Kala Hati Harus Memilih

Kala Hati harus memilih

 “Pergilah engkau dengan damai. Akan kujaga dan kucintai mereka seluas cinta kasihmu kepada mereka!”

Oleh. Andrea Aussie
(Pemred NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tatapanku nanar melihat sosok yang tak berdaya dari balik jendela kamar itu. Sudah 6 bulan dia menempati ruangan itu berharap ada keajaiban untuknya.

Kanker rahim stadium 4 menggerogoti tubuhnya secara perlahan namun pasti. Rambutnya yang dulu berkilau hitam lebat bagaikan mahkota indah, kini hilang terembus angin kemoterapi dan radiasi hanya menyisakan karang tandus bak gurun sahara.

Raut wajah yang senantiasa terhiasi rona pipi yang merah ranum, kini hanya tampilan simetris tulang-tulang wajahnya. Bola mata yang dulu selalu berbinar nan indah kini berubah menjadi tatapan redup.

Kulit dan tubuhnya yang dulu semampai bagaikan snow white dan terkadang membuat decak iri  nan kagum siapa pun yang melihatnya, kini terlihat hanyalah tulang-tulang berbalut kulit pucat bagikan mayat hidup.

Hanya senyumannya yang memberi arti bahwa ada semangat juang dan keikhlasan untuk mempertahan hidupnya. Dan memancarkan masih ada sisa-sisa kecantikan yang dulu dia miliki.

Sejenak kuembuskan napasku. Ada rasa sesak yang coba kutahan. Entahlah, kali ini aku sangat enggan untuk menemuinya. Rasanya belum siap jika dia meminta jawabanku.

Perlahan namun pasti kubuka pintu ruangan kamar rumah sakit itu. Dia masih terlelap dalam tidurnya bagaikan putri tidur yang sedang mengembara ke alam khayalan.Tubuhnya terbalut beberapa kabel ECG(5 elektroda )semata untuk menunjangnya tetap hidup.

Genangan air mataku mulai mengembang. Kuteringat saat pertama kali dia histeris hebat kala vonis dokter menghantamnya. Tangisan pilunya membuatku dan suaminya serba salah bagaimana harus menenangkannya.

Ini bohong ‘kan Ndrea? Pasti dokter itu salah mendiagnosisnya. Tak mungkin penyakit ganas ini ada di tubuhku ‘kan Ndrea? Ini bohong ‘kan?” jeritnya sambil mengguncangkan bahuku.

Aku terdiam membisu. Kurasakan seolah sembilu menusuk jantungku. Aku tak tahan menyaksikan jeritan dan kepedihan hatinya atas vonis dokter tersebut.

Ndrea, aku selalu menjaga kebersihan dan merawat tubuhku dengan baik. Aku juga yakin kalau suamiku tak mungkin menularkan penyakit ini. Tapi kenapa aku harus memikulnya Ndrea? Kenapa?”

Nay, pahamilah bahwa sampai detik ini pun belum diketahui penyebab penyakit kanker rahim itu. Saat ini baru dugaan bahwa timbulnya kanker rahim akibat mutasi genetik sel-sel dalam rahim, itu pun belum diketahui apa yang menyebabkannya. Cobalah mengerti, mungkin ini ujian Allah Swt. untukmu berupa sakit yang sekarang engkau rasakan “

“Tetapi kenapa Allah mengujiku dengan penyakit ganas ini, Ndrea? Aku belum siap mati, Ndrea! Aku belum memiliki tabungan amalku untuk bekal menuju akhirat nanti, Ndrea!

Nay,bersabarlah atas ujian yang Allah berikan kepadamu ini. Kita tidak bisa memilih ujian hidup apa yang harus Allah berikan kepada kita. Tetapi kita bisa mengupayakan agar kita bisa melewati ujian-Nya tersebut. Bukankah Allah Swt. senantiasa mengingatkan kita dalam firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 155-156:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُون

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang sabra yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan “Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.”

“Kita akan berusaha mengobati penyakitmu ini. Ada banyak cara penanganan penyakit kanker rahim tersebut dengan cara kemoterapi, radioterapi, dan lain-lain .“kataku mencoba menasehatinya.

“Aku tidak mau melakukan kemoterapi apalagi sampai rahimku diangkat Ndrea! Wanita tanpa rahim ibarat bunga tanpa mahkotanya.  Itu sangat menyakitkan. Aku tak mau kehilangan rambutku. Aku tidak mau tubuh dan kecantikanku sirna karena zat-zat kimia yang harus aku rasakan.”protesnya.

“Nay, kanker rahimmu sudah stadium 4. Kankermu berada di puncak keganasan dan harus segera diobati. Dan cara itu yang bisa mengobati atau memperlambat penyebaran sel kanker ke organ vital lainnya. Aku akan berusaha mencarikan pengobatan yang terbaik untukmu, Nay! Tapi jangan lupa memohon pertolongan-Nya untuk kesembuhanmu.“ ucapku sambil memeluknya. 

Kubiarkan dia menangis di pundakku. Meluapkan segala resah dan kepiluan hatinya. Ya, siapa pun pasti akan terguncang ketika tiba-tiba mendapatkan vonis dokter kalau menderita penyakit kanker rahim apalagi sudah stadium 4.

Kanker rahim merupakan salah satu “silent diseases“ yang seringkali luput dari kacamata kaum wanita.

Kanker rahim atau kanker uterus terjadi karena perubahan sel genetik yang tumbuh tidak normal menjadi tumor-tumor ganas. Aku sangat memahami saat Nay menolak anjuran dokter untuk melakukan operasi histerektomi yakni pengangkatan rahim, indung telur, dan saluran indung telur. Awalnya dokter memberikan pengobatan secara radioterapi untuk membunuh penyebaran sel kanker. Sebuah alat yang menghantarkan sinar-X berenergi tinggi diarahkan ke area kanker rahim untuk menghancurkan sel kankernya. Namun, ternyata sel kanker sudah menyebar luas sehingga dokter memutuskan melakukan operasi histerektomi. Tidak hanya sampai di situ, Nay juga harus melakukan kemoterapi dengan mengonsumsi obat-obat pembunuh kanker rahimnya yang disertai terapi hormonnya. 

Enam bulan sudah dia berjuang melawan kanker rahimnya. Rasa mual dan muntah, diare, rambut yang rontok, nyeri otot, kulit yang kemerahan dan bengkak, perubahan usus, dan segudang efek samping pengobatan kanker rahimnya seolah sarapan nyeri yang harus dia derita tiap saat. Hingga dalam titik nadir hidupnya, Nay mencoba berdamai dengan ganasnya penyakit kanker  yang dia derita.

Ndrea, sudah lama kau datang?” suara lembut menyadarkanku dari lamunan sesaatku. Aku buru-buru menghapus genangan air mata yang mulai menetes dari sudut mataku.

Hi, kamu menangis. Kenapa?”

Aku tidak menangis Nay, tadi ada debu ke mataku jadi kelilipan !” kataku mencoba berbohong.

Kulihat Nay tersenyum misterius. Tangan kanannya mencoba meraih tanganku. Aku segera meraihnya dan duduk di samping ranjangnya.

Bagaimana dengan pesananku? Apakah sudah menemukannya?” tanyanya penuh harap.

Deg! Jantungku seolah berhenti. Mulutku seolah terkunci dan mencoba menata perasaanku. Aku tahu bahwa dia akan terus mengejar jawabanku. Permintaannya yang terus diutarakan selama dua bulan terakhir ini.

“Ndrea, aku paham kalau dirimu tidak mau menerima keputusanku. Tapi cobalah pahami kondisiku. Dokter sudah memvonis bahwa hidupku tinggal menghitung hari. Penyakitku sudah sangat sulit terobati. “

Kutatap wajah Nay. Mencoba tersenyum menenangkan gelisahnya.

“Dengarlah Nay! Dokter itu manusia yang tidak bisa memprediksi kematian manusia. Kematian hanyalah rahasia Allah yang sangat susah diprediksi. Dan setiap makhluk hidup akan menghadapinya seperti dalam firman-Nya QS. Al Munafiqun ayat 11: “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan kematian seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.

“Tapi Ndrea, bagaimanapun aku harus mempersiapkan masa depan anakku. Kedua anakku masih kecil dan masih membutuhkan sosok ibu yang akan menemani hidup mereka. Sosok khairu ummah yang mampu menjadikan anak-anakku mujahid pembela Islam. Begitu juga suamiku membutuhkan pendampingnya yang akan bersama-sama mengendarai nakhoda kehidupan keluargaku. Aku ingin pergi setelah aku yakin ada penggantiku!”ujarnya pelan.

“Mereka tidak membutuhkan orang lain Nay! Mereka butuh kamu, bukan orang lain !” kataku tegas. "Kumohon Nay, bertahan untuk sembuh demi mereka !

Kulihat Nay mengalihkan pandangannya ke arah jendela. Menatap langit yang mendung seolah berduka memahami kondisi Nay.

“Ndrea, aku tahu kondisiku. Aku sudah berbicara banyak dengan suamiku walaupun aku mengerti kalau dia pun tidak menyetujuinya. Tapi tolonglah aku, Ndrea. Carikan seorang wanita yang mau menjadi penggantiku. Yang bersedia dan ikhlas menjadi khairunnisa untuk keluarga kecilku. Menjadi ratu di rumah itu. Aku ikhlas untuk dipoligami!

“Poligami itulah yang tidak aku sukai, Nay! Aku tidak sanggup membayangkan perasaan seorang istri yang mau menerima kehadiran wanita lain dalam rumah tangganya! Bagiku, NO POLIGAMI !

“Bukankah dirimu sudah lama mengkaji Islam, Ndrea? Bukankah Islam tidak melarang poligami? Coba dirimu tengok QS. Annisa ayat 3!”

“Aku tahu tentang poligami dalam Islam. Tapi aku belum bisa menerima jika sahabatku sendiri harus menerima untuk dipoligami. Tidak ada dalam kamus hidupku, Nay!

Diam sejenak. Masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri. Hatiku terasa perih setiap membayangkan akan ada wanita lain dalam rumah tangga Nay yang akan menggantikan sosoknya. Itulah alasanku mengapa selama lebih dari 2 bulan permintaan Nay tidak kupenuhi.
Berbagai alasan selalu kuutarakan setiap kali Nay menanyakan sosok wanita lain untuk menjadi penggantinya.

“Ndrea, aku tahu kamu menolak poligami. Jika engkau izinkan aku memintamu, maukah engkau sendiri memberikan hatimu untuk anakku, untuk suamiku dan untukku? Please, maukah engkau menjadi penggantiku?”

“What? Oh my God ! Aku tidak mungkin menikah dengan suamimu, Nay ! Aku belum siap untuk menikah!” jawabku kaget.

“Jika engkau tidak bersedia menjadi penggantiku maka carilah wanita lain yang salihah yang mau menerima kami apa adanya. Mencintai anak-anakku seperti anaknya sendiri dan mau menerima suamiku dengan hatinya. Sudah lebih dari 2 bulan aku berharap dirimu menolongku tetapi dirimu tak pernah memberikan jawaban pasti!

Bukan aku tidak berusaha mencari wanita lain untuk bersedia menjadi penggantimu, Nay! Sudah 4 orang yang kuhubungi tapi tak satu pun yang bersedia menjadi ibu sambung untuk anakmu. Banyak alasannya dan aku tidak bisa memaksanya. Aku juga tidak mau  memperkenalkan wanita yang tidak baik untuk keluargamu. Tidak seperti membeli gorengan yang langsung bisa dimakan. Perlu dicek latar belakang dan lainnya.” kataku lembut.

“Kalau begitu kenapa tidak dirimu saja yang menggantikanku? Aku sangat percaya kepadamu. Pikirkanlah Ndrea. Ingat, aku tak punya banyak waktu! Demi anakku, demi persahabatan kita?”pintanya memelas.

Kuhela napasku. Kuembuskan napasku seolah mengeluarkan beban berat yang selama ini kusimpan.

“Aku tidak berjanji Nay, tapi akan kucoba membantumu semampuku!”

***

Matahari seolah enggan untuk menyapa. Dia bersembunyi dalam langit kelabu dengan temaram awan mendung. Atmosfer hangat dan dekorasi cakrawala langit yang indah berubah menjadi udara dingin yang mencekam. Melodi rintik hujan dan kilatan petir mengambil alih langit kelabu.

Harumnya aroma tanah yang terhantam dalam rintik dan rancak air hujan seolah menyadarkanku pada apa yang terjadi barusan. Dalam melodi rintik hujan terdapat nyanyian kala hati harus memilih

Ya.. 
Kala hatinya harus memilih
Retak rapuh menjadi debu
Terempas ganasnya kanker
Namun harus tetap terjaga

Menutup luka dan rasa demi cinta kasih kepada anak dan suaminya. Menyadarkan diri bahwa sukmanya sudah dalam batas akhir perjalanan hidupnya. Dan dia enggan bahteranya karam tanpa pendamping nakhodanya.

Kala hatiku harus memilih
Melunturkan ego demi nilai persahabatan
Dalam ikatan janji suci pernikahan
Dan derai haru saksi
Menghantarkan senyum indah dalam kepergiannya

Gaun pengantinmu masih kukenakan. Bertanding dengan dinginnya atmosfer ruangan itu. Dalam kelabunya langit dan derai air mataku, kubisikkan “Pergilah engkau dengan damai. Akan kujaga dan kucintai mereka seluas cinta kasihmu kepada mereka!” []

***

Double Bay, 23 November 2023

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Andrea Aussie (Pemred NarasiPost.Com
Andrea Aussie Pemred NarasiPost.Com
Previous
Coldplay Hibah Interceptor, Akankah Mengubah Kenyataan?
Next
Mewaspadai “Humanity Above Religion” di Balik Konser Coldplay
3.8 5 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

20 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dtah Rini
Dtah Rini
10 months ago

MasyaAllah ceritanya mengharu biru. Saat membaca tulisan ini. Sempat terbersit pertanyaan dalam hati., apakah ini true storynya Mom? Kebet ulan nama tokohnya juga Andrea..Ternyata membaca komen- komen di awal, ini adalah kisah pasien kanker nya Mom. Keren Mom ! Banyak hikmah yang di ambil dari tulisan ini. Salah satunya bahwa hidup, rezeki, jodoh, & ajal adalah rahasia Allah. Selalu sabar dengan ujian- Nya., Kardna dunia adalah tempat ujian. Barakallah Mom, semoga menginspirasi banyak orang untuk menjadikan cinta dan benci semata mata karena Allah

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
10 months ago

Maasyaalah tulisan yang sangat indah, kata-kata yang penuh makna, membuat hati mengharu biru. Tulisan yang keluar dari hati akan menusuk dan menembus hati.

Banyak pelajaran hidup yang dapat kita petik. Yang saya tangkap dalam tulisan ini yang masih awam dalam tulis menulis, ada cinta yang besar dilandasi cinta karena Allah, ada keikhlasan dan ketulusan yang begitu luas tak terbatas, ada keridaan menerima takdir yang Allah berikan.

Seandainya saya berada di posisi Nai belum tentu bisa sesabar dan seikhlas itu. Ikhlas adalah sesuatu yang mudah diucap tetapi sulit untuk dilakukan kecuali mereka yang keimanannya kuat dan kokoh dan keyakinan yang haqqulyakin atas qodho, bahwa semua itu datangnya dari Allah.

Begitu juga seandainya saya ada diposisi Ndrea belum tentu bisa menjadi sahabat yang baik karena Alah, sehingga bisa menjalankan amanah sahabatnya.

Ya, Allah jadikan kami orang yang sabar dan ikhlas menerima ketetapan-Mu

Mom Andrea tulisannya selalu menggugah perasaan, pembaca larut didalamnya, pembaca merasakan apa terjadi dalam tulisannya.

Tulisan ini luar biasa banyak ibrah yang bisa kita ambil. Sayang kalau hanya dibaca sendiri saya akan membagikan ke teman-teman, status, group-group. Meski belum bisa menulis ketika membagikannya semoga kecipratan pahalanya

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
10 months ago

Masya Allah, cinta yang dilandasi oleh keimanan kepada Allah akan sangat indah. Cinta kepada anak dan suami yang begitu dalam, hingga memastikan bahwa mereka akan baik-baik saja sepeninggalnya. Baarakallaah, Mom ❤️

Sherly Agustina
Sherly Agustina
10 months ago

Naskahnya baguuus bangeet.. selalu ada ibrah, membuat netra ini basah. Maasyallah, mom bisa mengemas tulisan ini dengan apik, memadukan berbagai unsur. Kedokteran, persahabatan, agama, poligami, dll.

Barakallah, mom ❤️
Luv u

Triana
Triana
10 months ago

Masya Allah, rasanya teraduk aduk. Sebuah keputusan yang tidak mudah tapi harus tetap diambil. Melelleh rasanya

Yanti Yunengsih
Yanti Yunengsih
10 months ago

Maa syaa Allah tulisan mom's menyentuh kalbu... mungkin ada kenyataannya seorang sahabat yg rela berkorban demi sahabat tercinta nya untuk membersamai keluarga dan suaminya...seribu satu hari ini klu ada...
Bagaimana kelanjutan nya setelah membersamai mereka mom's?

Atien
Atien
10 months ago

Masyaallah. Persahabatan sejati karena Allah membuat seorang sahabat rela berkorban untuk keluarga sahabatnya. Rela memberikan hati dan cintanya demi buah hati sahabatnya yang masih kecil yang masih membutuhkan sosok seorang ibu yang akan menjaga dan mendidiknya dengan Islam.
Semuanya karena Allah.
Barakallah mom. Naskahnya selalu tersirat pesan mendalam tentang kehidupan.

Mahganipatra
Mahganipatra
10 months ago

MasyaAllah, g terasa rembes mataku moms

Haifa
Haifa
10 months ago

Tiap cerita yang Mom buat itu mengaduk2 perasaan dan saya tidak suka cerita sedih2 :'(

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
10 months ago

MasyaAllah, sebuah persahabatan yang penuh makna. Ketika hati harus memilih maka pilihannya jatuh pada rasa yang ingin tetap menjaga buah hati sahabatnya.
Cerita penuh makna, sebuah pergolakan hati.

Wd Mila
Wd Mila
10 months ago

Saat sakit dan kodisi sangat lemah, Nay tetap memikirkan nasib suami dan anak-anaknya. Bukan masalah dunia, namun siapa yang akan mendidik dan tetap menjaga akidah dan keimanan anak2nya. MasyaaAllah...diVonis dengan kanker ganas dan diperkirakan tidak lama lagi hidup di dunia ini, membuat manusia tidak lagi memikirkan perhiasan dunia, hanya keselamatan akhirat. Tetap bersyukur karena Allah masih memberi kesempatan bertaubat dan menyiapkan diri menyambut alam kubur. Andrea pun berada diposisi sulit, diberi amanah yang begitu sulit sebagai seorang wanita sekaligus sahabatnya...
penggambaran kisahnya singkat, namun penuh makna. Pembaca akan penasaran dengan kisah selanjutnya. Terutama tentang takdir Andrea...

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
10 months ago

Baca kisah ini, bikin air mata tak tertahan. Teringat waktu ibu saya kena kanker payudara. Waktu itu sy baru umur 9 tahun, ibu hanya berpesan sebelum meninggal, saya tetap tinggal bersama nenek, jangan ikut ayah. Karena pasti sudah terpikir, kalo laki-laki ngga bisa hidup lama tanpa pendamping. Ibu saya lebih memilih nenek untuk mengurus saya daripada kelak di asuh ibu tiri. Karena ibu saya tidak mengenal Islam kaffah, jadi hanya mampu berpesan itu saja. Memang, seorang ibu pasti memikirkan anaknya di bandingkan rasa sakit yang sedang di deritanya. Jazakillah mom sudah berbagi cerita.

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
10 months ago

Nalarku masih berusaha memahami alur cerita ini dan sudah 2 kali menyisirinya.

Apa pun keputusannya jika menikah diniatkan karena Allah insyaallah akan lapang hati menjalaninya dan tetap bahagia. Meski poligami why not. So, Samawa. Aamiin.

Sartinah
Sartinah
10 months ago

Ya Allah ... aku kok nyesek ya lihat kisah seperti ini. Mungkin ada di luaran sana perempuan seperti ini yang sangat peduli pada masa depan anak-anaknya dan hidup suaminya. Walau dirinya seharusnya yang lebih butuh perhatian karena sakit. Andai diberi kesempatan, dia pasti ingin hidup lebih lama untuk membersamai anak-anak dan suaminya.

Barakallah Mom, keren pisan

Siti Komariah
Siti Komariah
10 months ago

Masya Allah, naskah yang sangat ngena banget. Kata demi kata mengalir dengan sempurna, namun penuh makna. Membuat pembaca mengharu.

Barakallah, Mom.

Bedoon Essem
Bedoon Essem
10 months ago

This is just fiction, right? Not truestory..Why so many onion here? Barakallah mom Andrea..its so deep..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram