Muslim Tak Butuh Pendidikan Seks, Apalagi Konten Porno

“Pandangan adalah asal seluruh bencana yang menimpa manusia. Bermula dari pandangan, akan lahirlah keinginan, dan keinginan akan melahirkan pemikiran. Dari pemikiran akan lahirlah syahwat atau hawa nafsu yang akhirnya syahwat itu akan mendorong menjadi keinginan yang sangat kuat hingga terjadi apa yang ia inginkan.”
(Ibnu Qayyim Al jauziyah )


Oleh : Riannisa Riu

NarasiPost.Com-Seorang publik figur baru-baru ini membuat heboh netizen. Beliau mengaku mengizinkan anaknya untuk menonton film porno asalkan didampingi orang tua. Publik figur ini menyatakan bahwa orang tua tidak perlu terlalu merasa tabu atau munafik dalam urusan film-film dewasa, karena menurutnya tidak mungkin kalau anak-anak tidak menonton film porno. Sehingga alih-alih melarang anak, beliau berpendapat lebih baik menemani anak menonton film porno tersebut sebagai bentuk pendidikan seks bagi anak.

Netizen pun terbagi menjadi dua kubu, pro dan kontra. Sebagian memandang hal ini sebagai hal yang tidak patut, sementara pihak pro memandang bahwa sikap terbuka sang artis patut dicontoh oleh orang tua zaman now agar mampu bersikap lebih terbuka dalam berkomunikasi dengan anak, dan dengan demikian bisa mengarahkan anak ke jalur yang tepat dalam menyikapi permasalahan seksualitas.

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Susanto, menilai bahwa konten porno tak boleh ditonton oleh anak-anak meski diawasi atau ditemani. Menurutnya, konten porno tetap memiliki dampak buruk. Susanto pun meminta orang tua lebih berhati-hati dalam mendidik anak dan tetap memperhatikan etika perlindungan anak. (news.detik.com, 26/06/2021)

Pendidikan seks adalah salah satu program milik organisasi pendidikan, Ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB (UNESCO) yang dikampanyekan ke seluruh dunia sebagai solusi untuk membekali anak-anak dan remaja dengan pengetahuan mengenai seksualitas agar mereka terhindar dari kekerasan seksual, penyakit menular seksual, dan mampu memahami risiko aktivitas seksual secara bebas. Pengetahuan yang diberikan yaitu mulai dari pengajaran fungsi reproduksi, jenis-jenis aktivitas seksual dan penggunaan alat kontrasepsi sebagai pencegah kehamilan yang tak diinginkan atau pencegah penyakit menular seksual.

Umumnya negara yang telah mempraktikkan program pendidikan seks secara penuh adalah negara-negara Barat yang menggunakan sistem sekuler kapitalisme. Hal ini dapat dilihat dari pergaulan anak dan remaja yang amat bebas di negara-negara tersebut. Anak-anak yang seharusnya masih lugu dan senang bermain, malah sudah tercetak pola pikirnya untuk mengejar kenikmatan seksual. Para remaja yang seharusnya baru terbangkitkan naluri seksualnya malah sudah sering mempraktikkan seks bebas. Tanpa khawatir akan risikonya karena merasa sudah tahu cara menghindari risiko tersebut. Walhasil, pendidikan seks yang digadang-gadang sebagai solusi untuk menghindarkan anak dari kekerasan seksual, penyakit menular seksual dan segudang bahaya pergaulan bebas lainnya justru adalah jebakan batman yang menjerumuskan anak dan remaja ke dalam pergaulan bebas yang sebenarnya.

Adanya pendidikan seks malah memberi jalan kepada mereka untuk melakukan seks yang aman, tanpa khawatir hamil ataupun takut tertular penyakit seksual.
Selain itu, serbuan besar-besaran konten porno yang berasal dari negeri-negeri liberal menjadikan remaja saat ini sangat mudah untuk terseret dalam arus pergaulan bebas yang berbahaya. Pemerintah sebagai pemegang kontrol utama media malah sama sekali tidak peduli dan malah mengandalkan solusi palsu seperti pendidikan seks.

Bagi para pengusaha sekuler kapitalis, konten porno dan materi seksualitas adalah barang dagangan yang paling menghasilkan keuntungan. Mereka akan terus mengeluarkan propaganda untuk mengucilkan setiap suara yang menyatakan hal-hal seksual adalah tabu di masyarakat. Inilah jebakan sistem kapitalisme sekuler.
Hanya Islamlah satu-satunya yang memiliki solusi untuk masalah liberalisasi seksual yang melanda saat ini.

Syariat Islam telah melarang perbuatan apapun yang mendekati zina, termasuk menonton atau melihat konten porno. Mendekati zina saja merupakan hal terlarang, apalagi melakukan perbuatan zina. Tentunya jelas bahwa zina sangat bertentangan dengan perintah dan larangan Allah ta'ala. Sehingga, jika ingin mewujudkan kehidupan remaja yang bersih tanpa pergaulan bebas, jelas bahwa revolusi sistem sangat dibutuhkan.

Pertama, wajib menginstal keimanan kepada Allah yang kuat dalam diri setiap muslim. Ketika seseorang beriman kepada Allah, maka tentunya dia akan menjauhi semua larangan Allah Taala, termasuk menjauhi semua hal yang mendekati zina.

Kedua, mematuhi perintah untuk menundukkan pandangan. Ghadhul bashar (menundukkan pandangan) adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Ibnul Qayyim Al Jauziyah mengatakan, “Pandangan adalah asal seluruh bencana yang menimpa manusia. Bermula dari pandangan, akan lahirlah keinginan, dan keinginan akan melahirkan pemikiran. Dari pemikiran akan lahirlah syahwat atau hawa nafsu yang akhirnya syahwat itu akan mendorong menjadi keinginan yang sangat kuat hingga terjadi apa yang ia inginkan.”

Ketiga, menutup aurat. Perintah untuk menutup aurat sudah sangat jelas disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al Ahzab : 59 dan surat An Nur : 31. Ketika perintah untuk menutup aurat ini dijalankan dengan sempurna, maka sudah selayaknya kekerasan seksual dapat diminimalisasi bahkan dihindari.

Keempat, melaksanakan penerapan infishal (pemisahan antara laki-laki dan perempuan). Sudah sepatutnya bagi perempuan dan laki-laki yang tidak terhubung dengan tali mahram untuk dipisahkan kehidupannya, baik dalam pendidikan, kesehatan, hukum ataupun bidang lainnya. Sehingga tidak akan ada pemicu bagi perempuan dan laki-laki yang bukan mahram untuk melakukan perbuatan zina, apalagi kekerasan seksual.

Kelima, pemberantasan pornografi. Konten porno alias pornografi adalah narkotika bagi otak manusia. Di bagian depan otak manusia terdapat prefrontal cortex (PFC) yang merupakan pusat pertimbangan dan pengambilan keputusan. Bagian PFC ini mudah dirusak oleh obat-obatan terlarang seperti narkotika dan pornografi. Jika seseorang sudah kecanduan konten porno, maka PFC-nya secara perlahan-lahan akan rusak karena kebanjiran hormon dopamin. Sehingga akan mengalami kerusakan konstruksi fisiologis memori dan gangguan neuropsikiatri. Akibatnya, secara perlahan dia akan sering lupa, sering bersikap apatis, kehilangan inisiatif, dan mengalami perubahan kepribadian seperti yang dijelaskan dalam buku Neuroanatomy, Prefrontal Cortex yang ditulis oleh W.R Hathaway dan B.W Newton.

Keenam, menerapkan sistem pendidikan Islam. Inilah sistem pendidikan terbaik yang melarang untuk mendekati perbuatan zina. Setiap muslim akan dididik untuk menjadi generasi emas yang mampu menyelesaikan setiap permasalahan umat dengan Islam. Sama sekali tidak dibutuhkan pendidikan seks dalam sistem pendidikan Islam ini.

Ketujuh, menyuburkan pernikahan dan melarang zina. Pernikahan usia dini saat ini menjadi sesuatu yang dipertanyakan di masyarakat. Padahal pernikahan adalah akad suci mitsaqan ghalizan yang amat mulia. Sementara zina jelas-jelas adalah sebuah dosa yang akan menyebabkan kemurkaan Allah. Menyuburkan pernikahan akan menjaga kesucian dan kehormatan seorang wanita, memicu munculnya rasa tanggung jawab kepada pria sebagai seorang qawwam, serta memperjelas nasab dan menghadirkan peradaban masyarakat mulia.

Kedelapan, menerapkan sistem ekonomi Islam. Pernikahan saja belum cukup untuk memakmurkan masyarakat. Ketika sistem ekonomi yang digunakan masih tetap berbasis kapitalisme, maka akan banyak rumah tangga yang kesulitan dalam mencari nafkah karena kezaliman sistem ekonomi kapitalis saat ini. Karena itulah sangat diperlukan untuk menerapkan sistem ekonomi Islam yang mampu menyingkirkan riba dan monopoli di tengah-tengah masyarakat. Dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam, pemimpin akan senantiasa menjamin kesejahteraan rakyat dalam hal kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan), berikut kesehatan serta keamanan.

Kesembilan, menerapkan poligami. Perlu diperhatikan, poligami baru diterapkan hanya jika kedelapan tahapan di atas telah terpenuhi. Karena sesungguhnya poligami di dalam sistem Islam dilakukan sebagai bentuk penjagaan kepada kaum wanita agar kebutuhannya terpenuhi dan keselamatannya terjamin. Berbeda dengan pelaksanaan poligami hari ini, umumnya dilaksanakan bukan atas landasan iman namun karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka.

Terakhir, penerapan hukum Islam sepenuhnya, yakni penerapan sanksi bagi para pezina yang hanya bisa dilakukan ketika sistem Islam sudah diterapkan sepenuhnya seperti di zaman kekhilafahan.

Maka dengan adanya sepuluh tahapan ini, terbukti bahwa kaum muslimin sama sekali tidak membutuhkan pendidikan seks sebagai solusi dari maraknya perbuatan zina dan konten porno. Tak perlu pula sengaja menonton konten porno bersama anak dengan dalih melancarkan komunikasi. Penerapan sistem Islam sudah lebih dari cukup untuk mengatasi seluruh permasalahan manusia di muka bumi ini. Wallahu’ alam bisshawwab.[]


photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Menulis karena Terbiasa
Next
Renungan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram