Bukan Sekadar Kebaikan

Hanya saja sebagai umat Islam, baik atau buruk tak bisa diukur dengan anggapan atau sekadar pengakuan umum. Bukan sekadar kebaikan, dalam Islam yang dikatakan baik itu wajib disesuaikan dengan syariat.


Oleh: Ana Nazahah (Revowriter Aceh)

NarasiPost.com - Pada suatu kesempatan penulis pernah mendapati seorang teman Muslimah yang begitu memuji kebaikan temannya yang non Muslim. Temannya itu disebut-sebut selalu hadir untuknya dalam setiap masalah. Murah senyum, baik akhlak dan tutur bahasa.

Si Muslimah tadi berujar "Aku lebih suka berteman dengan dia (non muslim), dari pada teman-teman Muslim."

Dari sana penulis memang mendapati fakta. Bahwa banyak teman-teman yang non Islam itu baik. Humble dan memiliki empati tinggi terhadap sesama. Salah satu kenalan penulis yang non Islam, bahkan mau berkerudung saat bersama- di mejelisnya orang Islam.

Namun, yang harus kita catat adalah tak ada paksaan untuk mengikuti ibadahnya umat Islam bagi mereka. Apalagi sekadar ikut-ikutan. Sementara kita sebagai umat Islam, sama sekali tak dibenarkan mengikuti ajaran selain Islam.

Yang benar adalah, bahwa dakwah terhadap non Muslim tetap wajib dilakukan. Salah satunya dengan bersikap islami sesuai yang Rasulullah perintahkan. Sikap yang mencerminkan kepribadian Islam. Sehingga dari sana, siapapun tertarik untuk mengenal Islam. Lalu memeluknya sebagai keyakinan. Satu-satunya agama yang benar.

Karena itu, justru umat Islam lah sejatinya paling beradab dan akhlak mulia, karena sikap berperilaku baik ini langsung diperintahkan Allah Swt. Sebagimana firman-Nya :

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Al- Qashash : 77).

Menurut KBBI, Kebaikan itu berarti sifat baik; perbuatan baik, kegunaan; dan sifat manusia yang dianggap baik menurut sistem norma dan pandangan umum yang berlaku. Sedang menurut kaca mata Islam? Adalah sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menegaskan: "Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain." (HR. Muslim).

Allah Swt juga menjelaskan terkait kebaikan, merupakan sifat-sifat yang sejatinya wajib dimiliki oleh orang- orang yang bertakwa.

"Kebaikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. 2:177).

Ya, begitulah. Puncak dari berbuat kebaikan itu adalah iman dan ketakwaan. Karenanya, tidak ada kebaikan jika perbuatan itu malah menjauhkan hamba dari Tuhannya.

Jika ada yang beranggapan bahwa non Muslim lebih baik dari pada Muslim. Padahal non Muslim justru tidak beriman kepada Allah Swt. Mungkin yang dimaksud di sini adalah baik dalam artian sikap bersosial. Hal ini lumrah dimiliki oleh manusia yang memiliki fitrah, naluri berkasih sayang.

Hanya saja sebagai umat Islam, baik atau buruk tak bisa diukur dengan anggapan atau sekadar pengakuan umum. Bukan sekadar kebaikan, dalam Islam yang dikatakan baik itu wajib disesuaikan dengan syariat.

Misal, orang tua yang baik yang membiarkan anaknya keluar berpacaran asal tidak pulang telat. Itu sebuah kejahatan dalam Islam. Sebaliknya dalam anggapan masyarakat merupakan sesuatu yang wajar dan dibenarkan.

Contoh lain, seorang murid yang berani menasihati gurunya agar tidak menerapkan perbuatan ikhtilat dalam proses belajar mengajar. Mungkin sikap si murid akan dianggap lancang dan tidak sopan. Namun, di dalam Islam hal tersebut justru diperintahkan. Agar diri kita dan sesama terjaga dari berbuat dosa yang akibatnya kerusakan.

Lemah lembut itu baik. Tegas dan keras itu kasar. Namun, itu ketika yang dinilai subtansial semata. Namun apa jadinya jika Allah yang melarang bersikap lemah lembut pada pelaku kejahatan zina misalnya? Lalu bersikap keras kepada musuh- musuh Allah. Akankan kita membalik-balik makna keduanya?

Jadi, dalam menilai baik atau tidak sekalipun, wajib dikembalikan makna tersebut ke dalam Islam. Jangan serta merta membenarkan apa-apa yang menurut kita baik, sementara kita tidak paham. Karena bisa saja menurut kita baik, padahal itu keburukan. Karenanya mengerjakan sesuatu amalan itu butuh ilmu, agar tidak tersesat kita dan berakhir kepada penyesalan.

Wallahua'lam

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Muhasabah Akhir Tahun 2020
Next
Refleksi 2020, The Dip Perjuangan Kebangkitan Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram