Ah, seharusnya kita malu dengan saudara kita, muslim Gaza. Mereka yang sedang menderita tetap berusaha untuk menjalankan aturan-Nya. Sementara kita yang sudah berkubang dosa masih saja tertawa.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dalam beberapa hari ini, ramai tagar #wartakjil di media sosial. Tagar ini muncul karena banyak nonmuslim yang ikut berburu takjil. Meskipun tidak ikut berpuasa, mereka ikut bersemangat mencari makanan pembuka yang banyak dijual sejak siang hingga menjelang Magrib ini.
Mereka melakukan hal itu karena pada bulan Ramadan banyak sekali lapak yang menjual berbagai makanan. Ada makanan utama, seperti nasi uduk, lontong sayur, dan sebagainya. Ada pula kue-kue basah dan aneka minuman.
Sebenarnya, makanan itu biasa dijual di luar bulan Ramadan juga. Namun, jumlah penjualnya tidak sebanyak saat bulan Ramadan. Hal ini membuat mereka yang melihat jadi tergoda untuk membelinya.
Itu alasan pertama. Alasan lainnya adalah, adanya beberapa jenis makanan yang hanya dijual pada bulan suci ini. Misalnya seperti yang diulas oleh laman indonesia.travel, ada ketan bintul di Banten, kicak di Yogyakarta, bongko kopyor di Gresik, dan sebagainya. Makanan-makanan ini jarang ada di luar bulan Ramadan.
Saking bersemangatnya, mereka sudah antre saat para penjual takjil baru membuka lapak. Tak cukup dengan datang lebih awal, mereka juga membeli dalam jumlah besar. Akibatnya, orang-orang yang datangnya telat, tidak kebagian.
Padahal, mereka yang datang belakangan ini biasanya yang benar-benar sedang berpuasa. Mereka sengaja membeli takjil saat menjelang berbuka sehingga bisa segera menyantapnya ketika azan Magrib tiba. Namun, karena tidak kebagian, mereka terpaksa menggigit jari.
Nasib Muslim Gaza
Meskipun tidak kebagian takjil, mereka yang tengah berpuasa di Indonesia masih dapat mengonsumsi makanan lain. Masih banyak makanan lain yang lezat rasanya. Jika tidak kebagian bubur sumsum, masih ada bubur candil. Jika tidak ada pisang goreng, masih ada ubi goreng atau yang lainnya. Semuanya layak untuk dimakan.
Mereka hanya tidak kebagian takjil. Mereka masih dapat mengonsumsi makanan utama yang nikmat. Ada nasi, ayam, telur, tempe, sayur bayam, lalapan, dan sebagainya. Mereka juga dapat melengkapinya dengan buah-buahan yang beraneka ragam.
Namun, tidak demikian dengan muslim Gaza. Mereka tidak dapat merasakan nikmatnya berbuka karena tidak ada makanan yang akan mereka santap. Bahan pangan sulit didapat karena pasar tidak beroperasi lagi. Kalaupun ada, harganya tidak terjangkau.
Mereka hanya dapat menggantungkan pada bantuan kemanusiaan. Sayangnya, saat mereka hendak mengambil bantuan tersebut, tentara Israel menembaki mereka. Akibatnya, banyak dari mereka yang terluka, bahkan meregang nyawa.
Jangankan daging, tepung pun sulit mereka dapatkan. Mereka terpaksa mengais sisa-sisa makanan bantuan. Kadang, mereka mengambil tepung yang telah tumpah di tanah.
Karena tidak ada makanan, di antara mereka ada yang terpaksa mengonsumsi tumbuhan yang biasa dimakan binatang liar. Marwan Al-Awadeya dan keluarganya adalah salah satunya. Keluarga yang berasal dari Gaza Utara ini terpaksa makan kaktus jenis pir berduri.
Selain batangnya, Marwan dan keluarganya juga mengonsumsi daun kaktus yang berduri itu. Sebelum mereka makan, daun-daun itu mereka haluskan terlebih dahulu. Dengan demikian, duri-durinya tidak akan melukai saat dimakan. (hidayatullah.com, 16/03/2024)
Tetap Bersukacita
Hingga saat ini, muslim Gaza belum aman dari teror yang diciptakan oleh entitas Yahudi. Laporan dari Hamas menyebutkan bahwa lebih dari 30.000 orang telah tewas. Sebanyak 21.000 di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Ada pula yang hilang tanpa kabar. Jumlahnya mencapai 7.000 orang. Sedangkan yang mengalami luka-luka mencapai 70.450 orang. (bbc.com, 01/03/2024)
Meskipun berada dalam kondisi serba kekurangan, kaum muslim di Gaza tetap bersukacita menyambut bulan suci Ramadan. Meskipun tidur di tenda, mereka tetap bergembira. Bahkan, mereka tetap bersukaria walaupun entitas Yahudi mengancam keselamatan jiwa melalui serangan tiba-tiba dengan tembakan, rudal, dan sebagainya.
https://narasipost.com/world-news/02/2024/gaza-darurat-pangan-dunia-bungkam/
Mereka juga tetap berpuasa, walaupun tidak ada makanan untuk berbuka. Mereka juga melaksanakan salat tarawih berjemaah, meskipun masjid mereka telah rata dengan tanah. Semua mereka jalankan sebagai bukti keimanan kepada Allah Swt.
Tamparan untuk Kita
Bagaimana dengan kita? Kita masih bisa membeli beras meskipun mahal. Kita juga masih dapat membeli lauk dan sayur, meskipun terbatas. Bahkan, kita juga masih mampu membeli buah meskipun tidak setiap hari.
Kita juga dapat tidur dengan nyaman di rumah. Kita masih diberi kesempatan oleh Allah Swt. Untuk berkumpul bersama keluarga. Kita bisa menikmati sahur dan berbuka bersama mereka, tanpa khawatir terkena tembakan senapan atau rudal yang menghantam.
Masjid di sekitar kita juga masih berdiri tegak. Demikian pula dengan musala-musala. Kita masih dapat melaksanakan salat tarawih dan tadarus, baik di masjid, musala, atau di rumah-rumah kita.
Namun, ada saja yang kita keluhkan. Meskipun hidup berkecukupan, kita masih sering mengeluh hanya karena satu ujian. Kita yang masih mempunyai persediaan makanan, masih bersedih hanya karena menunya tidak seperti yang kita inginkan.
Lantas, apa bentuk syukur kita atas semua kenikmatan itu? Kita masih sering menunda-nunda melakukan kebaikan. Kita juga masih suka mencari alasan untuk melakukan ketaatan. Kita pun memilih-milih aturan Allah Swt. yang hendak kita terapkan.
Padahal, Allah Swt. telah menyatakan dalam surah Al-Jatsiyah [45]: 18.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيْعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Kemudian Kami jadikan kamu di atas syariat dari urusan (agama) itu. Maka, ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”
Ah, seharusnya kita malu dengan saudara kita, muslim Gaza. Mereka yang sedang menderita tetap berusaha untuk menjalankan aturan-Nya. Sementara kita yang sudah berkubang dosa masih saja tertawa.
Ya Allah Yang Maha Pengampun, ampunilah hamba-Mu yang masih suka mengeluh ini. Ampunilah hamba-Mu yang tidak pandai bersyukur ini. Berikanlah kekuatan kepada kami agar dapat memperbaiki segala kekurangan dan kesalahan kami. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab. []
Adanya takjil war sangat berbalik dengan kondisi muslim di Gaza.
Inggih mbak. Di sini banyak makanan. Di sana nggak ada makanan.