Anak Bunuh Ibu Kandung : Kapitalis Sistem Bengis, Lahirkan Generasi Sadis

"Bobroknya perilaku generasi hari ini semakin menambah semrawutnya kehidupan akibat hilangnya peran agama. Keimanan kian kandas tak mampu lagi menjadi pijakan dalam perbuatan. Wajar, generasi yang ada miskin visi kehidupan, tak lagi menjadikan rida Allah sebagai tujuan. Jiwanya terpasung dalam hedonisme akut. Bahkan, keterpurukan semakin mendominasi wajah mereka. Semua ini akhirnya merontokkan pilar-pilar penopang kepribadiannya. Betapa dahsyatnya pemikiran sekuler liberal yang telah membuat generasi hancur lebur tak bersisa."

Oleh.Renita
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-“Surga itu di bawah telapak kaki ibu”. (HR. Ahmad, An-Nasaai, Ibn Maajah dan Al-Hakim)

Hadis di atas mengungkapkan betapa mulianya kedudukan seorang ibu. Seorang anak yang menginginkan surga diwajibkan untuk menaati dan berbakti kepada ibunya. Sayangnya, hal ini tak terjadi pada anak di bawah asuhan sistem kapitalis. Bukannya memuliakan, sang anak justru menghilangkan nyawa ibunya dengan sadis.

Sebagaimana diwartakan dari kompas.com (21/9/2021), seorang remaja putus sekolah berinisial MF (17) telah menghilangkan nyawa ibu kandungnya, setelah sebelumnya terlibat cekcok di rumahnya di Desa Singorojo, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. AKP M Fachrur Rozi selaku Kasat Reskrim Polres Jepara, mengungkapkan hasil pemeriksaan medis, diketahui korban meninggal dunia setelah ditikam menggunakan sebilah pisau dapur. Dari hasil visum didapati luka memar pada jasad korban bekas dihantam putranya. Motif pembunuhan dilandasi oleh kekesalan pelaku pada korban karena sering dimarahi dan menyebut dirinya seorang pengangguran yang hanya bisa makan, tidur dan nonton televisi.

Betapa memilukan ketika melihat kondisi generasi saat ini. Seorang anak yang seharusnya menghormati orang tua, malah begitu beringas menghabisi nyawa ibu kandungnya. Mereka seolah kehilangan nurani dan akal sehat, hingga nekat melakukan tindakan biadab pada orang yang telah melahirkannya. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Liberalisme Merajalela, Lahirkan Individu Gelap Mata

Kasus pembunuhan di atas sungguh mempertontonkan pada kita bagaimana bobroknya kualitas generasi saat ini. Betapa sadisnya perbuatan seorang anak terhadap orang tuanya. Padahal, orang tuanya telah banyak berjasa dalam kehidupan, namun semua itu seolah tak berharga. Hanya karena emosi sesaat, membuat sang anak gelap mata menikam sang ibu hingga meregang nyawa. Mereka seolah hilang kendali ketika berbuat, tak mampu membedakan perbuatan biadab dan yang bukan. Nyatanya, rusaknya akhlak generasi saat ini memang diakibatkan derasnya pemikiran liberal yang menyerbu kehidupan.

Masifnya gempuran pemikiran liberal hari ini benar-benar telah meluluhlantakkan institusi keluarga. Alhasil, hubungan antarkeluarga tak lagi disandarkan pada halal-haram, yang ada justru manfaat dan kepentingan. Ketika ada anggota keluarga yang tak membuat nyaman dan memberi rasa aman, maka tak segan untuk dilenyapkan, meskipun orang tuanya sendiri. Selain itu, tercerabutnya kasih sayang antarkeluarga memicu perilaku miskin adab. Jangankan untuk memuliakan orang tua, yang ada malah menjadi anak durhaka. Ditambah lagi, rusaknya interaksi antarkeluarga menyebabkan generasi mudah tersulut emosi dan kehilangan nurani. Segala tindakan tak lagi dipikirkan dengan akal sehat.

Bobroknya perilaku generasi hari ini semakin menambah semrawutnya kehidupan akibat hilangnya peran agama. Keimanan kian kandas tak mampu lagi menjadi pijakan dalam perbuatan. Wajar, generasi yang ada miskin visi kehidupan, tak lagi menjadikan rida Allah sebagai tujuan. Jiwanya terpasung dalam hedonisme akut. Bahkan, keterpurukan semakin mendominasi wajah mereka. Semua ini akhirnya merontokkan pilar-pilar penopang kepribadiannya. Betapa dahsyatnya pemikiran sekuler liberal yang telah membuat generasi hancur lebur tak bersisa.

Tercerabutnya Peran Ibu

Dalam kasus tersebut, diketahui motif pembunuhan yang dilakukan pelaku lantaran kesal dengan korban karena merasa kurang perhatian dan sering dimarahi. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Kriminolog Universitas Indonesia, Chazizah Gusnita, mengungkapkan berdasarkan teori delinquency beberapa faktor yang menyebabkan anak melakukan tindakan pidana, di antaranya pola asuh orang tua, lingkungan dan teman sebaya (cnnindonesia.com, 11/3/2020).

Inilah pentingnya peran orang tua dalam membersamai tumbuh kembang anak. Ketika anak kehilangan kehangatan dan rasa aman dari orang tuanya, maka hilang pula empatinya terhadap orang lain. Akibatnya, anak menjadi begitu beringas dan kejam. Seharusnya orang tua lebih responsif terhadap kondisi dan bahasa tubuh sang anak. Sehingga, anak merasa diakui perasaannya dan ia pun dapat mengontrol emosinya. Sayangnya, saat ini peran ibu dalam keluarga sudah banyak terdegradasi. Tengoklah, bagaimana para ibu hari ini yang lebih disibukkan untuk mencari nafkah. Mereka menanggalkan perannya sebagai pendidik dan manajer rumah tangga, dengan alasan ekonomi ataupun karena termakan propaganda ide kesetaraan gender. Wajar, pendidikan anak dalam keluarga kian pincang.

Selain itu, kebanyakan orang tua hanya mencukupkan diri ketika anaknya sudah mendapat pembelajaran agama dari sekolah yang tak seberapa. Ditambah lagi, pengaruh tontonan yang menanamkan nilai-nilai liberalisme dan sekularisme semakin memperparah bejatnya perilaku anak. Tak pelak, kerusakan anak justru berawal dari rumah. Padahal, semestinya keluarga menjadi tempat untuk mengokohkan akidah, menanamkan kebaikan akhlak dan keteladanan kepada mereka. Bukan malah menjadi tempat bermulanya tindakan buas nan beringas.

Kapitalisme Biang Masalah

Bukan tanpa alasan, ketika kerusakan anak akibat disfungsi peran ibu begitu menonjol saat ini. Pada faktanya, negeri ini memang tak mampu melayani dan memenuhi kebutuhan pokok rakyatnya. Di tengah pandemi yang berlarut-larut, harga bahan pokok semakin melambung dan pengangguran kian merajalela. Belum lagi, beban penambahan pajak yang membuat perekonomian rakyat kian amblas. Ditambah pula dengan hantaman pemikiran feminisme, yang merupakan ‘ide pemanis’ untuk menjauhkan kaum ibu dari peran mulianya sebagai pendidik generasi. Mengganggap terkurasnya waktu ketika mengurus anak dan keluarga adalah “sia-sia”, karena tak menghasilkan materi. Akhirnya, kaum ibu memilih untuk menjadi penopang keluarga dan berdaya di lingkungan kerja ketimbang mengasuh anak-anaknya.

Berbagai fakta di atas, semakin menegaskan bobroknya penerapan sistem kapitalis di negeri ini. Kekayaan negara yang begitu melimpah nyatanya tak mampu menyejahterakan rakyat, yang ada hanya menjadi lahan kerakusan para korporat. Penguasa negeri ini lebih sibuk mengundang investor ketimbang memikirkan nasib generasi. Kaum Ibu hanya dijadikan objek eksploitasi demi melanggengkan bisnis para kapitalis. Akibatnya, mereka harus membayar mahal dengan runtuhnya ketahanan keluarga hingga kehancuran generasi. Selamanya kapitalisme akan terus menuai masalah, tidak hanya menambah kesulitan kehidupan akibat himpitan ekonomi, namun juga merontokkan institusi keluarga dan merusak generasi hingga hancur berkeping-keping.

Adab Seorang Anak Kepada Orang Tua

Seburuk apa pun perangai orang tua, tetap saja mereka adalah orang tua yang berjasa dalam kehidupan seorang anak. Tak pantas rasanya seorang anak bersikap tak sopan kepada orang tua, bahkan hingga mengilangkan nyawanya. Seorang anak seharusnya menasehati orang tua dengan cara yang makruf, jika benar orang tuanya telah melakukan kesalahan. Inilah urgensi adab yang harus dipahami anak terhadap orang tuanya, sehingga menjauhkan mereka dari perbuatan “durhaka” kepada kedua orang tuanya.

Adab merupakan salah satu akhlak mulia yang diperintahkan Allah dan Rasulullah saw. untuk setiap muslim. Adanya adab, bertujuan memperindah perilaku seseorang ketika beribadah dan berinteraksi dengan orang lain. Islam melarang seorang muslim memiliki akhlak yang buruk. Sudah seharusnya orang tua menanamkan adab kepada anaknya sejak dini. Sebagaimana HR. Ibnu Hibban Rasulullah saw. telah bersabda, “Apabila anak telah mencapai usia 6 tahun, maka hendaklah ia diajarkan adab dan sopan santun.”

Adapun adab yang harus diperhatikan sang anak ketika berinteraksi dengan kedua orang tuanya, yakni pertama, menaati dan menghormati keduanya. Kedua, melembutkan suara di hadapan mereka bahkan Islam melarang seorang anak berkata ‘ah’ pada orang tuanya. Ketiga, segera memenuhi panggilan mereka. Keempat, tidak mencela dan mencaki-maki mereka. Kelima, ketika orang tua membutuhkan sesuatu, hendaknya seorang anak memenuhinya jika mampu. Keenam, senantiasa mendoakan mereka dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Terakhir, menjaga silaturahmi dengan keluarga mereka.

Dukungan Negara Memaksimalkan Peran Ibu

Sistem kapitalisme telah terbukti gagal melindungi dan menjamin kebutuhan rakyatnya. Maka Islam hadir ke tengah-tengah umat manusia untuk menyebarkan kebaikan bagi seluruh alam. Membebaskan mereka dari segala keterpurukan. Islam merupakan agama sekaligus ideologi yang mampu menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia, termasuk melindungi ibu dan anak.

Dalam Islam, beban nafkah wajib ditanggung oleh suami. Maka pengaturan Islam akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok dengan memudahkan seorang suami untuk bekerja. Jika suaminya tidak ada, maka beban nafkah akan dilimpahkan pada wali perempuan tersebut. Jika pun tidak ada wali yang mampu menanggungnya, maka negara Khilafah yang akan memenuhi kebutuhan para ibu tersebut. Sehingga, seorang ibu tak perlu bekerja membanting tulang demi menopang kebutuhan keluarganya. Seorang ibu akan fokus terhadap tugas utamanya mendidik generasi demi mewujudkan peradaban mulia.

Sistem Islam juga akan memudahkan akses pendidikan secara gratis untuk seluruh rakyat. Sebab, pendidikan dalam Islam merupakan kebutuhan dasar yang wajib ditanggung negara. Sehingga, tidak ada anak yang putus sekolah lantaran tak mampu membayar biaya sekolah. Negara Islam juga akan mengokohkan akidah masyarakat melalui sistem pendidikan yang berasas akidah Islam. Kurikulum Islam akan membentengi anak-anak umat dari paparan dari ide-ide rusak seperti sekularisme, liberalisme, dan feminisme. Sehingga, dihasilkan generasi yang berkepribadian Islam, berakhlak mulia dan bermanfaat bagi umat dan negara.

Melalui penerapan hukum Islam kemuliaan ibu akan terjaga, sehingga mereka mampu memaksimalkan perannya, baik sebagai individu, sebagai seorang istri dan ibu serta sebagai anggota masyarakat. Generasi pun akan terselamatkan dari berbagai gempuran budaya asing yang merusak akhlak mereka. Inilah Khilafah, satu-satunya sistem yang mampu mewujudkan kerukunan keluarga dan mencetak generasi yang berakhlak mulia. Marilah kita perjuangkan tegaknya institusi Khilafah yang akan menyelamatkan seluruh manusia dari rusaknya peradaban kapitalis hari ini.

Wallahu a’lam bish shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Redaksi NarasiPost.Com
Renita Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Para Penjaga Al-Qur'an di Lembah Cihaur
Next
Noah's Ark
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram