Nama "Bani Shaybah" berasal dari salah satu leluhur mereka, Shaybah bin Utsman, yang menerima kunci Ka'bah dari kakeknya, Abdul Muttalib, yang juga kakek dari Nabi Muhammad saw.
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ka'bah memiliki posisi yang sangat penting dalam ritualitas Islam, salah satunya sebagai arah kiblat bagi kaum muslim di seluruh dunia saat melaksanakan salat. Ini menunjukkan bagaimana Ka'bah menyatukan umat Islam di mana pun mereka berada pada satu titik arah yang sama saat beribadah.
Selain itu, tiap tahunnya jutaan kaum muslim dari berbagai belahan dunia melakukan ibadah haji dan umrah dengan tujuan utama mengunjungi Baitullah atau Ka'bah. Ibadah ini tidak hanya merupakan bentuk ketaatan kepada Allah Swt., tetapi juga simbol persatuan umat Islam dari berbagai budaya, suku bangsa, dan latar belakang.
Dengan demikian, Ka'bah telah menjadi simbol kesatuan kaum muslim. Ketika jutaan jemaah haji atau umrah berkumpul di sekitar Ka'bah, baik saat melaksanakan tawaf atau ibadah lainnya, mereka menjadi satu umat, menunjukkan persaudaraan dan kesatuan dalam keimanan. Secara fisik, Ka'bah merupakan bangunan berbentuk kubus yang memiliki ukuran panjang sekira 12,86 meter, lebar 11,03 meter, dan tinggi 13,1 meter.
Ka'bah memiliki pintu yang dinamakan Bab Al Ka'bah, pintu ini terbuat dari emas dan terdapat kunci yang selama ini dipegang oleh keturunan dari Bani Shaybah yang memiliki sejarah panjang sejak masa Rasulullah saw.
Pemegang Kunci Ka'bah
Di dalam hadis Rasulullah saw. menyebutkan adanya perintah untuk mengambil kunci Ka'bah kepada bani Thalhah, dan mengatakan bahwa kunci tersebut akan terus berada pada tangan Bani Shaybah.
"… Kalian akan memegang kunci tersebut selamanya, dan tiada yang merebutnya kecuali dia termasuk orang yang zalim." (HR. Thabrani)
Peristiwanya terjadi setelah penaklukan atau Fathu Makkah, Utsman bin Thalhah yang diwariskan menjadi juru kunci Ka’bah. Ketika Rasulullah saw. ingin masuk ke dalam Ka’bah, ternyata Ka’bah terkunci. Para sahabat banyak yang menuduh Utsman tidak beriman. Pasalnya, Ka'bah terkunci ketika Rasulullah saw. datang ingin memasukinya.
Rasulullah saw. berinisiatif meminta Ali bin Abi Thalib untuk mengambil kunci Ka’bah dari Utsman. Ali pun bergegas pergi menemui Utsman dan meminta kunci itu. Tetapi, di luar dugaan, Utsman malah menolak memberikan kunci Ka’bah kepadanya. Anggapan Utsman, bukan Rasulullah saw. yang memintanya langsung. Ali akhirnya merebut paksa kunci tersebut agar Rasulullah dapat memasuki Ka’bah.
Setelah peristiwa tersebut lama berlalu, menjelang wafatnya Utsman. Kunci Ka’bah tersebut diberikan kepada saudaranya Utsman, yaitu Shaybah. Sejak itulah dan seterusnya hingga saat ini, kunci Ka’bah selalu diwariskan secara turun-temurun kepada Bani Shaybah.
Adapun keadaannya saat ini, seperti diwartakan www.bbc.com (25-6-2024), kunci Ka’bah yang terbuat dari nikel dan dilapisi emas 18 karat, bertuliskan ayat Al-Qur'an pada gemboknya tersebut, telah diserahkan oleh pihak Kerajaan Arab Saudi kepada Abdul Wahab bin Zain Al Abidin Al Shaibi. Abdul Wahab, menggantikan Saleh Al-Shaibi, penjaga senior Ka'bah yang meninggal dunia pada Jumat (21-06).
Dengan demikian, Bani Shaybah secara turun temurun memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga Ka'bah, bangunan suci yang terletak di pusat Masjidilharam, Makkah. Nama "Bani Shaybah" berasal dari salah satu leluhur mereka, Shaybah bin Utsman, yang menerima kunci Ka'bah dari kakeknya, Abdul Muttalib, yang juga kakek dari Nabi Muhammad saw.
Menjaga Persatuan Umat
Sebagai penjaga Ka'bah, Bani Shaybah memiliki tugas yang sangat penting dan sakral. Mereka bertanggung jawab atas pemeliharaan, keamanan, dan pengelolaan Ka'bah. Tugas ini mencakup membuka dan menutup pintu Ka'bah, membersihkan bagian dalamnya, dan memastikan bahwa bangunan suci ini selalu terjaga keasliannya.
https://narasipost.com/syiar/10/2023/harga-nyawa-seorang-muslim/
Keberadaan Bani Shaybah sebagai penjaga Ka'bah memiliki makna yang dalam konteks persatuan kaum musim. Dalam sejarah, tanggung jawab menjaga Ka'bah telah melalui berbagai masa dan tantangan, tetapi tetap konsisten dipegang oleh satu keluarga. Hal ini menunjukkan komitmen dan kontinuitas dalam menjaga simbol persatuan umat Islam.
Selain itu, peran mereka menggarisbawahi pentingnya tanggung jawab kolektif dalam menjaga hal-hal yang suci dan berharga bagi umat Islam. Ini juga merupakan pengingat bahwa meskipun ada perbedaan di antara kaum muslim, ada nilai-nilai dan tempat-tempat suci yang selalu menyatukan mereka.
Menjaga situs-situs yang menjadi tempat suci kaum muslim perlu penjagaan negara. Dalam hal ini, pentingnya negara yang menerapkan syariat Islam secara kaffah untuk melanjutkan kehidupan Islam, baik berupa bangunan fisik (madaniyah), maupun pemahaman Islam (hadlarah).
Bani Shaybah dan peran mereka dalam menjaga Ka'bah adalah contoh nyata bagaimana tradisi dan tanggung jawab dapat menjadi simbol persatuan bagi umat Islam. Ka'bah sendiri, sebagai pusat spiritual dan kiblat umat Islam, terus menjadi titik penyatuan bagi jutaan orang di seluruh dunia. Dalam menjaga dan menghormati Ka'bah, kaum muslim juga menjaga dan menghormati persatuan dan kesatuan mereka sebagai satu umat (umatan wahidah).
Ingatlah selalu di balik simbol ketaatan seorang muslim pada Allah Swt. tidak cukup hanya sebatas ibadah ritual, melainkan pula perlu penjabaran pengamalan syariat Islam secara utuh dan menyeluruh dalam berbagai bidang kehidupan. Hanya dengan penerapan hukum syariat Islam secara kaffah, segala tempat dan tradisi yang sesuai tuntunan syariat Islam akan lestari.
Wallahu'alam bish Shawwab. []
Barakallah..
Tulisan yg bagus
Baarakallah, tulisannya mantul pak