Normalisasi Saudi-Israel, Perdamaian atau Penjajahan?

Semua yang dilakukan para penguasa negeri-negeri muslim berikut para pengikut dan pendukungnya, merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Islam dan kaum muslim secara umum. Sebab, masalah Timur Tengah, khususnya Palestina bukan hanya masalah internal orang Palestina saja, namun masalah umat Islam secara keseluruhan.


Oleh : Adibah NF, A.Md (Alumni Branding for Writer 212 AMK)


NarasiPost.Com — Sejumlah negara teluk seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain menandatangani 'perdamaian' dengan Israel beberapa bulan lalu. Tidak lama lagi akan menyusul Saudi, juga beberapa negara lainnya. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya para pemimpin negeri-negeri Islam dalam upaya pembebasan Palestina dari cengkeraman Yahudi.


Dilansir dari Republika.co.id bahwa Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Fathan mengatakan terbuka untuk melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel. Namun sebelum itu terjadi, Palestina harus memperoleh kemerdekaan. Dia menilai dengan membawa Israel dan Palestina ke meja perundingan merupakan kunci bahwa negara Palestina akan mendapatkan perdamaian sejati di kawasan tersebut.


Melalui normalisasi hubungan negeri-negeri Arab - Israel ini, justru memberikan keuntungan yang cukup besar bagi negeri Yahudi. Semakin memudahkan jalan pendudukan Palestina. Karena militer Israel pun mendapat sokongan yang lebih kuat saat terjadinya normalisasi dengan UEA dan Bahrain.

Sebagaimana dikutip pikiran-rakyat.com dari Middle East Monitor, yang dilaporkan oleh wartawan majalah Haaretz Israel, Hagai Amit juga mengatakan bahwa kalau ratifikasi perjanjian normalisasi hubungan Israel-Bahrain adalah awal baru bagi musim semi Arab - Israel.


Dengan menelisik dari 'perdamaian' itu nampak peluang keuntungan materi menganga bagi Israel dan AS. Berkaitan dengan industri persenjataan milik Amerika Serikat (AS). Dimana, industri altileri AS sedang merasakan 'bulan madu' setelah Israel berhasil meraih 'kemenangan' di Jazirah Arab, sebagai awal masuknya pasokan persenjataan AS ke negara Teluk.


Selain itu, angkatan udara Israel yang secara tidak langsung mendapatkan keuntungan dari normalisasi tersebut. Ada beberapa onderdil untuk jet tempur diproduksi dan dipasangkan oleh industri penerbangan Israel. Yang menjadikan Israel mempunyai kekuatan militer, meskipun Israel tidak akan mampu menyamai kekuatan militer negara-negara Teluk yang notabene negara produsen minyak terbesar di kawasan ini.


Jika dicermati lebih mendalam, ada lima masalah besar berkaitan dengan Timur Tengah yang menjadi penyebab Barat ingin 'bermesraan' dengan negara-negara Arab. Yaitu berkaitan dengan Islam, letak strategis, negara Yahudi, penjajahan dan minyak.


Berkaitan dengan Islam, Barat menganggap hal ini yang paling berbahaya. Karena, Timur Tengah dianggap sebagai tempat titik tolak yang alamiah untuk menjalankan aktivitas penyebaran Islam ke seluruh dunia. Tidak bisa dipungkiri bahwa awal mula Islam tegak sebagai negara adidaya yang sangat ditakuti Barat bermula dari kawasan ini. Tepatnya di kota Makkah dan Madinah. Potensi terbesar lahirnya sebuah negara Islam, yakni Khilafah Islamiyah. Dan saat ini tanda-tanda kelahirannya itu sudah mulai tampak.
Bukan mustahil jika AS menjadikan Islam musuh utama satu-satunya pasca runtuhnya sosialisme yang pernah eksis di kawasan Eropa. Adapun upaya-upaya yang AS lakukan tidak lain dengan menjauhkan gerakan Islam politik dari kekuasaan. Dengan slogan-slogan yang memuakkan, semisal terorisme, ekstremitas agama, serta fundamentalisme sebagai kedok untuk menyerang Islam di kawasan ini. Baik dengan cara kekerasan, kebrutalan, penyiksaan dan pembendungan yang dijalankan rezim pemerintahan yang menjadi pendukung dan bonekanya.


Adapun kaitannya dengan Yahudi/Israel tidak lain karena Israel adalah negara yang ditanam AS di Palestina. Bertujuan menjadikan Israel sebagai alat untuk menjajah kawasan Timur Tengah. Hingga para penguasa Arab tunduk menjadi pelayan. Sementara AS yang punya peran sebagai majikannya. Sampai saat inipun para penguasa tersebut bisa eksis karena dukungan dan belas kasihan majikannya. AS juga mengetahui bahwa Palestina merupakan jantungnya dunia Islam, yang harus menjadi poros masalah dan penyebab ketidakstabilan Timur Tengah. Dengan memupuk berbagai konflik antara Israel dan Palestina jangan sampai reda secara hakiki.


Normalisasi apapun yang dijalankan dengan syarat dan janji apapun untuk negeri-negeri Islam hanyalah kebohongan belaka. Karena kaum penjajah tidak akan pernah memenuhi janjinya. Yang mereka inginkan hanyalah keuntungan dari seluruh negeri muslim dan menghadang Islam tegak kembali sebagai negara kuat yang mampu menyaingi negara pertama yang masih disandang AS saat ini.
Timur Tengah menjadi 'kiblat' keserakahan dan penjajahan negara-negara haus kekuasaan dan kekayaan. Wilayahnya yang memanjang dari Maroko hingga Samudera Atlantik di sebelah Barat, Turki, Iran dan Irak. Timur Tengah juga sebagai perlintasan antar benua penghasil devisa tertinggi, dikarenakan sebagai titik temu jalur bahan mentah dan komoditas di antara tiga benua (Afrika,Eropa dan Asia).


Semua yang dilakukan para penguasa negeri-negeri muslim berikut para pengikut dan pendukungnya, merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Islam dan kaum muslim secara umum. Sebab, masalah Timur Tengah, khususnya Palestina bukan hanya masalah internal orang Palestina saja, namun masalah umat Islam secara keseluruhan. Karena semua umat Islam itu bersaudara. Dan wajib peduli terhadap urusan umat Islam.

"Barangsiapa bangun di pagi hari, tapi dia tidak memikirkan kepentingan umat Islam, maka dia tidak termasuk golonganku." (HR. Muslim)


Kaum muslimin harus bersikap dan bertindak tegas, tidak bermanis muka apalagi 'bermesraan' dengan negara penjajah. Hal ini hanya akan menunjukkan kelemahan dan kehinaan dan menjadi mangsa kaum kafir dan munafik. Allah Swt berfirman,

"…Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin,yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang mencela…" (QS. [05]: 54)


Kini, saatnya umat Islam membuang semua janji manis, rayuan dan kemesraan yang ditawarkan kaum penjajah untuk masalah apapun, termasuk masalah Palestina. Solusi yang tepat bukan melakukan normalisasi dengan kaum Yahudi yang menjadi alat Barat. Namun dengan mewujudkan kembali pemerintahan Islam di bawah satu komando kepemimpinan yaitu Khilafah 'ala manhaj nubuwah. Sebagaimana yang Rasulullah saw tegakkan dan jalankan di Madinah al munawarah. Khilafahlah cara terbaik menyatukan umat, sumber daya dan kekuatan umat Islam dalam membebaskan dan membela umat Islam Palestina berikut negeri muslim lainnya di dunia.


Hanya Khilafah yang akan mampu menyerukan jihad fii sabilillah melawan negara zionis Israel hingga terusir dari tanah kaum muslimin, Palestina. Dan eksistensi Israel lenyap sampai ke akar-akarnya di dunia. Wallahu a'lam bi ash shawab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Adibah NF Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Balita Korban Kemiskinan, Bukti Nyata Kelalaian Pemerintahan
Next
Kebijakan Pembelajaran Tatap Muka, Bertaruh Nyawa Generasi Muda
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram