Keimanan kokoh hasil tempaan di bulan Ramadan. Hasilnya, ketakwaan makin meningkat di ranah pribadi, masyarakat, dan negara.
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Tanpa terasa sebulan penuh kita telah menjalankan ibadah puasa selama Ramadan. Berbagai amalan saleh, baik wajib maupun sunah dikerjakan dengan niat meraih derajat takwa. Ramadan adalah bulan penyucian diri dan momentum emas menempa keimanan dan ketakwaan diri.
Sebagai hamba yang beriman tentu kita tidak akan menyia-nyiakan Ramadan yang datangnya setahun sekali dengan durasi waktunya 1 bulan saja. Ramadan segera berakhir bilamana 1 Syawal telah datang. Namun, kita berharap penempaan selama bulan Ramadan menjadikan kita sebagai insan yang lebih bertakwa dan tetap istikamah menjalankan amal-amal yang baik yang dilakukan selama bulan Ramadan.
Perumpamaan fase kepompong menjadi ulat lalu menjelma menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Ketika menjadi kepompong tampak terbungkus rapi, diam menahan diri dari aktivitas bergerak, tampak lemah tak berdaya. Begitu masa kepompong selesai maka tibalah waktu segera keluar menjadi kupu-kupu nan cantik dengan warna-warni sayap-sayap yang indah menawan hati bagi siapa pun yang memandangnya.
Jika kita mengamati ulat semasa jadi kepompong jauh dari kata menarik. Hasilnya terlihat indah setelah ia menjadi seekor kupu-kupu. Begitupun dengan aktivitas Ramadan sebulan, terasa berat menahan haus dan lapar serta pantangan lainnya. Namun, hakikat di balik beratnya semua itu ada keberkahan dan pahala yang besar disediakan bagi mereka yang berpuasa. Mestinya bagi mereka yang berhasil melewati Ramadan akan merasakan hasil tanpa batas waktu. Keimanan mereka makin kokoh dan berenergi untuk menjalani kehidupan 11 bulan ke depan. Keimanan kokoh hasil tempaan di bulan Ramadan dan energi makin besar. Hasilnya, ketakwaan makin meningkat tidak hanya di ranah pribadi saja, tapi juga masyarakat dan negara.
Ramadan: Momentum Ketakwaan
Allah Swt. di surah Al-Baqarah ayat 1-2 yang berbunyi, “Alif laam miim. Kitab Al-Qur’an ini, tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi kaum yang bertakwa.”
Imam Ali Ash-Shabuni menafsirkan ayat di atas dengan mengutip pernyataan Imam Al-Hasan Al-Basri menuturkan, “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut terhadap apa saja yang telah Allah Swt. larang atas diri mereka dan menunaikan apa saja yang telah Allah Swt. wajibkan atas diri mereka.” (Ali Ash-Shabun, Shafwah at-Tafaasiir, 1/26)
Sedangkan menurut Imam Jarir At-Thabari, mengutip penyataan Ibn Abbas r.a., “Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang takut menyekutukan Allah Swt. dan mengamalkan apa saja yang telah Allah Swt. wajibkan atas mereka." (Ath-Thabari, Jaami’ al Bayaan li Ta’wiil al Qur’an, 1/232-233)
Dari penjelasan di atas, maka idealnya seorang muslim adalah pascasaum senantiasa takut terhadap murka Allah dengan cara selalu berupaya menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Menjauhi kesyirikan, salat 5 waktu, menutup aurat sempurna bagi wanita, menuntut ilmu Islam kaffah, memperluas tsaqofah, sedekah, amar makruf nahi mungkar, meninggalkan riba, tidak korupsi, tidak minum minuman keras, tidak berjudi, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak menipu, dan seterusnya.
Seseorang belum bisa dikatakan bertakwa meski salat, haji, dan amalan saleh lainnya jika masih melakukan perbuatan yang jelas-jelas melanggar syariat Islam seperti memakan riba, mengabaikan urusan masyarakat, berbuat zalim kepada rakyat dan membangkang terhadap hukum syariah yang diwajibkan Allah kepadanya.
Sebagai hamba yang bertakwa, membentengi dirinya sungguh-sungguh dengan akidah Islam. Tidak terlintas dibenaknya meyakini hukum selain hukum Allah semata. Agar tidak tergolong orang yang berbuat kesyirikan. Allah Swt. dengan tegas mengingatkan di dalam firman, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai Tuhan-Tuhan selain Allah."
(TQS. At-Taubah:31)
Takwa Wajib Kaffah
Dengan Ramadan ini, Allah tidak saja menginginkan seorang muslim membersihkan dirinya dari segala kemaksiatan pribadi, akan tetapi menghendaki agar seorang muslim pun bisa melepaskan diri dari sistem kehidupan yang penuh dengan kemungkaran, penyimpangan perilaku, kebebasan, amoral, dan sebagainya. Mirisnya kerusakan masyarakat hari ini terjadi di semua sektor yang disebabkan oleh sistem kapitalisme demokrasi yang menjadi aturan kehidupan sekarang.
Sistem ekonomi kapitalis dan liberal juga telah melegalkan produksi minuman keras yang menghancur generasi bangsa. Bercokolnya para investor asing dan asing menguasai SDA, hutan dan kelautan. Tata pergaulan pria dan wanita yang liberal membuat banyak wanita merasa bebas mengumbar aurat, suburnya perilaku seks bebas dan perzinaan, kumpul kebo, pasangan zina yang digerebek aparat saat mesum, menandakan mereka tak lagi menghormati dan memuliakan Ramadan.
Dalam dunia penyiaran banyak tontonan yang merusak nuansa ibadah Ramadan. Demi rating dan iklan tak peduli menayangkan tontonan yang tak layak. Media sosial bablas dan bebas menyuguhkan tontonan yang jauh dari tuntunan. Di bulan yang suci ini pun, lagi-lagi kita juga dikejutkan dengan berita korupsi yang nilainya sangat fantastis Rp271 triliun oleh para koruptor kelas kakap yang hingga kini tidak bisa di berantas. Sejatinya demokrasi memang lahan subur korupsi untuk terus bertumbuh, di mana dalam sistem ini hukum pun bisa ditawar-tawar sesuka hati. Tak kalah mengejutkan di bulan mulia Ramadan ini keputusan Arab Saudi yang mengirimkan dutanya ke kontestasi Miss Universe untuk pertama kali ini. Sungguh tamparan keras dan mencoreng nama baik umat apa yang dilakukan Arab Saudi. Pasalnya Arab Saudi merupakan kiblat dan tonggak sejarah peradaban Islam bermula, tapi kini telah menjadi penganut liberal. Betapa mengerikannya dampak sistem kapitalisme bagi keberlangsungan hidup umat manusia di seluruh negeri kaum muslimin tak terkecuali di Indonesia.
Karenanya selain melakukan amal membersihkan diri melalui ibadah Ramadan, kaum muslimin juga harus melengkapinya dengan upaya membersihkan sistem ini dari segala kemungkaran. Pangkal dari semua kemungkaran dan kemaksiatan yang kini terjadi karena adanya kemungkaran dan kemaksiatan besar yaitu mengabaikan penerapan dan pelaksanaan syariat Islam. Penerapan sistem selain Islam telah merusak semua kehidupan umat di semua lini. Padahal, Allah sangat jelas memberi petunjuk kepada manusia untuk mengikuti jalan-Nya yang lurus agar tidak tersesat mengarungi kehidupan di dunia.
Allah berfirman,”Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, janganlah kamu mengikuti jalan-jalan setan yang akan memecahbelahkan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (TQS. Al-An’am: 153)
Menaati Hukum Allah Seutuhnya
Sebagai muslim hendaklah kita taat kepada Allah dalam semua perintah dan larangan-Nya. Pahamilah, ketaatan adalah pangkal keberkahan dan kemuliaan hidup. Sedangkan pembangkangan hanya akan mengantarkan kepada kerusakan yang besar.
Dalam ketaatan hendaklah tidak memilah-milih perintah dan larangan-Nya. Sebagaimana bersemangatnya kita menjalankan ibadah puasa, salat, tarawih, dst. Pun begitu seharusnya dalam perintah untuk segera menerapkan syariat Islam dan menegakkan Khilafah. Seperti dalam peringatan-Nya di surah Al-Baqarah ayat 85, “Apakah kamu beriman kepada sebagian Al-Qur’an dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang yang berbuat demikian kepadamu. Melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak pernah lengah terhadap apa yang kamu perbuat.”
Kini makin jelas, puasa bukan sekadar menahan haus dan lapar, tapi sekaligus menundukkan diri kita kepada segenap perintah dan larangan Allah. Seperti halnya orang-orang yang ikhlas dalam berpuasa. Mereka juga ikhlas dan bersabar dalam melaksanakan syariat Allah Swt. dan yakin bahwa tidak ada aturan yang terbaik melainkan yang berasal dari Allah.
Jadikanlah Ramadan kali ini sebagai sarana membersihkan diri, masyarakat, dan negara dari sistem buruk dan kotor kapitalisme, yang merupakan biang kemungkaran dan kemaksiatan. Kemudian menggantinya dengan sistem sahih lagi diridai yakni mewujudkan Khilafah Rasyidah seperti era kejayaan Islam dahulu.
Wallahu a’lam bishawaab. []
Ya Allah, Ramadan sudah berlalu. Semoga setelah Ramadan, umat Islam dapat menjaga suasana keimanan dan segera meraih takwa secara kaffah dengan menerapkan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Masyaaallah Jazakunallahu Ibu Pemred dan NP telah tayang semoga bermanfaat.