Ramadan yang dipenuhi dengan keindahan, seketika berubah menjadi sesuatu yang tampak suram dalam hidupku. Ujian itu telah tiba di depan mata.
Oleh. Angesti Widadi
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ramadan adalah bulan yang dinantikan momennya oleh jutaan umat muslim di muka bumi ini. Ramadan masih menjadi bulan yang paling spesial di antara belasan bulan lainnya.
Berburu takjil untuk berbuka puasa, salat tarawih berjemaah, makan sahur untuk bekal menahan lapar dan haus selama beberapa jam, agenda sosial yang dikemas dalam berbagai bentuk acara yang unik, berlomba dalam menamatkan 30 juz Al-Qur'an menjadikan Ramadan sebagai bulan yang paling indah.
Ganjaran pahala yang didapat di bulan Ramadan pun berkali lipat dibanding hari biasanya. Tentu ini menjadi nilai tambah untuk keunggulan bulan Ramadan. Jutaan umat muslim bersukacita dalam menyambut bulan yang paling indah. Termasuk aku sebelum firasat buruk itu menjadi nyata.
Tidak berbeda dengan nuansa bahagia jutaan umat muslim menyambut bulan Ramadan, aku sangat antusias dalam menyiapkan rangkaian aktivitas di bulan yang paling indah. Mulai dari mengikuti kelas kajian Sirah Nabawiyah spesial Ramadan, kelas tafsir surah Al-Mulk.
Aku juga menyibukkan diri dengan memperbanyak membaca Al-Qur'an, melakukan salat tahajud dengan rutin, hingga hunting masjid untuk melakukan ibadah salat Magrib. Semua rangkaian agenda itu tersusun dengan begitu indah di kepalaku hingga firasat buruk itu tiba datang begitu saja tanpa aba-aba.
Secara perlahan aku menepis semua firasat dan pemikiran buruk yang muncul di hatiku. Aku tidak ingin hidup dalam naungan awan mendung akibat dari pemikiranku sendiri dan firasat buruk yang bisa jadi semua itu berasal dari setan yang selalu membisikkan keburukan dan memunculkan perasaan khawatir serta cemas berlebihan kepada manusia.
Masih terekam jelas dalam ingatanku pembahasan guruku tentang surah An-Nas: 4-5 yang berbunyi sebagai berikut:
"Dari kejahatan (bisikan) setan yang tersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia."
Guruku mengatakan bahwa setiap hari setan selalu mengembuskan keburukan di dalam dada manusia yang memunculkan perasaan tidak tenang dan selalu berpikiran buruk. Jika hal tersebut tidak dapat kita kendalikan, maka suasana hidup kita berubah menjadi suasana negatif yang akan mendatangkan sesuatu yang tidak kita inginkan. Bisikan dari setan itu harus kita lawan dengan selalu membaca zikir perlindungan kepada Allah Swt. di pagi dan sore hari.
Waktu terus berjalan dengan suasana peperangan. Perang batin melawan firasat buruk yang masih terus muncul di dalam hati. Aku terus melawan segala bentuk kegelisahan dengan membangun energi positif selain dengan berzikir. Setelah melaksanakan salat Subuh, aku mengikuti perintah suamiku untuk membaca beberapa lembar Al-Qur'an. Dengan kondisi hati yang semakin gelisah, aku mencoba untuk melantunkan bacaan Al-Qur'an dengan benar.
Firasat buruk yang selama ini aku tepis dan tidak ingin terjadi di dalam kehidupanku akhirnya menjadi nyata. Ujian itu tiba. Sedetik itu pula aku mematung dan menahan butiran air yang hendak mengalir keluar dari kelopak mata. Bermodalkan serpihan kekuatan yang entah dari mana aku mengumpulkannya, aku mencoba untuk tetap tersenyum dan membagikan serpihan kekuatan itu kepada suamiku.
Setidaknya saat ini ada sekeping kekuatan yang berada di pundakku untuk memikul semua beban yang tampak sangat berat ini. Tugasku sebagai istri adalah memberi ketenangan dan kekuatan kepada suamiku karena hidup akan terus berjalan, meski ujian akan terus datang.
Tiba saat yang dinantikan oleh sejuta umat muslim di dunia, Ramadan telah tiba. Bulan Ramadan yang dipenuhi dengan keindahan, seketika berubah menjadi sesuatu yang tampak suram dalam hidupku. Kabar buruk itu secara masif menghantuiku di bulan Ramadan dan hanya mendatangkan rasa hampa dan putus asa.
Rasanya sangat manusiawi jika aku berlarut dalam kesedihan dan sikap pesimis dalam menjalankan hidup di bulan Ramadan setelah kabar buruk itu menghampiri keluarga kami. Hanya ada perasaan lelah dan hampa saat memasuki bulan Ramadan dan menjalankan rangkaian aktivitas di dalamnya. Tetapi, Allah Maha Baik. Allah selalu memberikanku kekuatan di saat yang bersamaan rasa putus asa itu tiba.
Saat rasa khawatir dan putus asa menyerangku, Allah selalu mengingatkanku bahwa aku harus melawan dengan sikap optimis. Allah selalu menuntunku untuk bersegera mengambil wudu lalu melaksanakan salat sunah nafilah dilanjutkan dengan membaca Al-Qur'an. Dengan itu, aku berhasil membangun kekuatanku kembali untuk melanjutkan hidup ini dengan benar.
Di dalam kondisi dan situasi paling sulit, aku dan suami saling menguatkan diri untuk tidak terjerumus ke dalam jurang api neraka dengan nekat melakukan sesuatu yang haram, karena tak semua orang akan menjalani hidup di atas jalan kebenaran di saat kondisi sulit melanda. Banyak dari mereka yang berani melakukan apa saja demi bertahan hidup. Tidak memandang kebenaran ataupun kebatilan. Banyak dari mereka yang bahkan rela terjun ke jurang api neraka untuk keluar dari kesulitan hidup.
Sementara aku dan suamiku harus bertahan hidup di atas jalan kebenaran, dan bersabar dengan terus melakukan kebenaran serta kebaikan hingga pertolongan Allah tiba. Aku terus mengumpulkan kekuatanku dengan mengingat firman Allah dalam surah Al-Maa'rij ayat 5:
"Maka bersabarlah kamu dengan kesabaran yang indah"
Aku yakin setelah melakukan perjuangan panjang untuk tidak mengikuti langkah setan, bersabar menahan diri sampai pertolongan Allah tiba, akan menghasilkan buah yang sangat manis rasanya. Allah tidak pernah ingkar janji.
Bismillah dengan kekuatan dan bimbingan dari Allah untuk keluarga kami, maka kami dapat menjalankan bulan Ramadan ini dengan penuh sukacita. Atas izin dari Allah, ujian datang menghampiri keluarga kami sebagai ujian keimanan di bulan Ramadan. Maka, hanya Allah Swt. jua yang senantiasa memberikan rahmat dan pertolongan-Nya kepada keluarga kami melalui jalan yang unik. []