Berdiri di atas emas, namun berjalan tanpa alas. Sebuah paradoks yang terjadi di ujung timur Indonesia, Papua
Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berdiri di atas emas, namun berjalan tanpa alas. Sebuah paradoks yang terjadi di ujung timur Indonesia, Papua, begitu nama tempat itu disebut. Wilayah yang sangat lekat dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Padahal, Papua itu telah menjadi salah satu kaki yang menopang kekayaan alam negeri ini. Ya. Indonesia dikenal dengan negara kaya raya karena memiliki Papua dan Kalimantan.
Kekayaan alam Papua yang terdiri dari emas, tembaga, batu bara, besi, batu kapur, pasir kaolin, minyak bumi, dan gas alam, juga keberagaman flora dan faunanya, mengantarkan Papua menjadi pulau terkaya sekaligus pulau termiskin di Indonesia.
Berdiri di atas emas dan berjalan tanpa alas. Itulah realitas patah “Bumi Cenderawasih” yang semakin menyayat luka di bumi pertiwi. Pesona alamnya bak serpihan surga yang jatuh ke bumi, tapi pesona masyarakatnya redup oleh impitan kemiskinan.
Papua tak ayal sering menjadi wilayah yang terlupakan. Kemiskinan, kesulitan akses pendidikan, terbatasnya sarana transportasi, kemunduran taraf berpikir, dan keterbelakangan masyarakatnya menjadi hal yang tak terpisahkan dari Papua.
Fakta SDA Papua
Papua memiliki banyak kekayaan alam seperti yang telah disebutkan di atas.
Namun, ada tiga kekayaan alam Papua yang dianggap sebagai harta karun yang menjadi rebutan bangsa luar, di antaranya:
- Emas. Papua memiliki tambang emas terbesar di Indonesia dengan luas yang mencapai 229.893,75 ha. Tambang emas tersebut tersebar di enam kabupaten, yakni Pegunungan Bintang, Keerom, Nabire, Dogiyai, Mimika, dan Painai.
- Tembaga. Setiap tahunnya, Papua mampu memproduksi tembaga lebih dari 1 miliar ton. Bahkan, dunia pun mengakui kekayaan alam tembaga yang dimiliki Papua.
- Perak. Hampir sama dengan tembaga, Papua mampu menghasilkan perak sampai ribuan ton tiap tahunnya.
Dengan luas wilayah yang mencapai 316.552,6 kilometer persegi setara dengan 16,58% luas Indonesia. Bentang alam Papua sungguh menakjubkan, dataran rendah yang terdiri dari rawa-rawa, hutan bakau, dan aliran sungai terbentang di bagian selatan hingga ke pesisir pantai. Rangkaian pegunungan tinggi, seperti Pegunungan Sudirman dan Pegunungan Jaya Wijaya membentang dari timur ke barat di tengah pulau.
Papua juga memiliki hutan seluas 32,75 juta hektare dengan 81,14% di antaranya berupa tutupan hutan yang memiliki keanekaragaman hayati. Setidaknya terdapat 602 jenis burung yang berada di hutan Papua.
Namun sayang, Papua seperti tanah perebutan bagi negara-negara imperialis. Meskipun secara geografis terletak di Indonesia, tapi “isi” Papua menjadi incaran negara-negara dunia. Hingga kini, kekayaan alam yang ada di Papua mayoritas dikuasai oleh Amerika Serikat.
Salah Kelola Kapitalisme
Salah kelola SDA yang disebabkan oleh kapitalisme telah menjadikan rakyat Papua berdiri di atas emas, namun berjalan tanpa alas. Kapitalisme menyerahkan pengelolaan SDA kepada mekanisme pasar. Alhasil, siapa yang memiliki modal maka ia bisa mengelola suatu kekayaan alam.
Kapitalisme memandang bahwa pengembangan SDA harus dilakukan dengan jalan investasi. Padalah tidak ada satu investasi pun yang bersifat nirlaba. Semua investasi pasti akan menyalurkan keuntungan ke kantong-kantong investor. Adapun rakyat, mereka hanya memperoleh ampas atau sisa dari kekayaan yang telah dikeruk habis oleh kapitalisme. Oleh karena itu, menyerahkan tambang ke pihak swasta atau pun asing, adalah episode awal dari sebuah eksplorasi dan imperialisasi yang dibalut dengan kerja sama.
Islam Memakmurkan Papua
Kondisi berdiri di atas emas, berjalan tanpa alas tidak akan terjadi jika negeri ini menerapkan Islam secara kaffah. Segala kekayaan alam yang dimiliki Papua adalah milik umat. Negara akan mengelola sumber daya alam itu, bukan dengan jalan mengundang investor dari luar, tapi kekayaan alam benar-benar akan dikelola sesuai syariat dan hasilnya akan dikembalikan kepada umat.
Rasulullah pernah bersabda:
“Kaum muslim itu berserikat dalam tiga hal, yakni padang, air, dan api.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Maka kekayaan alam yang ada di Papua, akan dikelola oleh negara dan hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan umum. Dengan kondisi ini, Papua tidak akan lagi menjadi wilayah yang terbelakang.
https://narasipost.com/opini/05/2021/kemerdekaan-hakiki-bagi-papua/
Daulah yang memiliki visi riayah tidak akan mengabaikan atau melupakan kondisi Papua dan akan sekuat tenaga memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi warga Papua. Daulah juga akan memperbaiki dan menambah sarana yang ada di Papua untuk mempermudah akses masyarakat. Posisi Papua di dalam Daulah Islam bisa dianggap sebagai penyangga kestabilan ekonomi negara.
Khatimah
Islam tidak akan membiarkan kekayaan alam negeri dikeruk asing, sedangkan warga negaranya hidup dalam serba kesulitan.
Segala kemiskinan yang terjadi di Papua dan negeri ini bisa teratasi dengan penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan Khilafah Islamiah. Ketika SDA sudah diatur oleh syariat, maka bisa jadi Papua tak sekadar berdiri di atas emas, tapi bisa jadi mereka juga beraktivitas dengan emas. []
Miriss yaa negeri indah negeri surga Papua = negeri jajahan kaum Imperialis.
Syukron tim NarasiPost...