Begitupun tidak berbeda dengan problema yang menimpa umat. Tanpa disadari, pelan tapi pasti seiring waktu berjalan, berganti hari, bulan dan tahun berlalu namun permasalahan umat tidak pernah kunjung selesai bahkan kian banyak dan menumpuk.
————————————————————
Oleh: Annida Khairunnisa
NarasiPost.com - Sudah cukup lama aku dan suami mencari kunci yang terselip entah di mana. Lemari yang seharusnya bisa kubuka kini terhalang karena tiba-tiba kunci hilang. Meski telah obrak-abrik untuk menemukannya, namun nyatanya kunci itu belum juga kutemukan. Seluruhnya berantakan, porak-poranda tak beraturan, macam kapal pecah karena mencari kunci yang kini di mana pastinya.
Ya, kunci memang barang kecil namun tanpanya kita tidak bisa membuka sesuatu yang sengaja kita amankan dengan kunci tersebut. Dia pengaman sekaligus pembuka sesuatu agar segalanya lancar dan terkendali. Tanpanya, kita tak bisa membuka atau memasuki hal yang lebih lanjut lagi. Maka penting bagi siapa saja menyimpan pada tempatnya dan mengingatnya, agar suatu saat dibutuhkan maka kunci itu tersimpan aman serta sipemilikpun nyaman.
Apa jadinya jika kunci yang dipakai salah? Tentu lemari tidak akan pernah terbuka sampai kapanpun kecuali jika dipaksa dengan membongkar ibu kunci dan yang pasti tentu menjadi rusak setelahnya.
Kunci brankaspun butuh kode yang harus dihafal dan dicatat, bila kode benar maka brankas akan bisa dibuka. Contoh lain, sang montir juga memakai kunci ketika memperbaiki suatu barang yang rusak seperti mobil, motor dan alat-alat elektronik. Dia akan menggunakan berbagai jenis kunci atau obeng untuk memperbaiki peralatan-peralatan mesinnya. Alhasil kunci itu benar-benar hal yang perlu dan dibutuhkan. Tanpa kunci atau kode maka kita tidak akan bisa melaksanakan pekerjaan lebih lanjut.
Begitupun ilmu, ilmu adalah kunci dari kepintaran. Ilmu adalah sesuatu yang penting, mengarahkan umat mampu keluar dari kebodohan. Ilmu laksana cahaya yang menerangi gelap, tanpa ilmu umat akan tersesat bagai berjalan dalam ruang yang gelap.
Kini, banyak orang berilmu namun tidak sedikit juga menjadikan ilmu hanya kumpulan teori semata dalam otak. Apa buktinya? Tidak dipungkiri, kondisi umat saat ini sedang sakit parah, jika diibaratkan sedang mengidap kanker stadium empat dan sangat sulit untuk diobati. Berbagai pengobatan telah dilakukan namun hasilnya nihil bahkan bertambh parah. Pengobatan hanya lebih kepada simptom bukan kepada akar, wajar saja bukan membaik namun menjadi lebih kritis.
Padahal, jika saja akar penyakit itu yang diberantas maka mudah saja penyakit itu akan bisa disembuhkan asal penyembuhannya total langsung pada akar dan bersungguh-sungguh menjalani metode yang disarankan inilah kunci yang tepat keberhasilan menyingkirkan kanker dalam tubuh seseorang.
Begitupun tidak berbeda dengan problema yang menimpa umat. Tanpa disadari, pelan tapi pasti seiring waktu berjalan, berganti hari, bulan dan tahun berlalu namun permasalahan umat tidak pernah kunjung selesai bahkan kian banyak dan menumpuk. Padahal jika dicermati, saat ini jumlah ilmuwan, cendekiawan, ulama kian bertambah, para hafidz dan hafidzah juga tumbuh subur. Lantas mengapa demikian? Seharusnya banyaknya ilmuwan, cendekiawan, ulama berkorelasi positif dengan kemajuan dan perbaikan bangsa. Namun nyatanya tidak demikian.
Terang saja, kondisi kekinian kian parah. Fakta sangat jelas menjadi bukti dua ideologi yaitu komunis dan kapitalis yang dianggap manusia sebagai sistem terbaik ternyata justru yang menghantarkan umat hidup dalam kondisi kian sulit dan terhimpit. Ide Sosialis pernah diterapkan, namun justru kolaps hancur tidak bertahan lama. Lanjut sistem kapitalis, kini hampir seratus tahun menguasai dunia nyatanya juga hanya mencipta masalah bertambah kian parah.
Problema bagai benang kusut yang kian karut marut menimpa dalam semua tatanan kehidupan baik politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan, sosial, dan juga budaya. Mereka berilmu Islam namun tak mau tunduk pada seluruh aturan Islam. Mereka menjadikan Islam hanya sebagai agama semata bukan sebagai sistem kehidupan. Mirisnya lagi mereka hanya menjadikan Islam layaknya agama spiritual dan khasanah ilmu Islam ditempatkan sebagai ilmu bukan untuk diterapkan namun hanya sebagai kekayaan layaknya pajangan. Sebagai seorang Muslim tidak bebas memilih tetapi harus terikat terhadap hukum Syara'.
Inilah penyebab keterpurukan umat Islam, apa yang menimpa saat ini tentu tidak lepas dari sistem yang saat ini diterapkan buah dari sekulerisme yaitu aturan yang memisahkan agama dari kehidupan. Aturan yang dibuat oleh manusia, bersumber dari akal manusia, standar baik buruk juga berdasar akal manusia. Maka wajar jika kepentinganlah yang dominan dan pastinya siapa yang kuat dia yang menang, negara dalam sistem kapitalis hanya berperan sebagai regulator semata. Pemimpin lebih berpihak kepada pemilik modal ketimbang rakyat.
Dalam sistem kapitalis, kebebasan menjadi hal yang diagung-agungkan. Akibatnya individu bebas tanpa batas menentukan kehidupannya, perzinahan mulai dari kalangan pelajar, mahasiswi, orang kantoran dan ibu rumah tangga bukanlah hal tabu lagi. Pun alam kehidupan kapitalis mencipta manusia bebas melakukan apapun sesuka hati sehingga tidak mengherankan, kekacauan dan perselisihan kerap terjadi hingga hanya menghasilkan penderitaan.
Berbeda dengan Islam, Islam adalah agama sempurna yang diturunkam oleh Allah kepada Rasulullah untuk mengatur segala kehidupan.
Politik dalam Islam bermakna mengurusi urusan umat bukan yang seperti sekarang ini politik untuk meraih kekuasaan sekelompok orang (oligarki) dan ada juga yang melakukan politik uang agar terpilih dan bisa berkuasa. Sangat bertolak belakang dengan makna politik menurut Islam. Pemimpin adalah amanat untuk mengurus rakyat yang dipimpin. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengumpamakan pemimpin pengembala (ra'in).
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Bersabda: "Imam itu adalah laksana pengembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya (yang digembalakannya)" (HR. Imam Al Bukhari dan Imam Ahmad dari sahabat Abdullah bin Umar Radhiallahu 'Anhu).
Bidang ekonomi yang dipakai saat sistem ekonomi kapitalis dengan asas manfaat yang berkuasa adalah kapital atau para pemilik modal, dengan melakukan ekonomi ribawi dalam perbankan, pasar saham, koperasi serta leasing kendaraan dan lain-lainnya. Sangat bertentangan dengan sistem ekonomi Islam yang non ribawi yaitu sistem ekonomi Syariah dan bersandar hanya pada sektor ril saja tanpa adanya sektor non ril.
Begitu juga dalam sistem pendidikan saat ini yang berlandaskan pada tsaqofah asing dan biaya pendidikan sangat tinggi sehingga banyak yang tidak mendapat pendidikan, tingkat buta huruf masih tinggi. Sedangkan dalam Islam yang menjadi dasar dari sistem pendidikan adalah tsaqafah Islam sehingga melahirkan generasi yang cemerlang dan pendidikan dijamin oleh negara.
Bidang kesehatan juga memakai sistem kapitalis sehingga mahalnya pelayanan kesehatan yang bagus hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang saja. Sedangkan dalam Islam kesehatan dijamin oleh negara.
Dalam sistem pergaulan Islam diatur berdasarkan pada hukum syariat Islam yang berasaskan Al-Quran dan Sunnah.
Sebagaimana Allah telah memperingatkan dalam Al-Quran surat Al-Isra' ayat 32, dengan firman-Nya "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
Dengan pijakan khas di atas, maka jelas bahwa Islam adalah kunci yang tepat menyelesaikan seluruh problema umat. Sebab Islam adalah agama yang sempurna, mengatur hubungan manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta'aala dalam masalah Ibadah. Mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri yaitu masalah pakaian, makanan dan minuman serta mengatur hubungan interaksi antar manusia dalam masalah muamalah.
Sebagaimana dalam Firman Allah Subhanahu Wa Ta'aala "Dan kami turunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, serta rahmat dan kabar gembira bagi orang yang berserah diri (muslim). An-Nahl ayat 89
Dengan demikian, selama umat tidak memakai aturan Islam, maka kehidupan akan kacau dan penuh penderitaan. Namun jika umat beralih kepada aturan Allah yakni Islam maka kesejahteraan pasti akan terwujud. Sebab hanya Allah yang berhak membuat aturan, Sang Pencipta yang tahu segala sesuatu tentang makhlukNya. Sehingga benarlah hanya Islam lah yang menjadi kunci untuk menyelesaikan masalah umat agar kehidupan terasa tentram, aman dan nyaman serta Rahmat bagi sekalian alam.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]