Digitalisasi Kesehatan, Mampukah Menjadi Solusi?

Digitalisasi Kesehatan

“Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun bahaya bagi orang lain di dalam Islam.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)

Oleh. Indi Lestari, A.md
Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Setiap 12 November, Indonesia memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) dan tahun ini jatuh pada perayaan ke-59 dengan mengusung tema “Transformasi Kesehatan untuk Indonesia Maju”.

Dikutip dari jpnn.com (Minggu, 12 November 2023), Direktur Medis IHC (Indonesia Healthcare Corporation) dr. Lia Gardenia, berkaitan dengan momentum hari kesehatan nasional menyatakan bahwa langkah transformasi bisa dilakukan dengan pemanfaatan ekosistem digital yang dapat meningkatkan inovasi bisnis dan daya saing di bidang kesehatan.

Dengan adanya pernyataan itu, dapat kita simpulkan bahwa ternyata inovasi bisnis dan daya saing guna menjadi titik kemajuan yang dimaksud. Bukankah transformasi kesehatan seharusnya lebih mengarah pada terselesaikannya permasalahan-permasalahan kesehatan yang sampai saat ini belum mampu terselesaikan, semisal permasalahan pelayanan kesehatan yang masih jadi polemik.

Mengharapkan Indonesia maju, tentu tidak lepas dari SDM yang berkualitas. Namun saat ini masih banyak persoalan-persoalan kesehatan yang justru menghambat terwujudnya SDM berkualitas, seperti tingginya stunting yang masih berada di angka 21,6% (stunting.go.id) dan kemiskinan, per 17 Juli 2023 bps.go.id mencatat jumlah penduduk miskin sebesar 25,90 jiwa.

Dan kita juga tahu bahwa pendidikan di bidang kesehatan tidak murah, belum lagi pendidikan dalam sistem kapitalisme yang menjadikan pendidikan sebagai komoditas bisnis. Jika ingin pendidikan berkualitas, tentu sebanding dengan nilai uang yang harus dikeluarkan.

Selain membutuhkan SDM yang berkualitas, tentu negara juga harus mampu memberikan pelayanan kesehatan terbaik dengan biaya yang murah, bahkan seharusnya bisa didapat gratis dengan fasilitas terbaik. Dengan adanya ekosistem digital yang di mana salah satu pencapaiannya, pasien bisa melakukan konsultasi dengan dokter secara online, tentu ini membutuhkan teknologi, di perkotaan akan mudah. Tetapi bagi masyarakat pedesaan jangankan fokus pada teknologi, untuk memenuhi kebutuhan saja masih sulit. Lantas, inikah yang dimaksud dengan digitalisasi teknologi menjadi masalah utama?

Layanan kesehatan adalah kebutuhan asasi publik bukan komoditas yang dikomersialkan, dan seharusnya masyarakat mendapat jaminan kesehatan dengan mudah. Dalam sistem yang menerapkan Islam sebagai pengatur kehidupan, negara akan menjadikan layanan kesehatan sebagai kebutuhan dasar yang menjadi tanggung jawab negara, sehingga umat mudah mendapatkan layanan yang berkualitas, murah, dan mudah. Bukan hanya masyarakat yang mempunyai finansial tinggi, tapi setiap individu berhak mendapatkan jaminan kesehatan dari negara. Baik ia dalam kalangan atas, menengah atau bahkan bawah. Semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan maksimal dari negara. Inilah perwujudan adil dalam Islam.

Hal ini berbeda dengan jaminan kesehatan dalam sistem demokrasi kapitalisme, di mana jaminan kesehatan diserahkan pada diri individu masing-masing dengan membayar premi/iuran setiap bulan. Setiap kelas yang diambil tentu berbeda nilai preminya, jika telat membayar premi akan ada denda yang harus dibayar, lantas apakah BPJS itu jaminan kesehatan nasional atau justru asuransi kesehatan?

Dalam sistem Islam negara tidak sedikit pun membebani rakyat dengan membayar kebutuhan layanan kesehatan. Negara tidak boleh mengalihkan tanggung jawab tersebut kepada pihak swasta ataupun individu masing-masing. Dicontohkan oleh Rasulullah saw. :

Rasulullah saw. pernah menjamin kesehatan rakyatnya secara cuma-cuma dengan mengirimkan dokter kepada rakyat yang sakit tanpa memungut biaya sepeser pun. (An-Nabhani, Muqadimmah ad-Dustur, II/143)

Meski gratis, pelayanannya tidak asal-asalan, justru pelayanan yang diberikan secara optimal dan prima.

Rasulullah saw. bersabda, “Tidak boleh menimbulkan bahaya bagi diri sendiri maupun bahaya bagi orang lain di dalam Islam.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).

Dalam sistem Islam, negara bertanggung jawab penuh menghilangkan bahaya yang dapat mengancam rakyat. Tidak boleh mempertaruhkan keselamatan jiwa rakyat dengan memberikan kesempatan pihak tertentu mengambil keuntungan materi atasnya, sehingga meski gratis tidak asal-asalan. Inilah gambaran ketika sistem Islam diterapkan dalam bingkai negara, yang disebut Khilafah. Negara akan menjalankan fungsinya sebagai raa’in, atau pengurus umat.

Wallahu'alam bissawwab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Indi Lestari, A.md Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Berburu Gelar Negara Maju
Next
Meretas Jalan Dakwah
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Dyah Rini
Dyah Rini
7 months ago

Hanya sistem khilafah yang mampu mewujudkan layanan kesrhatan yang prima dan terjangkau. Kesehatan yang menjadi kebutuhan dasar publik akan dipenuhi negara tanpa pandang bulu, kaya-miskin, muslim-dzimmi. Kemajuan teknologi akan dimanfaatkan untuk memudahkan administrasu, dan pengambilan tindakan kesehatan. Bukan malah untuk mengeruk keuntungan pribadi sebagaimana dalam sistem kapitalisme.

Nirwana Sadili
Nirwana Sadili
7 months ago

Untuk kemajuan dalam hal apapun selama sistem kapitalis yang menjadi dasarnya, kemajuan yang dimaksud pasti yang maju unsur manfaat dan bisnis yang mendatangkan materi.

Pelayanan terbaik? Jangan terlalu berharap dari sistem yang ada sekaran inI. Mimpi di siang bolong. Apasih yang bisa diharap dari kapitalis kapitalis? Tidak ada, kecuali semakin hari samakin rusak

Sartinah
Sartinah
7 months ago

Upaya apa pun yang dilakukan untuk meningkatkan layanan kesehatan, kalau tujuannya masih bisnis, ya sama saja.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
7 months ago

Digitalisasi kesehatan, kirain dunia kesehatan makin menyejahterakan rakyat. Eh ternyata gak jauh2 dari tujuan kapitalisme, cari untung.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram