Daulat Semu

Tangisku tak bisa terhenti
Melihat bumiku dewasa ini
Beragam problema terus terjadi


Oleh: Eni Suswandari

NarasiPost.Com-Katanya telah berdaulat negeriku
Nyatanya, cengkeraman penjajah terus menghantuiku
Katanya sungguh adil kekuasaan di tanah airku
Nyatanya, hukum ibarat tombak kepada rakyatmu
Katanya sungguh makmur seluruh bangsaku
Nyatanya, kesenjangan sosial mewarnai masyarakatmu

Di sini, di bumi pertiwi
Tanah subur mewarnai
Jutaan kekayaan meliputi
Tapi kemiskinan menjadi nyanyian memilukan hati
Hutang bertandan
Beranak pinak demi memenuhi kebutuhan anggaran

Sumber daya alam berlimpah ruah
Menjadi hidangan prasmanan mewah
Para kapital dan pemilik modal
Di bawah payung undang-undang komunal
Disahkan segelintir tangan
Yang sarat akan kepentingan

Tangisku tak bisa terhenti
Melihat bumiku dewasa ini
Beragam problema terus terjadi
Lihat saja beranda hari ini
Suami membunuh istri
Istri membunuh anak sendiri
Akibat tekanan ekonomi
Agama dinistai

Ulama dihina
Penganut agama diadu domba
Guru dimutilasi
Aborsi terus menjadi

Karena depresi, peserta didik bunuh diri
Ketidakadilan menjadi hiasan di sana sini
Korupsi menggurita tiada bertepi
Tanpa diadili, warga ditembak mati

Andai sudah merdeka negeri ini
Mengapa masih ada yang memerdekakan diri lagi
Semua terjadi dalam bingkai demokrasi

Dalam kegelapan
Secara rahasia undang-undang disahkan
Kritik tajam dibungkam
Suara lembut diabaikan
Aspirasi dikebiri
Suara lautan masa dianggap tak berarti

Rakyat beda paham dipidana
Pejabat korup dipelihara
Hukum Tuhan dipandang sumber perpecahan
Hukum buatan manusia justru didewakan

Yang punya langit siapa
Yang mencipta bumi siapa
Mengapa manusia bertindak seolah Mahakuasa
Demi permusyawaratan
Suratan Tuhan dikalahkan

Masihkah kita memuja demokrasi, yang katanya harga mati?
Masihkah ada yang menyangka Demokrasi adalah sistem mulia
Demokrasi tak pernah salah,
Yang salah hanya oknumnya?

Coba dihitung lagi
Sudah berapa banyak perebutan kursi?
Berapa kali pesta rakyat dihadiri?
Adakah perubahan yang hakiki?

Tidak!!!

Hiruk-pikuk pesta demokrasi
Yang terjadi lima tahun satu kali
Dipikir bisa menjadi penyalur aspirasi

Wakil rakyat yang diamanahi janji
Disangka bisa mewakili suara dan jerit hati
Anggota dewan yang dihormati
Dikira mampu mengambil kebijakan yang sesuai nurani

Nyatanya, semua hanya ironi
Janji tinggal janji
Suara rakyat seperti kicau burung bernyanyi

Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat Semua hanyalah alat
Dalam falsafah demokrasi
Hanya mimpi indah penuh ilusi[]


Photo : Pinterest

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Cahaya Janji
Next
(Bukan) Salah Nikah Muda
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram