Senandung Hijrah

"Makasih, Mbak Zava!" Teriak Putra yang hatinya berbunga-bunga mendapatkan nomor gadis yang membuatnya terpesona.


Oleh: Nur Rahmawati, S.H.

"Oh ya, Za! Jangan lupa berkasnya ditandatangani, ya! Cari saja di laci lemari. Wassalamu'alaikum," mengakhiri telepon dengan Zava. Zava memang bekerja pada Pak Ardi sebagai asisten pengacara yang disebut rekanan, Zava lumayan cerdas sehingga sangat bisa diandalkan Pak Ardi ketika berada di luar kota, termasuk mampu memalsukan tanda tangan Pak Ardi.

"Wa'alaikumussalam," jawab Zava yang tak sempat terdengar Pak Ardi, karena sudah ditutup. Segera Zava mencari berkas yang dimaksud, dan menandatangani tepat di atas nama Pak Ardi, dan setelahnya menuju Pengadilan Negeri Surabaya.

"Permisi!" Sapa Zava pada salah satu pegawai pengadilan yang duduk tepat di depan pintu masuk ruang TU.

"Oh, Mbak Zava!" Sapa petugas pengadilan dengan mengambil berkas yang disodorkan Zava.

"Iya, Mbak! Ini berkas Pak Ardi, saya yang antar karena beliau ke luar kota" sambil menyunggingkan senyum manisnya. Segera meninggalkan ruang tata usaha pengadilan negeri.

Ternyata diam-diam ada pria yang bertubuh tidak terlalu tinggi, berambut cepak dan berwajah pas-pasan yang memperhatikan Zava di sudut ruangan Tata Usaha tadi. Berbeda dengan Zava yang memiliki postur tubuh yang tinggi langsing dengan kulit sawo matang dan berambut panjang terurai sepinggang, ditambah celana panjang dan baju hem cewek yang nampak anggun dikenakan Zava. Sehingga nampak tubuh proporsional dan menawan di mata pria itu.

Tak membiarkan kesempatan itu terlewatkan, akhirnya dia pun mengejar Zava untuk sekadar meminta nomor handphone-nya. "Maaf, Mbak! boleh mengganggu sebentar?" Sapa pria itu dengan menyodorkan pena dan kertas.

Belum sempat Zava menjawab, pria itu melanjutkan perkataannya "Oh ya, saya Putra! Wartawan Surabayanews, ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan berkenaan dengan kasus yang akan ditangani Pak Ardi, jadi agar saya tahu beliau ada di kantor atau tidak, boleh Mbak saya minta kabarnya?" Mencoba memastikan agar Zava berkenan memberikan nomor HP-nya.

Tanpa basa-basi Zava segera menuliskan nomor HP-nya "Ini, Mas!" Setelah menyodorkan kertas, kemudian bergegas menghidupkan starter motor hitamnya.

"Makasih, Mbak Zava!" Teriak Putra yang hatinya berbunga-bunga mendapatkan nomor gadis yang membuatnya terpesona.

Mendengar ucapan itu, dalam hati Zava, merasa aneh dan membatin "Dari mana pria itu tahu namaku?"

Sesampai di rumah, Zava segera merebahkan tubuhnya yang kelelahan setelah bekerja yang cukup menguras otaknya, hari ini. Setelahnya bersiap untuk kuliah di siang hari. Zava memang kerja di kantor Pak Ardi hanya sampai pukul 12.00, karena Pak Ardi paham betul pukul 13.00 Zava harus kuliah di jurusan Ilmu Hukum fakultas salah satu universitas terkenal di Surabaya, dan kebetulan juga Pak Ardi adalah dosen hukum pidana dan perdata di kampusnya. Dari situlah beliau tahu kemampuan Zava sehingga menawarkan Zava untuk bekerja dengan beliau paruh waktu.

"Waduh, sebentar lagi pukul 13.00, bisa telat nich gue. Mana belum mandi lagi" Segera Zava mencuci mukanya tanpa mandi dan bergegas mengganti pakaiannya, dan tak lupa parfum khas yang berbau eksotik dan khas sehingga siapa pun yang mencium bau parfum itu, mereka akan paham siapa yang menggunakannya.

Sesampai di kampus, seperti biasa sahabatnya yang bernama Nima langsung menghampiri. "Zav, kok telat?" Sapaan khas sahabatnya itu pada Zava.

"Gue ketiduran, capek hari ini bos lagi gak ada di tempat, makanya gue urus semua yang harusnya beliau yang selesaikan," curhat Zava pada sahabat baiknya itu.

"Aduuuh, kenapa kamu gak berhenti aja sich, Zav? Usul sahabatnya itu dengan santai.

"Ini pengalaman yang rugi kalau dilewatkan, Ma! Kalau gue berhenti terus nganggur di rumah, iiiih enggak banget dech, yang ada banyak lagi pekerjaan yang harus gue selesaikan di rumah kakak, Lo kan tau Ma, kakak gue galak, bosen gue kalau diomelin terus gegara lambat ngerjain kerjaan rumah. Lo juga tau gue paling benci rutinitas begituan, kaya bibi-bibi" sambil tertawa ringan.

"Iya ya, terserah kamu aja dech, yuuuk masuk, sudah datang tuh, Pak Togar!" Ucap Nima sambil menunjuk arah Pak Togar yang menuju ruang kelas.

Bersambung


Picture Source by Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan Anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Siapakah yang Patut Kita Idolakan?
Next
Rujak Kehidupan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram