La Tahzan

La Tahzan

La tahzan bukan berarti kita harus tetap tertawa bahagia saat musibah datang. Namun, jangan sampai musibah yang menimpa akan menghantarkan pada penderitaan.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-La tahzan, innallaha ma’ana adalah sepenggal kalam Allah dari surah At-Taubah ayat 40. Allah berfirman:

اِلَّا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللّٰهُ اِذْ اَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ اِذْ هُمَا فِى الْغَارِ اِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهٖ لَا تَحْزَنْ اِنَّ اللّٰهَ مَعَنَاۚ

Artinya: “Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya, yaitu ketika orang-orang kafir mengusirnya dari Makkah, sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di gua. Ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, 'Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.'”

Surah At-Taubah ini berkisah tentang Rasulullah dan Abu Bakar yang bersembunyi di Gua Tsur untuk menghindari kejaran kaum kafir Quraisy. Bisakah kita bayangkan bagaimana kondisi Rasul dan Abu Bakar saat itu? Tentunya sangat menegangkan dan mencekam, keselamatan nyawa dan dakwah Islam menjadi taruhannya. Sebagai manusia yang masih memiliki naluri, rasa sedih yang muncul dalam hati adalah hal yang wajar. Akan tetapi, Allah Swt. menurunkan kekuatan dan ketenangan ke dalam hati dan jiwa Rasulullah hingga beliau sanggup menenangkan Abu Bakar dengan kalimat itu: La tahzan, innallaha ma’ana. Sebuah kalimat yang mengandung makna yang begitu dahsyat dan mendalam.

Surah At-Taubah sejatinya mengajarkan kepada kita tentang keyakinan akan pertolongan dan kemudahan dari Allah sebesar dan sesulit apa pun ujian yang kita hadapi. Hanya Allah yang layak menjadi tempat bersandar kala jiwa dan hati mulai merapuh.

Ya. La tahzan. Saat hidup kita tengah ditempa dengan rintik-rintik gemiris, hujan, atau bahkan badai sekali pun, janganlah bersedih. Sebab Allah selalu bersama kita dan Allah telah menjanjikan dalam setiap kesulitan, senantiasa ada kemudahan yang menyertai. Sebagaimana juga firman Allah dalam surah Al-Insyirah ayat 5-6:

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

Artinya: “Maka sesungguhnya beserta kesulitan akan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”

Memaknai Kesedihan

Kesedihan merupakan ekspresi diri yang berasal dari gharizah baqa’ yang ada dalam tiap diri manusia. Kesedihan merupakan hal yang wajar dan memang bisa dialami oleh semua orang. Kesedihan muncul karena adanya rangsangan dari luar berupa kejadian atau peristiwa yang memicu rasa sedih. Peristiwa yang membuat sedih ini, sering kita sebut dengan istilah musibah. Baik musibah individu maupun musibah yang bersifat kolektif. Musibah individu seperti kehilangan, baik kehilangan barang, kehilangan seseorang atau yang lainnya. Sedangkan musibah kolektif seperti bencana alam.

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang ingin bersedih karena musibah. Semuanya ingin bahagia baik lahir maupun batin, ingin hidup yang damai, mempunyai keluarga yang sehat, panjang umur, pekerjaan mapan, punya hunian yang layak, dan berbagai kategori kebahagiaan lain. Bahkan dalam setiap untaian doa, kita senantiasa memohon kepada Allah agar kita senantiasa diberikan keselamatan di dunia dan akhirat. Keselamatan adalah kebahagiaan, sedangkan musibah adalah pemicu kesedihan.

Hanya saja, perlu kita tanamkan dalam diri kita bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia termasuk musibah sekali pun, semua adalah kehendak Allah Swt. Musibah akan datang tanpa dijemput dan bila sudah datang, kita tak akan bisa menghindarinya. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 155:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar."

Oleh karena itu, la tahzan, karena setiap orang pasti pernah dan akan merasakan musibah, baik besar atau kecil, meskipun ia tak pernah meminta. Ia pasti pernah merasakan dan akan merasakan kesedihan. Tapi ingatlah, bahwa pundak kita akan kuat menanggung itu semua, karena Allah telah berjanji tidak akan membebankan sesuatu di luar kemampuan hamba-Nya.

La tahzan, karena kesedihan itu adalah sunnatullah yang akan berlalu seiring berjalannya waktu, karena sesungguhnya musibah itu adalah kasih sayang dari Allah untuk menaikkan derajat kita.

Jangan Sampai Menderita

La tahzan bukan berarti kita harus tetap tertawa bahagia saat musibah datang. Bukan! Jika ingin menangis saat musibah datang, menangislah! Karena dengan menangis kita bisa meluapkan segala perasaan dan bisa menenangkan hati.

Namun, jangan sampai musibah yang menimpa akan menghantarkan pada penderitaan. Penderitaan adalah kesedihan yang berlarut-larut atau meratapi sebuah peristiwa. Penderitaan ini bisa berakibat buruk pada kehidupan. Kehidupan seseorang bisa hancur dan kehilangan arah akibat kesedihan yang berlarut.

Islam sendiri melarang kita untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Kita harus paham bahwa musibah adalah qada Allah, sedangkan penderitaan adalah pilihan manusia. Bahkan penderitaan itu bersifat subjektif. Berbeda dengan musibah yang bersifat objektif. Maksudnya, semua orang sepakat bahwa kehilangan orang yang paling dikasihi adalah musibah. Tapi tidak semua orang sepakat bahwa untuk menyikapi kehilangan harus menangis meraung-raung. Perbedaan menyikapi kehilangan inilah yang membuat penderitaan itu subjektif, tergantung siapa orangnya dan bagaimana latar belakangnya. Ada yang menangis lalu memutuskan untuk tetap tegar, ada yang meratapi kehilangan itu sampai bertahun-tahun dan akhirnya pun ia menderita sebab tidak bisa hidup dengan baik.

https://narasipost.com/teenager/07/2021/laa-tahzan-allah-bersamamu-kawan/

Kita juga harus memahami bahwa apa yang kita miliki hari ini semuanya adalah kepunyaan Allah dan bisa diambil kapan saja dari kita. Dengan pemahaman ini, Insyaallah kita akan terhindar dari penderitaan.

Oleh karena itu, cara terbaik untuk menyikapi musibah adalah meyakini bahwa inilah keputusan Allah yang terbaik. Sedihlah sewajarnya, lalu bangkit dan yakinkan diri bahwa hari-hari yang penuh kebaikan tengah menanti di depan kita.

La tahzan, innallaha ma’ana. Ada Allah yang senantiasa menjadi sandaran bagi kita, saat tak ada bahu atau punggung manusia sebagai tempat bersandar.

Merealisasikan La tahzan

Beberapa tip yang bisa dilakukan untuk merealisasikan la tahzan, adalah:

  1. Mengimani sunnatullah yang pasti akan terjadi dan bisa menimpa siapa saja.
  2. Lakukan takziah atau kunjungi kepada mereka yang tertimpa musibah. Hal ini dilakukan juga sebagai wujud memenuhi hak sesama muslim dan mendatangkan pahala. Menghibur saudari yang terkena musibah sekaligus sebagai pengingat diri bahwa hal yang sama bisa jadi akan terjadi pada diri kita.
  3. Tawakal kepada Allah. Tawakal bukan tanda kelemahan dan pasrah. Tawakal justru kekuatan paling jitu dalam menghadapi berbagai musibah.
  4. Sabar dalam memaknai ujian dari Allah, karena nyatanya selalu ada hikmah dan pelajaran dalam setiap ketetapan Allah. Yakinkan dalam diri bahwa setiap perkara yang terjadi merupakan proses tarbiah dari Allah kepada diri kita.
  5. Meyakini bahwa Allah tidak akan zalim terhadap hamba-Nya. Setiap ujian itu sesuai dengan kadar keimanan dan kemampuan hamba-Nya.
  6. Tetap bersyukur atas segala yang ada dan yang tersisa pada diri kita. Meski berat, tapi dengan ini kita bisa mengalihkan pikiran kehilangan yang ada. Yang hilang tak akan kembali. Jika terus diratapi, batin akan tersiksa.
  7. Melihat orang lain yang mungkin belum seberuntung kita. Buang pemikiran kitalah yang paling menderita. Bukalah mata dan perhatikan sekeliling kita, akan banyak kita temui mereka yang mungkin tak seberuntung diri kita.
  8. Jangan banyak mengeluh. Banyak mengeluh justru akan menghilangkan pahala dan menyusahkan orang lain. Semakin banyak berkeluh kesah, penderitaan akan semakin bertambah.
  9. Muhasabah. Meskipun benar bahwa setiap musibah adalah ujian. Adakalanya pula musibah datang karena perbuatan maksiat.
  10. Banyak berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan lahir dan batin. Adukanlah semua ke Allah. Karena sungguh, hanya Allah yang senantiasa mau mendengar keluh kesah kita kapan pun selama 24 jam.

Ingatlah, bahwa kesedihan itu adalah fase yang sangat wajar dalam kehidupan manusia. Jika hidup ini diibaratkan dengan coretan warna-warni, maka kesedihan adalah salah satu goresan warna itu. Kesedihan bukan untuk diratapi, tapi kesedihan adalah batu loncatan bagi kita untuk bisa lebih tegar dan kuat dalam mengarungi kehidupan. So, la tahzan, innallaha ma’ana. Tersenyumlah!

Wallahu’alam bi showab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pungutan Pajak Menyengsarakan Rakyat
Next
Derita Tanpa Pembela
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram