosan.

So, berhentilah latah dengan nikah dini. Jangan karena tren dispensasi nikah, akhirnya kamu melakoni aktivitas yang diharamkan agama hingga kamu mengalami MBA alias Marriage by Accident dan menjadi alasan untukmu untuk nikah dini. Menikah itu butuh ilmu, Guys, bukan modal cinta doang! Nikah dini boleh asal kamu sudah siap. Siap secara mental, finansial, ilmu pernikahan dan parentingmu udah oke, plus kamu udah pandai mengelola emosi, pandai meninggikan rasa syukur dan memiliki space kesabaran yang luas. Jika semua ini sudah oke, go ahead!

Buah Sistem Kapitalisme Liberal

Guys, sadar nggak sih saat ini kita tengah berada dalam sistem yang telah merusak dan merenggut masa depan generasi muda. Apalagi kalau bukan sistem kapitalisme liberal yang telah menghalalkan berbagai macam kebebasan sehingga lahirlah generasi liberal, bebas melakukan apa saja tanpa memperhatikan rambu-rambu syariat, tentang perilaku halal dan haram. Generasi muda akhirnya menjadi krisis jati diri, krisis daya juang, bahkan ada yang menganggap hidup mereka seolah-olah ngenes akibat mental illness.

Mereka yang seharusnya memiliki semangat hidup yang membara, semangat juang yang tinggi akhirnya terkikis akibat penerapan sistem kapitalisme liberal ini. Masa muda mereka seharusnya diisi dengan hal-hal yang produktif, bermanfaat, yang bisa menunjang kreativitas mereka, malah tergerus akibat arus masif budaya liberal di cirlcle pelajar. Alhasil, jadilah mereka generasi lemah, bermental kerupuk, dikit-dikit meleyot hanya karena persoalan sepele. Sangat jauh berbeda dengan potret generasi muda di masa keemasan Islam, Guys.

Belum lagi dengan keberadaan ibu di mana peran strategisnya dialihkan pada hal-hal yang berbau materi, kehidupan sosialita, dan lain sebagainya. Sehingga posisi mereka sebagai madrasah ula bagi anak-anaknya terendam jauh tenggelam ke dasar bumi. Akibatnya, tidak terbentuk karakter positif dan perilaku terpuji pada anak-anak mereka. Generasi muda yang seharusnya sudah punya benteng kokoh bernama akidah Islam sejak di dalam rumah, akhirnya rapuh ketika berinteraksi dengan dunia luar, sebab benteng keimanan itu tidak ada dan tidak tertanam dalam diri anak-anaknya.

Sinergitas Keluarga, Sekolah, dan Negara

Generasi berkualitas, bertakwa pada Allah Swt., menjadi calon-calon pemimpin masa depan merupakan cita-cita bersama yang ingin diwujudkan tidak hanya di dalam keluarga khususnya ibu. Bahkan negara menginginkan generasi penerus bangsanya menjadi generasi pemimpin yang mampu memimpin peradaban dan menaklukkan dunia. Bagaimana mewujudkan cita-cita itu? Tentu hal yang paling pertama dan utama adalah seorang ibu harus memahami peran strategis mereka sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Di sinilah keseriusan para ibu untuk wajib membekali dirinya dengan ilmu Islam. Tidak ada alasan bagi seorang ibu untuk tidak belajar Islam sebab pemahaman Islam lah yang akan memampukan para ibu untuk mendidik dan mengarahkan anak-anaknya agar tidak lagi menjadi korban sistem. Anak-anak mereka wajib diberikan asupan yang bergizi yakni ilmu Islam agar ketika mereka keluar rumah mereka sudah punya benteng yang kokoh agar tidak terjerumus pada hal-hal yang menyesatkan sebagaimana sesatnya sistem kapitalisme liberal ini, Guys.

Seorang ibu juga tidak boleh hanya mencukupkan diri pada belajar Islam, akan tetapi wajib untuk menyebarluaskan ilmu-ilmu Islam yang telah dipelajari kepada sesama manusia khususnya para ibu agar terwujud generasi yang bermental penakluk seperti Salahuddin Al-Ayyubi yang membebaskan Baitul Maqdis, Thariq bin Ziyad yang menaklukkan Andalusia, dan Muhammad Al-Fatih yang menaklukkan Konstantinopel.

Di sisi lain, sekolah yang merupakan tempat menimba ilmu tidak hanya berorientasi pada hal-hal akademik, akan tetapi menjadi wadah bagi generasi muda mendapatkan pembinaan Islam kaffah secara intensif, agar mereka selamat dari ancaman, tipu daya, dan bahaya sistem kapitalisme liberal. Generasi muda harus memiliki kesadaran tidak hanya membumikan nilai-nilai dan pengetahuan akademik yang mereka punya, akan tetapi membumikan Islam sebagai satu-satunya akidah, aturan hidup, dan solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di negeri tercinta ini. Sehingga dari sinilah mereka tidak hanya lahir sebagai ilmuwan muslim, namun juga bibit-bibit ulama besar di masa yang akan datang.

Yang terakhir adalah negara. Peran negara sangat penting dalam mencetak generasi unggul bermental penakluk. Negara wajib memberikan fasilitas yang memadai bagi generasi muda agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, menciptakan kekuatan yang canggih yang mampu menggentarkan musuh.

Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Anfal: 60, “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.”

Negara juga wajib mencetak generasi yang unggul dalam berpolitik agar kemaslahatan umum terjaga. Generasi unggul ini akan mengelola kekayaan milik umum sesuai syariat Islam, hingga mereka layak menjadi khalifah fil ardhy. Sebab, hanya khalifah yang mampu menerapkan syariat Islam kaffah. Ketika peran keluarga, sekolah, dan negara saling bersinergi, maka generasi lemah, cengeng, baperan, generasi latah dengan apa pun yang cepat viral tidak akan kita dapati.

Ketika syariat Islam menaungi negeri ini, maka generasi hanya akan disibukkan dengan hal-hal yang produktif dan bermanfaat untuk umat dan negara. Mereka jauh dari potret generasi sekuler liberal sebagaimana fenomena yang terjadi saat ini. Karena itu, ketika syariat Islam diterapkan maka darurat kenakalan remaja seperti narkoba, miras, begal, free sex yang berujung pada Marriage by Accident tidak akan pernah kita jumpai. Sebab penerapan syariat Islam kaffah akan meminimalisasi tindak-tindak kejahatan. Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Miladiah al-Qibthiyah Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Demonstrasi Israel Tolak Diktator PM Netanyahu
Next
Konflik Klasik Perburuhan
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram