Mereka berdua memberi salam bersamaan. Pada saat yang sama Hasan tak sengaja menatap Aleena. Sesaat terpesona dengan penampilan baru Aleena. Sambil mengingat pernah melihat wajah yang sama, tapi di mana?
Oleh: Suwandi Soleha
Bagian 3: Menjemput Hidayah
Usai diskusi dengan Maryam, hati Aleena sedikit tenang. Seberkas harapan menyusupi keyakinannya. Perkataan Maryam, lebih meyakinkan ketimbang Shinta yang mengatakan bahwa manusia kotor akan selamanya kotor. Karena sebenarnya setiap orang diberi pilihan oleh Allah. Mau menjadi wanita baik-baik atau buruk itu pilihan. Jika menjadi pelacur adalah takdir, maka Allah tidak adil. Menjadi apa manusia di dunia, Allah telah turunkan Al-Quran dan para Nabi supaya manusia belajar darinya.
Aleena membuang napas berat. Ia coba mengurai segala gundah yang memenuhi hatinya selama ini. Tangannya meraih ponsel pintar yang tergeletak tak jauh darinya. Ia ingat perkataan Shinta siang tadi. Lalu membuka channel Youtube Hasan.
Setelah mencari namanya di kolom pencarian, benar saja lelaki yang sama, memenuhi beranda Youtube. Ia memilih salah satu konten terkait wanita.
Sebuah senyuman seolah menyambutnya. Hasan tampak tersenyum manis sekali sebelum memberi salam ala konten kreator masa kini. Lelaki itu mulai berbicara soal wanita, bahwa wanita adalah mahluk yang indah, setiap yang ada padanya adalah perhiasan, sehingga Allah turunkan serangkaian aturan agar keindahan itu terjaga dengan sempurna. Ditambah seperangkat aturan lain dalam kehidupan, soal pergaulan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan dan lain sebagainya. Aleena merasa damai sekali, namun pada menit berikutnya, perkataan Hasan bak menampar hatinya.
[Namun ketahuilah teman-teman, bahwa penghuni neraka paling banyak adalah wanita! Kenapa? Salah satunya adalah, karena dia tidak mau menutup auratnya, tak pandai bersyukur. Apa susahnya menutup aurat? Susah bagi mereka yang tak beriman hatinya, tak yakin jika ada akhirat, tak percaya bahwa ada neraka tempat manusia disiksa. Apa penyebabnya? Saat ini, manusia sudah sangat jauh dari agama, paham sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah bercokol di benak-benak hati mereka.
Inilah, mengapa kita butuh institusi negara dalam beragama.
Karena tugas negara di dalam Islam adalah menerapkan hukum-hukum Allah dan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, negara akan menyuruh dan mewajibkan seluruh wanita muslimah untuk menutup aurat. Sesuai apa yang diperintahkan Allah Swt. dalam Quran surat An-Nur ayat 31 dan Al-Ahzab ayat 59. Jika peraturan agama diterapkan dan menjadi undang-undang, maka manusia akan dipaksa untuk taat.
Karena mau tidak mau, wanita yang keluar rumah wajib berpakaian syari. Jika tidak menaati, maka negara akan menghukum siapa saja yang melanggar perintah Allah. Kebayangkan? Kalau seluruh wanita mengenakan hijab, lalu pergaulan juga diatur sedemikian rupa, lalu negara memfasilitasi rakyatnya untuk taat, yaitu dengan dibina melalui para guru-guru terbaik yang disiapkan. Dan kerennya sistem Islam adalah, mampu membayar guru-guru dengan bayaran yang mahal. Bahkan bisa dibilang termahal.]
Aleena mengusap wajahnya. Sesaat kepalanya dibuat sakit. Sebuah pertanyaan besar memenuhi rongga otaknya. Lalu ia menelepon Maryam.
“Iya Kak, assalamualaikum,“ suara Maryam terdengar nyaring. Sambil memijat dahinya, Aleena bertanya.
“Maryam, memang syariat Islam butuh negara ya?“
“Benar Kak.”
“Tapi Mar, kalau kita sudah salat, lalu menutup aurat, puasa wajib, berzakat, sampai naik haji, apakah itu belum cukup di dalam Islam? “
“Belum kak, karena 90 persen ayat-ayat Al-Quran itu membahas soal habluminannas. Artinya hubungan manusia dengan manusia yang lain, seperti berekonomi, berpolitik, berbudaya, dan lain sebagainya.”
“Nah, kalau memang Islam mengatur hal tersebut kenapa saat ini kita tidak menggunakan hukum-hukum Allah? “
“Benar Kak, inilah bukti bahwa kita hidup dalam sistem sekuler. Yang memisahkan agama dari kehidupan. Hukum-hukum yang ada saat ini adalah hasil dari buah pikir manusia yang diliputi nafsu. Sehingga tidak heran, jika peraturan atau kebijakan yang dibuat adalah demi kepentingan segolongan orang. Atau bahkan undang-undang yang ada, merupakan pesanan dari pihak-pihak kapitalis untuk menjarah negeri kita. Contohnya adalah UU Minerba yang dianggap merugikan bangsa kita dan menguntungkan korporasi. Padahal UU ini mendapat banyak penolakan dari umat. Tapi karena sistem ini pula, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Selain terus mendalami Islam kemudian mendakwahkan Islam. Karena Islam memiliki solusi dari setiap permasalahan yang ada. Kerenkan, Kak? “
Aleena terdiam. Banyak sekali hal baru yang tak ia ketahui selama ini.
“Halo Kak,“ suara Maryam terdengar menyapa. Aleena tergagap sejenak.
“Emh i iya Dek. Duh kepala ku jadi pusing mikirin beginian, Dek,“ jawab Aleena jujur.
“Hehe, tenang Kak, nanti kita belajarnya dari dasar ya. Ibaratnya kita kuatkan dulu akarnya yakni aqidah kita, supaya kuat dan mampu menahan ranting-ranting hukum yang begitu banyak dan bercabang.”
“Hemm, baiklah. Terima kasih Maryam atas jawabannya.”
“Sama-sama Kak, oh iya Kak. Afwan Maryam mau tanya, sebelumnya mohon maaf Kak, apakah Kakak bersedia kami wawancarai terkait prostitusi? Kami enggak maksa Kak. Terkait identitas pasti kami jaga, dan rahasiakan. Ini permintaan langsung dari Kak Hasan,” mendengar nama itu Aleena tersenyum. Namun ada kekhawatiran dalam hati. Aleena terdiam sesaat.
“Emh, itu kapan?“
“Jika Kak Aleen bisa, besok kita ketemuan di taman Kak.”
“Emh, baiklah demi untuk kebaikan semua orang.”
Mendengar keputusan Aleena, Maryam sangat bersyukur sebelum sambungan telepon terputus gadis itu mengucapkan banyak terima kasih pada Aleena.
***
Usai pulang dari kampus, Aleena bersiap-siap. Wanita itu mematut-matutkan diri di depan cermin. Setelan gamis magenta, dan kerudung senada dengan corak bunga-bunga berwarna merah muda. Pakaian itu dari Maryam. Ia sengaja memberikan pada Aleena. Bahkan Maryam rela jika harus berbagi sebagian pakaian, asal Aleena mau berhijab syari.
Aleena kembali menatap wajahnya di cermin, saat kerudung itu telah menempel di kepalanya. Ada perasaan damai dan bahagia bersenandung di hatinya.
“Cantik,“ lirihnya seraya tersenyum. Setelah siap lahir batin ia beranjak meninggalkan kamarnya. Dan Maryam telah menunggu di depan kamarnya pula. Sesaat Maryam dibuat takjub melihat Aleena begitu cantik dengan model pakaian barunya. Ini pertama kalinya ia melihat Aleena mengenakan kerudung. Beberapa adik tingkatnya juga memuji kecantikan Aleena dan merasa senang karena Aleena mau mengenakan hijab.
Dengan menggunakan angkutan umum mereka sampai di taman yang disepakati. Hasan sengaja memilih taman agar mahasiswa lain tidak mengetahui proses wawancara yang melibatkan aktor dari pemain prostitusi itu sendiri.
“Nah, itu Kak Hasan!” Maryam menunjuk seseorang lelaki yang hanya kelihatan punggungnya saja.
“Masa iya, Mar, kan enggak kelihatan wajahnya,“ protes Aleena. Maryam tersenyum.
“Saya sudah paham dengan pakaiannya Kak,“ Maryam tersipu. Aleena ikut tersenyum.
Mereka berdua memberi salam bersamaan. Pada saat yang sama Hasan tak sengaja menatap Aleena. Sesaat terpesona dengan penampilan baru Aleena. Sambil mengingat pernah melihat wajah yang sama, tapi di mana? Setelah menyadari bahwa wanita di depannya pernah menabraknya di gedung dekan. Ia terkesiap dibarengi suara Maryam yang mendehem. Wajah Aleena merona. Ia sangat malu sekaligus teramat bahagia. Ia semakin jatuh cinta pada Hasan. Jantungnya masih berdentum tak beraturan, ia duduk di samping Maryam di bangku yang diselingi meja bundar.
“Emh, begini,“ Hasan mencoba memulai, memperbaiki posisi duduknya. Namun nampaknya ia masih gerogi dengan apa yang telah terjadi. Sebagai lelaki normal, dia tidak menafikan kalau Aleena memang sangat cantik. Kali ini jauh terlihat lebih cantik dibanding saat menabraknya. Dan tatapan mereka tadi telah menghilangkan hafalan Hasan yang sedari tadi dimurojaahnya sambil menunggu.
Hasan memulai wawancara dengan hati-hati. Pengalaman demi pengalaman Aleena ceritakan, dengan diselingi linangan air mata.
“Sebenarnya, karena tuntutan gaya hidup yang membuat saya tergoda dengan pekerjaan tersebut. Gajinya besar. Hingar bingar pergaulan bebas membuat saya merasa biasa saja melakukan pekerjaan itu, padahal menjadi pelacur itu berdosa. Dan di luar sana, bahkan dari remaja SMP pun sudah ada yang menjadi pelacur. Apalagi anak-anak SMA dan mahasiswi. Tapi saya bersyukur karena Maryam selalu mengingatkan, dan memberi jalan hidayah untuk saya. Mohon doa dan bimbingannya agar saya istiqomah,” ungkap Aleena sambil menghapus air matanya. Hidungnya merah, matanya sembab, ia tak kuasa melihat Hasan. Dia begitu merasa kotor di depannya.
Hasan terpaku dengan jawaban Aleena. Betapa generasi ini benar-benar telah rusak. Maryam pun hanya bisa menghela napas berat. Persoalan prostitusi ini begitu rumit. Kapankah akan berakhir perzinahan nyata ini?
Bersambung