"Inilah karakter bisnis ala kapitalisme. Mereka enggak peduli dampak apa yang akan terjadi, ketika memviralkan generasi rapuh ini? Yang mereka peduli hanya keuntungan berupa cuan. "
Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Habis Intan terbitlah Fajar" itu mungkin yang terlintas dalam benak kita. Mengingat keviralan mereka menjadi jalan meraih cuan. Keduanya sama-sama dijadikan sebagai 'komoditas' oleh pihak-pihak berkepentingan, diekspos habis-habisan, selagi masih viral. Sekalipun kita protes, "Bisa tidak, media menampilkan profil yang berprestasi dengan karyanya, bukan yang asal viral?"
Jalan Ninja
Masih segar di ingatan kita, bagaimana drama "Sulitnya melupakan Rehan" membuat dunia permedsosan heboh? Ya, kamu tahu sendiri, Guys! Bagaimana pengaruh selebritas dan media pertelevisian memopulerkan nama Intan Lembata hingga terkenal se-Indonesia. Seolah Intan sosok berpengaruh yang wajib untuk dikenal generasi muda, ia pun diundang jadi tamu ke sejumlah media.
Sama dengan kasus Intan, saat ini Fajar Sadboy pun tak kalah menggegerkan jagat maya. Penderitaannya lebih parah dari sekadar "Melupakan Rehan". Ratusan kilometer telah ia tempuh untuk mengejar pujaan hati. Sayangnya, pengorbanan Fajar tak dianggap. Hatinya hancur berkeping-keping. Tangisannya disimak oleh seluruh warga Indonesia di berbagai konten Podcast.
Namun berkat tangisan kejernya, Fajar malah bisa masuk TV. Apalagi, setelah kontennya bersama Denny Cagur trending. Seleb-seleb TikTok dan YouTuber kini antre mengundangnya jadi tamu kehormatan. Orang suka sekali dengan perjuangan Fajar. Pasalnya, kalau ada Fajar like dan rating tiba-tiba naik. Begitulah, Fajar jadi tenar dan mendongkrak kepopuleran siapa pun yang mengundangnya. Kini, ia punya uang banyak, hingga bisa ke spa untuk relaksasi dan perawatan diri. Ternyata, patah hatinya itu bisa jadi jalan perbaikan ekonomi.
Nah, gimana Guys, apa responmu melihat fenomena ini? Kamu ikutan sedih atau bahagia? Bahagia karena perjuangan Intan dan Fajar melupakan kekasih tak sia-sia? Atau malah sedih, karena takut apa yang mereka lakukan dianggap prestasi akibat di- blow-up habis-habisan oleh selebritas dan media?
Sadarlah Guys! Fenomena viralnya sosok-sosok sensasional seperti Bonge, Kurma, Alif 'Bertanya-tanya', dan kini Fajar Sadboy adalah peristiwa singkat yang biasanya enggak longlast. Besok-besok akan ada sosok lainnya yang menggantikan. Siapa pun itu, yang jelas fungsi mereka sama, yakni sama-sama sebagai 'jalan ninja' pihak-pihak berkepentingan untuk meraup cuan, memanfaatkan kepopuleran mereka sebelum meredup dan akhirnya hilang.
Remaja sebagai Komoditas
Jika kita pernah duduk di bangku sekolah, serius mendengarkan wejangan guru agama, maka kita pasti tahu bahwa pacaran itu haram. Guru-guru sering berseru, "Anak sekolah jangan sibuk jatuh cinta, karena itu bisa merusak konsentrasi belajar." Guru-guru juga menyebutkan, bahwa zina dan kehidupan free sex adalah budaya liberal yang wajib dijauhkan dari kehidupan.
Sayangnya, meski selebritas dan orang-orang di balik media pertelevisian itu pintar-pintar, sekolah sampai ke jenjang tertinggi, dan tahu bahwa liberalisme adalah paham yang merusak generasi bangsa ini, tetap saja, jiwa kapitalis yang ada pada diri mereka, telah mendorongnya untuk memanfaatkan generasi sebagai komoditas.
Mereka enggak peduli, apakah yang diviralkan itu adalah budaya yang merusak atau tidak? Ada tumpukan rupiah yang sedang menunggu untuk dipungut dengan memanfaatkan konten-konten viral. Mereka melihat ini kesempatan untuk menaikkan rating acara, jalan pintas untuk tenar, sekaligus bisa menjual barang dagangan. Tanpa peduli ada ide dan paham yang ikutan dibawa, yakni budaya pacaran dan liberalisme ke tengah umat.
Istilahnya, "Sekali dayung banyak pulau terlampaui" keuntungan didapati, propaganda liberalisme pun ikut jalan. Inilah karakter bisnis ala kapitalisme. Mereka enggak peduli dampak apa yang akan terjadi, ketika memviralkan generasi rapuh ini? Yang mereka peduli hanya keuntungan berupa cuan.
Dan apa imbasnya bagi kehidupan generasi yang bermental latah hari ini? Mereka akan berasumsi, bukan hanya belajar yang bisa membuahkan prestasi, putus cinta pun bisa menghasilkan uang. Lalu generasi lainnya akan latah mengikuti. Ya, kita tau sendirilah Guys! Generasi saat ini paling suka berpikir instan. Mereka yang kurang imannya akan latah dan melakukan apa pun asal bisa tenar dan dapat uang. Mereka akan mencari konten-konten 'orisinil' lainnya agar mampu mengejar ketenaran.
Masih ingat 'kan, kasus Aulia asal Medan yang memamerkan payudaranya sendiri di TikTok? Sebagaimana dikutip Kompastv.com (30/5/2022). Setelah kena delik karena kasus pornografi, ia mengaku khilaf karena ingin menaikkan follower atau pengikutnya di TikTok. Ya, semua karena materi, ingin banyak follower dan terkenal. Karena minim prestasi akademik, akhirnya cara-cara instan dijadikan peluang.
Begitu juga dengan kasus remaja jatuh cinta, putus cinta, dan sejenisnya yang sengaja diviralkan. Apa yang melatarbelakangi media mengundang Intan Lembata dan Fajar Sadboy, adalah sama dengan apa yang diharapkan oleh Aulia. Bedanya, di belakang media ini ada orang-orang yang berstatus terdidik, yang sayangnya pendidikan itu tidak bisa membendung hawa nafsu mereka untuk mengampanyekan budaya rusak pacaran, liberalisme, dan permisivisme. Sebaliknya, mereka malah menjadikan generasi ini sebagai komoditas untuk meraih keuntungan.
Lindungi Generasi
Entah bagaimana masa depan bangsa jika generasinya terus dijajah oleh sistem sekuler kapitalisme ini? Apa kita siap, jika kelak estafet kepemimpinan dijalankan oleh generasi yang orientasi berpikir dan berkarya hanya demi materi? Bisa dipastikan mereka akan kebingungan mengurus umat. Kita takutkan, alih-alih memberi kontribusi berupa karya dan kreativitas anak negeri, mereka malah jadi beban rakyat layaknya pejabat hari ini yang sibuk memperkaya diri demi kepentingan pribadi.
Analoginya sama dengan orang pacaran. Mereka yang dimabuk cinta tidak ingat pesan orang tua, guru, dan ulama. Mereka akan melakukan apa pun demi pujaan hati, walau harus menangis di hadapan ratusan juta rakyat Indonesia. Mereka enggak malu. Jadi jangan heran kalau besok-besok generasi begini jadi pemimpin. Jika nasehat orang tua, guru, dan ulama saja mereka dustakan, apalagi amanah rakyatnya sendiri. Jangan heran, jika kelak generasi ini jadi pejabat akan berbuat sesuai hawa nafsu, egois, dan hanya mementingkan diri dan golongannya saja.
Begitulah, Guys! Generasi lebay dan sibuk cinta-cintaan itu enggak akan membawa prestasi apa pun bagi bangsa. Jadi stop memviralkan mereka. Media-media itu kalau bisa ditegur oleh negara. Negara wajib mengarahkan media menyajikan acara-acara yang berkualitas saja. Yang memengaruhi generasi agar bisa berkarya dan berkreasi demi umat, bangsa, dan agama.
Khatimah
Pada dasarnya, generasi Islam itu generasi mulia dan terbaik dari segala peradaban manusia. Generasi terpuruk dan gagal, tidak lain karena paham sekularisme dan kapitalisme yang mengungkungnya. Sekularismelah yang melumpuhkan pola pikir remaja, sementara kapitalisme menawan mereka dengan gaya hidup yang materialistis. Walhasil, generasi melupakan statusnya sebagai khairu ummah dan agen perubahan. Karena itu, sudah saatnya ide sekularisme dan kapitalisme ini dicampakkan dari kehidupan, lalu diganti dengan sistem Islam. Agar generasi kembali meraih predikat mulia, menjadi pemimpin peradaban.
Wallahu a'lam![]