Kolaborasi Musik Natal, Bukti Toleransi Salah Arah

"Salah kaprah makna toleransi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari minimnya pemahaman umat akan tsaqafah Islam. Ini juga terjadi karena penerapan sistem sekularisme yang menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam."

Oleh. Firda Umayah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam rangka menyambut perayaan Natal, sejumlah pemuda muslim mengadakan kolaborasi musik bersama pemuda Nasrani di gereja Protestan, Ambon, Maluku (Kompas.com, 18-12-2022). Kegiatan ini juga mengolaborasikan dua jenis alat musik, yaitu terompet dan rebana. Pemerintah Kota Ambon dan Kepolisian RI mendukung penuh kegiatan yang dianggap menjaga kerukunan antarumat beragama.

Lagi-lagi, muslim di dorong untuk melakukan toleransi yang sejatinya telah melewati ambang batas. Pujian yang diberikan terhadap fenomena ini seakan membenarkan apa yang dilakukan oleh sejumlah muslim yang turut merayakan bersama perayaan agama lain. Padahal, di balik kegiatan tersebut terselubung niat untuk menjadikan semua agama dipandang sama, tanpa adanya klaim pembenaran suatu agama tertentu. Atau dengan nama lain disebut pluralisme. Lantas, mengapa hal ini terjadi?

Salah Kaprah Memaknai Toleransi

Perayaan Natal selalu dikaitkan dengan toleransi umat beragama. Umat Islam sebagai penduduk mayoritas di bumi pertiwi ini selalu diarahkan untuk melakukan toleransi terhadap perayaan agama lain. Sayangnya, tak semua umat Islam memahami batas toleransi yang dibolehkan oleh Islam. Sebagian yang lain justru terbawa arus pemikiran toleransi sesuai dengan arahan Barat, yang notabene berusaha menjauhkan umat Islam dari ajaran Islam.

Toleransi dalam agama Islam disebut dengan tasamuh. Yaitu, sikap untuk menghargai dan membiarkan. Sehingga, toleransi antarumat beragama adalah membiarkan dan menghargai agama lain untuk meyakini dan menjalankan ibadahnya. Tidak menjelekkan tuhan agama lain. Tidak pula merusak rumah ibadah agama lain.

Oleh karena itu, sikap toleransi umat Islam kepada agama lain cukup membiarkan agama lain untuk meyakini, menjalankan ibadah, dan merayakan perayaan agama mereka. Tidak turut merayakan dan mengakui keyakinan agama lain. Apalagi, turut mengampanyekan ide atau keyakinan agama lain.

Meski Islam mengajarkan adanya toleransi, namun Islam juga meminta agar umat Islam tetap meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang diridai di sisi Allah Swt.. Dalam Al-Qur'an surah Al-Maidah ayat 3, Allah Swt. berfirman, "… Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu…"

Maka, jika ada upaya yang dilakukan dari orang lain untuk meminta dan mengajak umat Islam agar turut merayakan perayaan agama lain jelas merupakan toleransi yang salah arah. Bahkan ini merupakan bahaya, karena akan mengarah kepada pluralisme yang jelas bertentangan dengan syariat Islam. Sebab, Islam mengakui adanya pluralitas atau keberagaman. Namun, Islam tidak mengakui pluralisme. Umat Islam harus meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar sejak diutusnya Rasulullah saw. untuk mengemban risalah Islam.

Islam Mengakui Agama Samawi

Salah kaprah makna toleransi yang terjadi saat ini merupakan dampak dari minimnya pemahaman umat akan tsaqafah Islam. Ini juga terjadi karena penerapan sistem sekularisme yang menjauhkan umat dari ajaran Islam. Lebih dari itu, adanya kafir harbi (kafir yang memusuhi Islam) yang terus berusaha menggerus pemikiran Islam, turut menjadi penyebab pergeseran makna toleransi beragama.

Kafir harbi juga menyerang umat Islam yang enggan mengucapkan selamat kepada hari raya umat Iain, merupakan umat yang tidak toleran dan tidak mengakui adanya agama-agama selain Islam. Padahal, Islam mengakui keberadaan agama-agama samawi sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur'an. Islam mengakui agama yang dibawa oleh para nabi terdahulu, seperti agama yang dibawa oleh Nabi Daud as, Nabi Musa as, dan Nabi Isa as.

Dalam Al-Qur'an, Islam mengakui Nasrani dan Yahudi sebagai ahli kitab. Hanya saja, Islam mengakui Isa sebagai seorang nabi, bukan sebagai anak tuhan sebagaimana yang diakui umat kristiani saat ini. Dalam Al-Qur'an surah Maryam ayat 30 dijelaskan bahwa Nabi Isa mengakui dirinya sebagai hamba Allah. Allah Swt. berfirman, "Dia (Isa) mengatakan, "Sungguh aku adalah hamba Allah, Dia (Allah) memberiku kitab (Injil) dan Dia pula menjadikan aku seorang nabi".

Islam juga mengakui adanya Yahudi sebagaimana yang tertera dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 139-141. Di mana dalam ayat itu, Allah Swt. menjelaskan bahwa Allah membantah pernyataan orang-orang Nasrani dan Yahudi yang menyatakan bahwa Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan keturunannya adalah penganut agama Nasrani dan Yahudi.

Keyakinan umat Islam terhadap agama terdahulu tetap memiliki batasan seperti yang dijelaskan oleh Al-Qur'an. Artinya, keberadaan agama terdahulu tidak lantas menjadi pembenaran umat Islam atas umat lain saat ini. Sebab, agama lain saat ini telah banyak terjadi penyimpangan sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur'an.

Keyakinan umat Islam terhadap kebenaran ajaran Islam juga tidak boleh menghalangi umat Islam untuk mendakwahkan Islam kepada nonmuslim. Umat Islam harus meyakini dan mendakwahkan, bahwa Islam bukan sekadar agama spiritual belaka. Namun, Islam adalah solusi atas segala permasalahan hidup manusia. Islam adalah agama fitrah. Sehingga, harus tetap ada upaya untuk mengajak umat lain masuk ke dalam agama Islam tanpa unsur paksaan.

Penutup

Kesalahan dalam memahami toleransi beragama merupakan bukti ada upaya untuk menjauhkan umat Islam dalam memahami ajaran Islam dengan benar. Sudah saatnya umat Islam berhati-hati dalam mengambil langkah terkait segala sikap yang diinginkan oleh mereka. Sikap hati-hati ini harus diasah dengan pemikiran Islam agar umat Islam tidak mudah terjebak dengan slogan-slogan yang sejatinya tidak sesuai syariat Islam. Termasuk, berpartisipasi dalam ibadah agama lain yang mengatasnamakan toleransi.[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Islam Mencegah Kekerasan Seksual
Next
Hey, Apa Cita-citamu?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram