Sebagai orang yang beriman pada Al-Qur'an, kalamullah, maka sudah sepatutnya kita melaksanakan apa yang terkandung di dalamnya. Menerima keseluruhan, tanpa ingkar dengan sebagian.
Oleh: Atik Hermawati
(Pengajar Madrasah Diniyyah Taklimiyyah)
NarasiPost.com - Al'Qur'an ialah mukjizat terbesar yang diturunkan pada Nabi Muhammad Saw. Allah Swt menjamin terjaga keasliannya. Meskipun banyak sekali yang menuding dan mencoba memalsukan Al-Qur'an.
Saat Al-Qur'an pertama kali diturunkan dan Rasulullah menyampaikan wahyu tersebut, orang Arab musyrik sangat tidak percaya itu wahyu dari Allah Swt. Mereka menuding bahwa itu perkataan orang Arab yang mahir bersyair ataupun perkataan Muhammad yang dibuat-buat.
Lalu Allah pun membantah dan menantang sebagaimana dalam QS. Al Isra: 88,
Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain."
Tantangan ini terasa berat walaupun mereka mengumpulkan jin dan manusia untuk membuatnya. Namun keraguan mereka akan Al-Qur'an masih sangat kuat.
Selanjutnya, Allah turunkan level tantangannya yaitu menjadi 10 surah saja yang menyamai surah dalam Al-Qur'an. Sebagaimana firman Allah Swt,
"Bahkan mereka mengatakan, "Muhammad telah membuat-buat Al-Qur'an itu," Katakanlah, "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar" (QS. Hud: 13).
Tantangan ini pun masih belum bisa dipenuhi oleh para penuduh Al-Qur'an tadi. Meskipun ahli-ahli syair Arab telah berkumpul untuk bersama membuat yang serupa dalam Al-Qur'an. Namun masih saja keraguan akan kalamullah itu masih dipelihara.
Hingga dalam QS. Al Baqarah ayat 23, Allah menurunkan kembali bobot tantangan itu. Yakni menjadi satu surah saja. Lagi-lagi mereka diberi pilihan untuk memanggil sekutunya yang dikira dapat membantu mereka.
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar" (QS. Al-Baqarah: 23).
Ternyata ada orang yang menerima tantangan itu yakni Musailamah, yang kita kenal sebagai nabi palsu saat masa Khalifah Abu Bakar Ra. Sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Katsir bahwa ia mengusulkan beberapa naskah untuk menyaingi Al Qur'an, yaitu sebagai berikut:
"Yaa dhifda' binta dhifda'aini; naqqii maa tunaqqiin; a'laaka fi al-maai wa
asfaluka fii ath-thiin."
Artinya: "Hai katak anak dua katak, berkuaklah sesukamu. Bagian atasmu di air bagian bawahmu di tanah."
Kemudian untuk menyaingi surah Al Fil dan Al Kautsar:
"Al-fiilu, maa al-fiil, wa maa adraaka ma al-fiil; al-fiilu lahu dzanabun wa tsiilun wa khurthuumun thawiil."
Artinya: "Gajah, apakah itu gajah, tahukah kamu apa itu gajah; gajah mempunyai ekor yang kecil dan belalai yang panjang."
"innaa a'thainaa ka al-jamaahir; fashalli li rabbika wa jaahir; inna syani`aka huwa al-kaafir."
Artinya: "Sungguh telah kami berikan kepadamu gundukan tanah; maka shalatlah dengan suara keras; sungguh yang mencelamu adalah orang yang kafir."
Semua syairnya tadi tak bermakna apa-apa selain apa yang telah diketahui orang-orang saat itu. Sedangkan Al-Qur'an selain mengisahkan kisah nabi terdahulu, juga hukum-hukum dan pengetahuan yang belum diketahui manusia saat itu. Semua yang terkandung dalam Al-Qur'an menjadi solusi nyata bagi problematika manusia, saat itu Al-Qur'an diturunkan berangsur-angsur dan menyelesaikan apa yang saat itu menjadi masalah kehidupan. Bahkan kehidupan akhirat yang ghaib dituturkan dalam Al Qur'an, baik siksa neraka maupun nikmat surga. Hingga saat seluruh ayat Al-Qur'an selesai diturunkan, Allah telah menjadikan Islam sebagai sistem total aturan kehidupan. Al-Qur'an telah membenarkan, menghapus, dan menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya.
Selain itu dari segi gaya maupun keindahan bahasa, Al-Qur'an tidak ada yang mampu menandinginya. Sebab itu bahasa Sang Pencipta, bukan manusia. Rasulullah Saw. yang menerima wahyu-Nya pun tidak mampu meniru sedikitpun. Sudah kasat mata bagi yang memahami, gaya bahasa hadits dan Al-Qur'an berbeda. Begitupun orang Arab, walaupun ia mahir dalam syair, tetap saja keindahan bahasa Al-Qur'an tak mampu diikuti sedikitpun.
Akhirnya orang-orang musyrik Arab saat itu, mengakui baik secara terpaksa atau tidak bahwa Al-Qur'an Kalam Ilahi. Namun tetap saja mereka dalam keingkaran yang nyata dan tak mau beriman kepada Al-Qur'an maupun kerasulan Muhammad Saw.
Allah benar-benar menjaga keaslian Al-Qur'an hingga saat ini. Para penghafal Al-Qur'an tak terhitung jumlahnya pada setiap generasi. Setiap orang yang berusaha memalsukan pasti tersingkap secara jelas. Namun sangat memprihatinkan saat Daulah Islamiyyah lenyap. Berbagai penista semakin marak tak ada yang menindak dengan tegas.
Sebagai orang yang beriman pada Al-Qur'an, kalamullah, maka sudah sepatutnya kita melaksanakan apa yang terkandung di dalamnya. Menerima keseluruhan, tanpa ingkar dengan sebagian.
Wallahu a'lam bishshawab.
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]