Permasalahan Palestina tidak akan ada ujungnya, dengan hubungan normalisasi yang dilakukan sebagian negeri-negeri Muslim, menambah panjang entitas yahudi di sana. Satu-satunya solusi adalah hadirnya Khalifah, yang memiliki ketegasan, kewibawaan dan penjunjung keadilan, sebagai pelaksana Syariat Islam.
Oleh: Najla Syahla
NarasiPost.com -- Pada tanggal 15 September 2020 terjadi sebuah peristiwa yang sangat memilukan bagi kaum Muslim. Uni Emirat Arab (UAE) dan Bahrain telah melakukan perjanjian damai dengan Israel. Peristiwa ini terjadi secara resmi di Gedung Putih, Amerika Serikat, yang langsung disaksikan oleh Presiden AS Donald Trump (Antaranews.com).
Terbaru, Sudan menyusul melakukan kesepakatan tersebut dengan Israel. Seperti yang diberitakan oleh Portal washingtonpost dalam artikel yang berjudul “Sudan and Israel agree to normalize ties, the third such accord since August” (Sudan dan Israel setuju untuk menormalisasi hubungan, kesepakatan ketiga sejak Agustus). Selanjutnya akan disusul lima negara Arab lainnya. Hal itu diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Jumat (23/10/2020).
Atas keputusan ini, Trump juga menyampaikan siap menghapus Sudan dari daftar negara sponsor terorisme, sekaligus siap mencabut blokade bantuan ekonomi dan investasi untuk negara itu.
Peristiwa ini, menyayat hati kaum muslim dimanapun berada. Seolah melupakan apa yang terjadi dengan perlakuan Israel terhadap Palestina. Tanah yang diberkahi Allah, di sekelilingnya tidak pernah surut dari konflik. Darah kaum Muslim di sana tak pernah kering, melawan kebiadaban zionis Israel. Banyak solusi yang telah diperbuat oleh PBB dan dunia terhadap permasalahan Palestina, tetapi belum bisa menyelesaikan konflik berkepanjangan antara Israel dan Palestina. Tanpa analisis yang mendalam, alih-alih dapat memberikan solusi tuntas, yang ada malah mereka membuat kesepakatan damai. Seperti yang terjadi sekarang dengan adanya hubungan normalisasi yang dilakukan oleh berbagai negara. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui permasalahan sebenarnya dari Palestina, sehingga tidak akan pernah berdamai dengan Israel.
Akar Masalah Palestina
Khalifah Abdul Hamid II, tahun 1897 menyampaikan kepada Dr. Hertzl supaya jangan meneruskan rencananya. "Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina). Karena ia bukan milikku, tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi silahkan menyimpan harta mereka. Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup."
Inilah pernyataan Khalifah kaum Muslim sebelum Khilafah Islam dihapuskan oleh laknatullah Musthafa Kamal di Turki tahun 1924. Isi pernyataan ini menggambarkan ketegasan kaum Muslim yang diwakili oleh Khalifahnya dalam memandang wilayah kesatuan kaum Muslim. Khilafah Islamiyyah adalah satu kepemimpinan global bagi kaum Muslim di seluruh dunia yang diwajibkan oleh Rsulullah Muhammad Saw untuk mengurusi urusan umat dan melindungi umat.
“Dulu Bani Israil diurus urusannya oleh para Nabi. Setiap kali seorang Nabi meninggal, Nabi yang lain menggantikannya. Sesungguhnya tidak ada Nabi sesudahku dan akan ada para khalifah, yang berjumlah banyak” Para sahabat bertanya “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi saw. Bersabda: “Penuhilah baiat yang pertama saja, dan berikanlah kepada mereka yang berhak. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus” (HR. Bukhari).
Khilafah Islamiyyah berawal setelah berakhirnya masa kenabian yang terakhir (Rasul Muhammad Saw), diawali dengan Khulafa ar-Rasyidin, dilanjutkan dengan khalifah yang lain yang tanpa putus-putusnya memberikan perlindungan kepada umat. Pada masa itu, sejak tahun 623 – 1924 M, umat Islam bersatu dalam satu kepemimpinan di seluruh dunia, pada masa Kekhalifahan Utsmaniyyah, wilayah kaum muslim meliputi lebih dari 1/3 dunia termasuk di dalamnya wilayah Palestina.
Pada awal abad ke 20, Kekhilafahan Utsmaniyyah terjebak mengikuti perang dunia pertama. Berakhir dengan kekalahan pihak Jerman dan Khilafah, setelah itu wilayah khilafah dipecah menjadi negara-negara yang lebih kecil dan diserahkan kepengurusannya kepada UK dan Prancis selaku sekutu pemenang perang. Dari sinilah petaka kaum muslim dimulai, salah satunya dibentuk sebuah gerakan nasionalis kebangsaan yahudi di Palestina. Beberapa waktu kemudian menjadi cikal bakal negara Israel.
Kaum zionis yahudi yang dimotori oleh keluarga bankir Rothchilds dan pion mereka Theodore Hertzl, memang sejak awal berniat mendirikan negara untuk menampung kaum yahudi yang ditolak di berbagai tempat di dunia, dan tanah Palestina yang mereka anggap sebagai tanah terjanji sejak awal telah mereka incar. Pada tanggal 2 November 1917, pemerintahan Inggris menyetujui pendirian negara Israel di tanah Palestina lewat deklarasi Balfour. Deklarasi ini sekaligus mengawali pemerintahan militer di tanah Palestina dengan Jendral Allenby yang ditugaskan UK untuk melindungi eksodus penjajah yahudi ke tanah Palestina.
Tak lama setelah itu, pada Desember 1922, Liga Bangsa Bangsa (League of Nations) yaitu cikal bakal PBB (United Nations), kemudian memberikan landasan yudisial yang lebih kuat bagi UK dengan memberikan mandat pengaturan wilayah Palestina, setelah itu, eksodus kaum yahudi pun meningkat pesat, sedikitnya 1,3 juta kaum yahudi bermigrasi dari seluruh dunia ke tanah Palestina, sejak saat itu, kaum muslim di Palestina diusir dan dibunuh tanpa ada pembelaan dari siapapun.
Puncaknya, pada 29 November 1947, PBB mengumumkan persetujuan berdirinya negara Israel yang diamini oleh AS, dengan wilayah Israel yang meliputi 55% tanah Palestina, yang diikuti dengan deklarasi pendirian negara Israel oleh PM pertama David Ben-Gurion, yang segera melakukan pengusiran dan pembunuhan lebih besar lagi kepada kaum muslim di Palestina. Setelah itu, hingga hari ini, Israel dengan brutal menginvasi wilayah Palestina hingga menguasai lebih dari 90% wilayah Palestina.
Normalisasi hanya Menambah Luka bagi Palestina
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah, apakah layak kaum Muslim di belahan bumi lain melakukan normalisasi hubungan dengan mengadakan kesepakatan damai. Sungguh, hal itu hanya membuat luka bagi Muslim di Palestina. Seolah perjuangan yang dilakukan tak ada artinya, darah yang tertumpah tak ada harganya. Mereka telah rida terhadap pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel, rida akan kebiadaban mereka. Palestina merasa dikhianati, ditikam dari belakang, oleh saudara sesama Muslim sendiri. Bukankah, Muslim yang satu dengan mMslim yang lain adalah saudara. Jika Israel melakukan kezaliman terhadap Palestina, itu berarti memerangi kaum muslim yang lainnya. Israel adalah musuh bersama, sehingga tidak layak untuk melakukan hubungan damai dengannya.
Negeri-negeri Muslim telah masuk jeratan kafir penjajah, khususnya AS. “Saya berjanji kepada Anda, bahwa saya akan melakukan apapun yang saya bisa dalam kapasitas apapun, untuk tidak hanya menjamin keamanan Israel, tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu,” pidato Obama di AIPAC, bahkan menjamin dana 50 juta dolar AS untuk membantu persenjataan Israel. Pendahulu Obama, Bush juga mengatakan dengan nada yang serupa ketika menyalahkan HAMAS dalam invasi Israel ke jalur gaza. Begitupula Donald Trump, secara sepihak mengumumkan Yerusalem sebagai ibukota Israel (NY Times, Rabu, 6 Desember 2017).
Tidak heran, karena sebelumnya negeri-negeri Muslim tersebut tergabung dalam OKI. Yang terdiri dari pengecut-pengecut yang berkumpul karena ada kepentingan selain Islam dan sudah menjadi rahasia umum bahwa mereka hanyalah boneka yang digerakkan AS. Arab Saudi merupakan pembeli senjata perang terbanyak buatan AS, tetapi tidak pernah menggunakannya untuk kepentingan kaum Muslim. Mesir mempunyai universitas paling terkenal di dunia Islam, tetapi memfatwakan jihad dan mengirim tentaranya saja tidak mampu.
Khilafah dan Jihad Solusi Tuntas Palestina
Permasalahan Palestina tidak akan ada ujungnya, dengan hubungan normalisasi yang dilakukan sebagian negeri-negeri Muslim, menambah panjang entitas yahudi di sana. Satu-satunya solusi adalah hadirnya Khalifah, yang memiliki ketegasan, kewibawaan dan penjunjung keadilan, sebagai pelaksana Syariat Islam.
Khalifah tersebut hanya ada dalam Kepemimpinan Global bagi Kaum muslim di seluruh dunia yaitu Khilafah. Khilafah-lah yang akan memimpin dan mengkomandoi 1,5 milyar kaum Muslim di seluruh dunia untuk berjihad. Khilafah dan Jihad, dua kata untuk mengubur zionis yahudi. Inilah satu-satunya solusi yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Tak ada kata normalisasi terhadap Israel, karena kebiadaban dan kebrutalan yang dilakukannya terhadap saudara kita di Palestina.[]
Picture Source by Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected].