Agar terpelihara ikrar hamba dan penciptanya dibutuhkan tatanan dunia yang bersahabat. Tatanan dunia yang menuntun manusia agar senantiasa mengingat Sang Penciptanya.
Oleh. Rosmiati, S.Si
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dahulu saat kita masih kanak-kanak, kita terkadang sering mempertanyakan hal-hal yang terbilang unik. Sesuatu yang tak terpikirkan oleh orang dewasa, kita menanyakannya. Misalnya saja, kita kerap mempertanyakan, mengapa bayi yang lahir itu mengepalkan tangannya?
Jawaban yang kita dengar dari orang dewasa ialah ia menggenggam janji pada Tuhannya.
Janji apa? Kita bertanya lagi. Dan jawaban yang kita dapatkan, yaitu: ”Janji bahwa ia akan senantiasa beribadah kepada Allah Swt.”
Akan tetapi, jawaban itu sudah cukup sampai di situ saja. Tak ada penjelasan atau bimbingan dari orang-orang terdekat untuk mengajak kita agar senantiasa berjalan di atas rel janji tersebut. Mengapa? Dan bagaimana fakta dan kisah sebenarnya tentang hal di atas tersebut?
Tentang Ikrar (Janji)
Di dalam Al-Qur'an pada surah Al-A'raf ayat 172. Allah Swt. berfirman bahwa ketika anak-anak keturunan Adam dikeluarkan dari tulang sulbi, Allah mengambil kesaksian pada setiap jiwa mereka. Seraya Allah Swt. berfirman "Bukankah Aku ini Tuhanmu? Mereka pun menjawab 'Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi. Allah Swt. pun berkata lagi. 'Kami mengambil kesaksianmu agar kelak di hari kiamat kalian tidak mengatakan bahwa kami lengah dari semua itu.'"
Becermin dari ayat ini, benar adanya bahwa sebelum manusia itu dilahirkan, Allah Swt. mengambil kesaksian dari mereka. Dan Allah abadikan semua itu pada ayat di atas tadi.
Di dalam riwayat lain, yakni yang termaktub dalam Tafsir al-Thabari dijelaskan pula bahwa kelak kiamat tidak akan terjadi. Sebelum semua keturunan Adam yang telah diambil kesaksiannya terlahir ke dunia.
Artinya, tak ada satu pun yang luput dari pengambilan janji oleh Allah Swt. Sampai-sampai para nabi dan Rasul yang Allah ciptakan pun diambil kesaksiannya. Sebagaimana yang Allah Swt. firmankan dalam surah Al-Ahzab ayat 7. Bahwa Allah Swt. juga mengambil janji dari para nabi, dari kita manusia, dari Ibrahim, Nuh, Musa, dan Isa putra Maryam. Dengan perjanjian yang teguh.
Berbicara perjanjian teguh maka ia bermakna sebuah kesanggupan menyampaikan agama. Jika Nabi, maka kesanggupan mereka menyampaikan risalah Allah Swt. kepada seluruh umatnya. Dan jika itu kita manusia, maka kesanggupan kita dalam menjalankan ketaatan kepada syariat Allah Swt.
Yang mana, manusia harus senantiasa mengesakan, menyembah, dan beribadah kepada Allah Swt. semata. Inilah ikrar mereka dahulu di surga.
Dunia Melenakan
Hanya saja, dunia adalah ladang perseteruan antara haq dan batil. Di dalamnya banyak kemungkaran yang ditemui. Padahal, Allah Swt. sudah mengirim Nabi dan Rasul untuk menyampaikan risalah-Nya agar manusia-manusia di dunia sadar akan janjinya dahulu ketika berada di alam surgawi. Bahwa hidup mereka di dunia, tidak lain dan tidak bukan, ialah untuk beribadah kepada Allah Swt. semata.
Sayangnya, dunia terlalu sadis dan melenakan. Manusia dibuat lalai dan larut dalam angan-angan kosong. Hingga sanggup berbuat di luar fitrah penciptaannya. Bahkan nyaris lebih rendah dari makhluk yang tak berakal. Akibatnya, janji di surga pun terlupakan. Karena pada faktanya, anak-anak harus dibesarkan tidak sesuai dengan asas penciptaannya.
Inilah bukti pembangkangan manusia terhadap janjinya dahulu di surga. Oleh karena dunia yang penuh dengan tipu muslihat. Sebab tak diatur dengan Islam berikut syariatnya.
Ya, sebab pada faktanya, pangkal pembangkangan manusia terhadap Tuhannya, ialah karena terterapkannya tatanan kehidupan sekuler yang mengatur kehidupan manusia.
Orang-orang sekuler lupa, jika mereka itu diciptakan oleh Allah Swt. dan sudah sepantasnya dari Dia pula aturan untuk manusia itu berasal. Karena Allah Swt. tahu perihal yang diciptakannya. Dia yang paling tahu segalanya. Hanya manusia terlalu sombong hingga berani melahirkan aturan untuk mengatur diri mereka sendiri.
Maka wajar saja, jika seorang bayi sebelum ia terlahir ke dunia. Mengungkapkan kekhawatirannya kepada Allah Swt. Ia takut karena ia mendengar jika di dunia banyak orang jahat. Sementara, ia masih kecil dan sangat lemah. Sang bayi bahkan meminta agar ia tetap di surga saja karena di sana ia dapat berlari dan bernyanyi dengan gembira.
https://narasipost.com/teenager/05/2023/antara-baiat-dan-kekuasaan/
Tetapi, Allah Swt. menenangkan sang bayi bahwa Dia telah menyiapkan malaikat yang akan selalu menjaganya. Bahkan dia siap mempertaruhkan nyawanya untuk dirinya.
Dialah seorang Ibu.
Ya, ibu adalah orang pertama yang menyambut kedatangan sang penghuni surga itu dengan penuh kasih sayang. Ia membelainya dengan penuh kehangatan. Sampai rela menanggung lelah siang dan malam demi untuk menjaganya.
Sayang, dunia yang kian sekuler tengah mendidik para ibu jauh dari agamanya. Hingga lupa untuk menjaga sang bayi agar tetap ingat dengan ikrar Tuhannya di surga. Dikarenakan minimnya ilmu agama.
Padahal, sebagaimana hadis Nabi saw. bahwa setiap anak Adam yang terlahir ke dunia itu pada fitrahnya adalah muslim. Orang tuanya yang menjadikan mereka Yahudi, Majusi, dan Nasrani. (HR. Muslim).
Agar Janji Tak Terlupa
Agar terpelihara ikrar hamba dan penciptanya dibutuhkan tatanan dunia yang bersahabat. Tatanan dunia yang menuntun manusia agar senantiasa mengingat Sang Penciptanya. Maka di sana akan terkenang pula janji kala dahulu di surga.
Ya, betul kita tentu tak bisa mengingat bagaimana indah surga sebelum kita terlahir ke dunia. Kita juga tak bisa mengingat bagaimana dahulu kesaksian di hadapan-Nya itu terucap.
Tetapi, dengan ilmu dan proses belajar yang panjang tentang Islam yang kaffah. Maka kita akan sadar dengan ikrar saat berada di surganya dahulu kala. Sebab tatanan kehidupan yang islami akan senantiasa menuntun kita terikat kepada hukum Allah Swt. Sehingga janji yang terikrar di surga akan terngiang sepanjang masa.
Waallahu'alam bishowab []
Semoga kita bukan orang2 yang melupakan janji kepada Allah