"Aku selalu berusaha memahami bahwa apa pun yang kumiliki hanyalah titipan-Nya dan kejadian yang kualami bentuk ujian-Nya agar aku menjadi manusia yang makin kuat dan tabah."
Oleh. Andrea Aussie
(Pemred NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Entahlah.. Apakah judul tersebut pantas atau tidak untuk naskahku ini. Atau sebagai sindiran keras atas sebuah kekecewaan. Yang jelas, aku ingin berbagi kisah nyataku dan berharap agar orang lain berhati-hati saat membeli perumahan walaupun mempunyai embel-embel perumahan syariah.
Kurang lebih 7 tahun yang lalu, saat putriku kelas 2 SMA aku memberikan hadiah miladnya berupa sepeda motor dan sebuah rumah yang akan kubeli dekat dengan universitas idamannya. Saat itu putriku mempunyai rencana kuliah ke ITB di Kota Bandung, Jawa Barat. Masa-masa SMA, putriku sering mengikuti Olimpiade kimia dan sering menjadi langganan juara, baik perorangan maupun kelompok sampai tingkat nasional.
Terus terang saja, aku tidak mengenal baik daerah Jawa Barat apalagi kawasan Bandung. Seperti kubilang bahwa sudah puluhan tahun aku selalu tinggal di berbagai negara di belahan dunia. Sekali-kali aku pulang ke kota kelahiranku di Kuningan, Jawa Barat. Itu pun paling lama seminggu atau dua minggu. Bahkan, pernah cuma tinggal 4 hari dan langsung pulang kembali ke negara tempatku bekerja. Tetapi, adakalanya aku cuti sebulan jika memang ada urusan penting.
Kuutarakan niatku membeli rumah yang dekat ITB kepada sahabat dekatku dari Bandung. Beliau sangat mendukung rencanaku, lalu memperkenalkanku pada seseorang yang sangat dipercayainya.
Seseorang yang selalu berkiprah di dunia properti dan seorang miliarder. Aku terbiasa memanggilnya “Teteh“. Dari teteh inilah aku diperkenalkan kepada perumahan syariah The Green Setiabudi milik rekan sesama pengelola properti.
Karena keuanganku belum benar-benar stabil untuk langsung melunasi harga rumah tersebut yang ternyata sangat mahal, maka aku mengambil skema pembayaran yang disarankan sahabatku. Aku mengambil skema pembayaran cicilan yang paling cepat yaitu 2,5 tahun, dengan nominal pembayaran kurang lebih 30 juta/bulan. Namun, dalam perjalanannya aku bisa melunasi cicilan rumah itu dalam waktu setahun, karena aku sering kali membayar dua atau tiga kali harga cicilan untuk sekali pembayaran.
Impianku tidak muluk. Aku hanya ingin putriku memiliki rumah sendiri selama kuliah di ITB. Aku sangat tertarik dengan propaganda perumahan syariah The Green Setiabudi. Selain karena letaknya yang sangat strategis dengan beberapa kampus, desain rumah yang bergaya perumahan elite Asia, pemilik developer properti seorang lulusan ITB yang agamis, serta sistem yang ditawarkan adalah syariah Islam.
Sistem syariah Islam inilah yang menjadi rujukan sahabatku agar aku ikut membeli perumahan tersebut. Di mana propagandanya bisa selesai dibangun dalam jangka waktu 2 tahun. Jadi, kupikir pas banget untuk anakku lulus kuliah dan memiliki rumah barunya yang dekat dengan kampus ITB-nya.
"Mom, bolehkah Nde bicara sesuatu?” tanya putriku beberapa bulan sebelum kelulusan sekolahnya.
"Yup, ada apa?”
"Kapan rumah yang Mom beli dekat kampus ITB bisa ditempati?”
"Gak tahu juga ya. Entar Mom tanyakan pada Bunda Didah karena beliau yang mengetahuinya. Memang kenapa?”
"Bolehkah rumah tersebut dijual dan dipindahkan ke daerah Jatinangor?"
"Maksudnya?”
"Nde tidak mau kuliah ke ITB. Nde justru tertarik kuliah ke Unpad. Apalagi dapat tiket gratis masuk Unpad karena sering mengikuti Olimpiade kimia. Apakah boleh?”
"Hmm.. soal rumah sepertinya Mom belum bisa jawab. Tetapi tentang keinginanmu pindah kuliah dari ITB ke Unpad, its oke for me. Kamu boleh kuliah di mana pun tetapi dengan syarat, apa pun pilihanmu wajib dirimu bertanggung jawab atas pilihanmu tersebut!” jawabku tegas.
Aku menghubungi sahabatku dan menanyakan perkembangan tentang rumah The Green Setiabudi. Namun, ternyata beliau pun tidak memiliki info apa pun setelah pembayaran rumahku selesai. Kuakui, mungkin aku teledor karena tidak pernah mau tahu tentang TGS sejak awal pembayaran. Hingga datanglah sebuah message dari sahabatku tatkala aku sedang dinas ke luar kota.
Gemetar tanganku membaca message yang datang saat diriku sedang sibuk di klinik. Message yang sangat singkat dan padat, yang intinya memintaku menghubungi sahabatku. Aku juga diminta harus sabar, ikhlas, dan tabah. Jantungku berdebar keras dan firasatku mengatakan akan ada ujian-Nya yang maha dahsyat untukku.
Kulewati jam makan siangku dengan segera menelpon sahabatku. Jemariku gemetar sambil berusaha menempelkan Iphone ke telingaku. Air mata mengalir menumpahkan kesedihan hati. Mulutku terasa terkunci. Namun gejolak kemarahan, kekecewaan, kesedihan luar biasa berkecamuk dalam dadaku. Rasanya ingin kulari ke pantai dan berteriak sekeras mungkin menumpahkan gejolak rasaku.
Sahabatku memberitahu bahwa aku menjadi salah satu korban penipuan perumahan The Green Setiabudi. Ratusan juta uangku yang telah disetorkan untuk pembelian perumahan syariah tersebut hilang entah ke mana. Dan aku adalah pembayar kedua tertinggi dalam melunasi perumahan tersebut.
Mataku sangat merah menahan tangis yang terpendam. Hidungku terasa sakit menahan cairan yang ingin keluar. Hanya ucapan istigfar yang mampu keluar dari mulutku. Sahabatku meminta agar aku perbanyak berserah diri kepada-Nya dan menganggap bahwa Allah Swt. sedang mengujiku lagi dengan ujian harta.
Ya, ujian harta yang Allah Swt. berikan untuk kesekian kalinya kepadaku. Beberapa tahun sebelumnya, tepatnya tanggal 8 dan 9 Maret 2010, Allah Swt. pernah mengujiku dengan kehilangan banyak harta. Peristiwa yang mencekam terekam dalam memoriku. Sahabat karibku dan terutama oleh anakku sendiri, saat rumah besarku dirusak parah, perkebunanku yang luas digunduli, dokumen penting dicuri, dan kolam ikan kami dijual oleh orang-orang terdekatku yang sedarah.
Kemarahan mereka hanya gara-gara mengetahui aku membantu pembangunan madrasah sahabatku, membangun WC di SD tempatku bersekolah dulu, dan memberi sedikit uang kepada guru selama aku berada di luar negeri.
Bagi keluarga besarku, apa pun yang kumiliki adalah harta mereka juga, dan segala sesuatunya harus seizin mereka. Sementara prinsipku, apa pun harta hasil kerja kerasku adalah milikku dan bebas kuberikan kepada siapa pun yang membutuhkannya. Apalagi aku sudah berkeluarga, tentu keluarga kecilku prioritasku.
Dan peristiwa itu membuatku pertama kali membenci dan cukup lama memaafkan kezaliman orang terdekatku tersebut. Peristiwa kelam yang membuatku dan anakku meninggalkan tempat itu dan menyerahkan kepada orang lain yang mau menempatinya dengan gratis sampai saat ini. Aku dan anakku merangkai hidup baru lagi dari nol di tempat lain.
Ujian harta yang Allah Swt. berikan untukku ternyata terus berlanjut. Delapan tahun setelah peristiwa penghancuran rumah dan kebunku, ternyata aku harus mengalami penipuan dalam kedok perumahan syariah The Green Setiabudi. Total 16 miliar jumlah dana yang diselewengkan oleh developer properti tersebut. Aku bukanlah satu-satunya yang menjadi korban. Banyak dari mereka yang tertipu semata ada embel-embel rumah syariah. Bahkan ada konglomerat yang menjadi korban penipuan seperti halnya diriku.
16 Miliar bukanlah jumlah uang yang sedikit. Banyak tangis dan keringat dari para konsumen dalam melakukan pembayarannya. Hal yang sangat miris tentang TGS adalah mengetahui kenyataan, jangankan perumahan The Green Setiabudi yang dibangun, lahannya saja masih dalam sengketa, karena ternyata pemilik developer properti belum melunasinya.
Luka batin dan hati kembali tertoreh. Aku sempat tertekan dan bingung bagaimana harus kukatakan kepada putriku tentang penipuan rumah tersebut. Aku sangat paham tentang karakter putriku. Dia pasti akan marah dan kecewa karena aku menjadi korban penipuan harta untuk kesekian kalinya. Kuteringat saat dia mengingatkanku agar jangan membeli perumahan syariah The Green Setiabudi yang belum berwujud, karena takut terjadi penipuan. Namun kuyakinkan bahwa aku memercayai sahabatku.
Kucoba menghubungi si Teteh Miliarder yang sempat memperkenalkan The Green Setiabudi kepadaku. Kukatakan kalau aku tidak pernah paham tentang pembelian perumahan syariah The Green Setiabudi. Aku hanya memahami bahwa aku harus melunasi harga rumah itu. Dan saat putriku mulai kuliah sudah ada rumah yang dijanjikan. Sempat kutanyakan apa salahku sampai harus menjadi korban penipuan rumah dengan embel-embel syariah? Belum cukupkah penderitaanku akan kehilangan harta?
Teteh Miliarder sangat terkejut mendapat info tentang kasus The Green Setiabudi. Dia hanya memperkenalkan The Green Setiabudi karena kehadiran sahabatnya yang menjadi staf developer properti tersebut. Sementara Teteh Miliarder memiliki bisnis properti lainnya.
Mungkin Allah Swt. mengirimkan Teteh Miliarder menjadi penolong kami. Beliau bergerak cepat menyusun langkah-langkah secara hukum untuk meminta hak kami kepada developer properti The Green Setiabudi. Para konsumen terbelah menjadi 2 kelompok. Satu kelompok membentuk tim somasi untuk menggugat hak kami secara hukum, dan satu kelompok lagi yang hanya menunggu dibangun rumah oleh pemilik developer properti, walaupun tidak memiliki IMB secara hukum.
Aku mengikuti kelompok somasi dan menyerahkan sepenuhnya kepada Teteh Miliarder. Bersama beberapa perwakilan dari para korban, Teteh Miliarder bergerak cepat menuntut Reno, pemilik developer properti TGS tersebut. Butuh perjuangan yang ulet, kesabaran, serta kucuran dana lagi dalam menuntut hak kami. Apalagi pihak TGS sangat licin seperti ular.
Perjuangan yang gigih disertai doa dari orang-orang yang terzalimi, akhirnya mulai memberikan harapan. Alhamdulillah ada hasilnya, walaupun belum bisa diterima secara utuh. Aku sendiri mendapatkan ganti rugi 2 kavling tanah, walaupun uangku masih ratusan juta belum kembali.
Teteh berkali-kali bilang kepadaku bahwa aku hanyalah rugi waktu. Karena, 2 kavling tersebut jika suatu saat dijual lagi bisa melebihi harga rumah yang dulu sempat kubayarkan ke TGS.
Waktu terus berlalu dan hingga tulisan ini kurangkai kasus TGS masih terus bergulir. Aku tidak tahu, butuh berapa tahun lagi para korban TGS bisa memiliki kavling atau rumahnya dengan status hukum yang berlaku?
Kuhela napasku. Sudah lama hatiku berdamai tentang kasus The Green Setiabudi. Putriku juga sudah memahami bahwa ini semua musibah. Sebagai rasa bersalahku kepadanya aku membelikan perkebunan seluas 100 bata di kota kelahiranku dan satu kavling rumah di Bandung Selatan. Sementara untuk tempat tinggalnya selama kuliah di Unpad aku menyewa rumah dekat kampusnya.
Aku selalu berusaha memahami bahwa apa pun yang kumilki hanyalah titipan-Nya dan kejadian yang kualami adalah bentuk ujian-Nya agar aku menjadi manusia yang makin kuat dan tabah. Pernah juga kukatakan pada putriku, jika kelak aku meninggalkan dunia fana ini, maka berhati-hatilah dengan semua harta yang dia miliki. Karena terkadang harta bisa menjadi ujian terhebat seseorang.
Bukankah Allah Swt. pernah mengingatkan umat-Nya,
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيم
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu dan di sisi Allah Swt. pahala yang besar." (QS. At-Tagabun: 15)
اَلْمَالُ وَالْبَنُوْنَ زِيْنَةُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَالْبٰقِيٰتُ الصّٰلِحٰتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ اَمَلًا
"Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS. Al-Kahfi: 46)
Ada hal yang bisa kuambil hikmah dengan peristiwa The Green Setiabudi. Aku menjadi paranoid untuk membeli sesuatu yang tidak nyata, walaupun berembel-embel syariah. Aku juga berpikir mungkin Allah Swt. membelokkan hati anakku dengan memilih Unpad setidaknya ingin menyadarkanku bahwa rumah The Green Setiabudi hanyalah fiktif.
Double Bay, 24 Juni 2023[]
Photo : Koleksi Pribadi
Innalillah,, dalam iklim kapitalisme, penipuan menjadi hal yang biasa dan sering kita jumpai. Jadi teringat dgn bapak sy yg pernah ditipu oleh kakak kandungnya sendiri..
Salut sama ketabahan Mom, bisa sabar menghadapi ujian sebesar ini. Memang y, orang hebat itu ujiannya besar.
Iya mbak, nggak nyangka juga saya menjadi korban penipuan tsb berkedok syariah Islam
Tulisan true story Mom Andrea sangat mengaduk-aduk perasaan. Marah, sedih, kecewa, campur jadi satu. Tapi yakin sosok, pemred NarasiPost.Com ini adalah orang yang tegar menghadapi segala ujian. Terutama ujian harta. Berkali- kali beliau harus merelakan hartanya raib. Beliau ibarat karang ditepi pantai yang tetap kokoh walau dihantam ombak samudra. Banyak hikmah yang diambil dari tulisan ini. Di antaranya adalah sikap sabar dalam menghadapi ujian-Nya. Menyakini bahwa semua yang kita miliki adalah titipan-Nya. Lalu sikap berhati- hati dalam melakukan muamalah dalam sistem sekuler- kapitalisme ini. Tidak asal percaya dengan segala sesuatu dengan label syariah
Awalnya saya memang sangat terluka tapi kembali mencoba memahami mungkin bukan harta saya.
Makasih ya Mbak atas suportnya selama ini
Kadang embel-embel syariah disalah gunakan oknum tak bertanggung jawab. Akhirnya kita menjadi parno terhadap muamalah berbau syariah. Padahal masih ada yang benar-benar murni menjalankan muamalah secara hati-hati sesuai syariah. Namun dibalik musibah yang terjadi, pasti ada hikmahnya. Dan musibah yang terjadi akan menaikkan derajat manusia di hadapan Allah.
Aamiin ya Rabb. Siapapun pasti terkejut dengan sosok pak Reno yang sangat agamis apalagi punya rekam jejak aktivis ITB yang piawai, Nggak nyangka ternyata tidak amanah..
Innalillahi.. Turut merasakan sedih, kecewa dan pingin marah. Namun, salut dengan pribadi mom yang tabah dan kuat menghadapi semua ujianNya. Benar sudah, tidaklah Allah memberikan ujian di luar kesanggupan hamba-Nya.. MasyaAllah semoga Allah ganti dengan yang lebih baik ya mom
Aamiin ya MUjabasailiin.
Wuih, saya juga sebel dan sempat marahin pak Reno apalagi saat debat kalau uangnya tsb ada yang mengalir pada film "Iqra "
Innalilahi wa innailaihi rojiun. Astaghfirullah. Semoga dia segera menyadari kesalahannya sebelum laknat Allah menimpanya.
Ya Allah Mba ku yang sabar ya, insyaallah Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi
Aamiin ya Rabb. makasih ya atas suportnya
MasyaAllah...membaca kisah berbagai ujian mom ,menyadarkan diri ini bahwa setiap orang mempumyai ujian yang berbeda-beda. Sekaligus harus terus bersyukur bahwa ternyta ujian kami belumlah seperti ujian yang diterima mom Andrea... Semoga Allah senantiasa sll memberikan kebaikan buat mom sekeluarga...
Dulu saya sering protes kenapa aku diizinkan mempunyai harta kalau terus-terusan di uji dengan banyak kehilangan harta lagi?
Akhirnya kesadaran muncul dan menganggap "Harta salah satu ujianku dalam hidup ini !
Ya, Allah.... Jadi ikut emosi, kesel, dan sebagainya. Sistem kapitalis memang hanya membentuk orang yang menghalalkan segala cara untuk mendapat keuntungan, meski dengan menjual agama.
Licinnya luar biasa tiap kali diminta pertangguangjawabannya. Bayangin 7 tahun tak kelar-kelar..
Menjadi pembelajaran bagi semua.. semakin meyakinkan bahwa kita memang tidak memiliki apa-apa.. semua milik Allah SWT, penentu skenario terbaik bagi hambaNya..
Naam..
Innaa lillaahi..
Sedih banget baca story Mom. Allah menguji Mom di berbagai sisi khususnya harta. Semoga Mom tetap kuat, sabar dan ikhlas..
Ujian hidupku memang salah satunya harta dan itu juga yang membuatku trauma tinggal di Indonesia
Innalillhi ... hidup di sistem kapitalisme terkadang membuat banyak orang gelap mata, sampai rela menzalimi orang lain hanya demi urusan perutnya sendiri. Betul Mom, harta adalah ujian. Andai itu tak kembali, berarti memang bukan rezeki kita. Semoga Allh ganti dengan yang lebih baik. Aamiin ...
Aamiin ya Mujabasailiin
Semoga Allah, mengganti dengan rezeki yang lebih berkah...Aamiin
aamiin ya Rabb
Ya Allah, dalam sistem sekularisme kapitalisme, tak peduli apa pun itu diterjang untuk mendapatkan keuntungan meskipun harus menipu dan membawa embel-embel syariah.
Paling sebel saat tahu ada aliran dana untuk film religius Iqra..
Sayangnya menjual nama syariah lagi. Orang yang semacam ini menambah fitnah pada agama. Saya mengalami hal yang sama meski dengan uang tidak sebanyak penulis. Sudah hampir 4 th aparteman yg dijanjikan diserahterimakan hinggga kini belum kelat. Padahal beli dengan cash keras agar tidak riba. Tujuan beli apart agar dekat kantor suami. Menghemat waktu, biaya dan energi. Pemiliknya terkenal. Posisi pembeli lemah. Mau urus mesti ada uang lagi. Kalau tidak ingat bahwa akan ada leadilan, nyesek. Suami sudah keburu pensiun. Jadi tujuan beli apartemen tidak tercapai. Astagjfirullah , banyak istighfar. Semoga diganti dengan yang lebih baik ya, Mom
Harusnya di tuntut ya secara hukum
Innalillahi wainna ilaihi rojiun
Tiadalah sehelai daun yg jatuh Allah telah tetapkan. Begitu jg kejadian di atas. Selalu ada ibrah.
Semoga musibah jd sebab hidayah lebih luas menyinarimu. Aamiin
aamiin ya Rabb
Bisnis berkedok syariah saat ini menjamur, akad yang tidak jelas dan pemahaman tentang jual beli syariah terkadang enjadi penyebab ' penipuan' terjadi. Yang utama karena lemahnya akidah dan tidak takut akan balasan yang dan azab pedih .... Suami dan ibu mertuaku juga ngalamin bisnis investasi yang berkedok syari'ah hemmm sampai saat ini sepeserpun belum kembali.
Astaghfirullah.... Semoga datangnya ujian berupa harta atau apapun makin menyadari manusia lemah dan berharap Allah memberikan balasan yang lebih baik
Insya Allah mom akan diganti yang lebih
Wallahu a'lam bi showwab
Aamiin ya Mujabasaailiin..
Semakin tinggi ilmu dan iman semakin tinggi ujian yang diberikan.semoga bisa mengambil ibrah dari pelajaran ini.
Naam...
Penipuan dengan embel-embel syariah seperti ini semakin memperburuk citra kaum muslimin. Semoga Mom & orang-orang yang ditipu diberi kesabaran dan mendapat ganti yang jauh lebih baik.
Aamiin ya Rabb.
Semakin hebat ujian seseorang, semakin terlihat betapa kokohnya kekuatan seseorang dalam menghadapinya.
Semoga Mom Andrea berlipat pahala kesabaran atas berbagai ujian yang menimpa. Aamiin.
Aamiin ya Mujabasailiin. Makasih ya mbak..