Ambisi Besar Pertumbuhan Ekonomi, Mungkinkah?

Pertumbuhan ekonomi tidaklah dilihat secara kolektif, yang hanya berfokus kepada besaran output tapi tidak memperhatikan kebutuhan individu.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Capres terpilih Prabowo Subianto berambisi besar akan mengerek pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 8% dalam satu tahun, bahkan bisa lebih tinggi lagi. Hal itu disampaikan Prabowo dua pekan lalu pada Qatar Economic Forum. Bahkan, Prabowo dengan yakin akan mewujudkan ambisinya dalam dua atau tiga tahun ke depan. (Tempo.co, 26-5-2024)

Beberapa pengamat menilai bahwa ambisi Prabowo ini berbahaya dan sangat sulit (jika tidak ingin dikatakan mustahil) terwujud, sebab berbagai data ekonomi justru menunjukkan tren penurunan. Seperti statistika perdagangan yang justru mencerminkan nilai negatif dalam beberapa waktu terakhir. Bagaimana mungkin perekonomian akan meningkat pesat jika salah satu variabelnya justru merosot?

Namun, Prabowo tetap bersikukuh dengan ambisinya. Prabowo menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi akan digenjot dari sektor pertanian yang meliputi produksi serta distribusi pangan dan sektor energi. Prabowo akan memfokuskan pertumbuhan ekonomi dari dua sektor ini.

Akan tetapi, Ekonom Senior Institute for Development of Econonic and Finance (INDEF), Ahmad Tauhid mengatakan bahwa target besar itu masih akan sangat berat tercapai. Sebab tren pertanian dalam 20 tahun terakhir ini juga mengalami penurunan. “Ini sulit terjadi karena sektor pertanian mayoritas berada di sektor pangan. Beras, padi, jagung itu menyumbangkan PDB (Produk Dosmetik Bruto) paling kecil. Pemerintah sudah berusaha untuk mengupayakan bantuan subsidi benih dan pupuk, namun enggak mampu. Dengan kontribusi itu, membalikkan keadaan kayaknya enggak mungkin ya,” ujar Tauhid. (Detik.com, 21-5-2024)

Menaikkan pertumbuhan perekonomian, tentu tak semudah membalikkan telapak tangan, butuh proses dan tenggat waktu yang tak sebentar. Sebagai capres terpilih, harusnya Prabowo paham betul tentang ini. Lantas, atas dasar apa Prabowo sesumbar akan mampu membawa perekonomian Indonesia terbang tinggi? Berambisi boleh, tapi tentu harus realitis, agar perkataan tak sekadar menjadi bualan.

Pertumbuhan Ekonomi dalam Kacamata Kapitalisme

Pertumbuhan ekonomi adalah keadaan ekonomi suatu negara dalam kurun waktu tertentu, baik triwulan, semester, maupun tahunan. Dalam kacamata kapitalisme, pertumbuhan ekonomi suatu negara akan menentukan apakah negara tersebut terkategori sebagai negara maju, berkembang, atau justru terbelakang. Pertumbuhan ekonomi ini dipengaruhi oleh indikator-indikator tertentu.

Jika indikator-indikator ini menunjukkan tren positif atau grafik yang terus meningkat, maka pertumbuhan ekonominya dapat dikatakan baik, yang berarti masyarakat dalam negara tersebut telah hidup dalam kesejahteraan dan kelayakan.

Sebaliknya, jika indikator pertumbuhan ekonomi malah menunjukkan tren negatif, maka pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dikatakan lesu, ini menandakan kondisi masyarakat yang tidak sejahtera. Apabila kondisi ini dibiarkan, maka suatu negara bisa mengalami kehancuran.

Adapun indikator-indikator pertumbuhan ekonomi dalam sudut pandang kapitalisme, adalah:

  1. Produk Dosmetik Bruto (PDB) atau Gross Dosmetic Product (GDP), ialah jumlah keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh warga negara asli dan warga negara asing yang masih berada dalam batas teritorial suatu negara. Pertumbuhan PDB ini dilakukan dengan membandingkan PDB tahun ini dengan PDB tahun sebelumnya. Jika mengalami peningkatan, maka kondisi perekonomian dianggap membaik.

  2. Pendapatan per kapita, ialah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu negara, angka ini diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan warga negara lalu dibagi dengan jumlah warga negara itu sendiri. Semakin tinggi nilai rata-ratanya, dianggap berkorelasi positif dengan kesejahteraan rakyat.

  3. Tingkat pengangguran. Penyerapan jumlah tenaga kerja dan tersedianya lapangan kerja juga menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara.

  4. Inflasi. Tingkat inflasi yang rendah cenderung berkorelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi.

  5. Investasi. Aktivitas investasi baik dalam bentuk investasi pemerintah maupun swasta dinilai mencerminkan pertumbuhan dan keyakinan ekonomi. Investasi digadang-gadang akan bisa membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia.

Kesalahan Kapitalisme

Kesalahan mendasar dalam sistem kapitalisme adalah kemandulan fungsi negara yang hanya berperan sebagai regulator belaka. Negara terlampau berfokus pada output, tapi tidak pernah mempertimbangkan kemampuan para masyarakat.

Misalnya mengenai PDB, pemerintah hanya berfokus terhadap besaran PDB yang harus diproduksi dalam suatu periode, tapi pemerintah tidak pernah membahas mekanisme agar seluruh masyarakat mampu menikmati barang atau jasa tersebut. Semua rakyat dianggap memiliki kemampuan yang sama dan bisa memiliki barang/jasa. Barang dan jasa dianggap laksana oksigen yang bisa menyebar dengan sendirinya. Padahal tak sedikit masyarakat yang tidak mampu untuk memperoleh barang atau pun jasa yang telah di produksi.

Adapun pendapatan per kapita. Metode ini sangat tidak bisa digunakan bila range pendapatan antarwarga terlampau jauh. Kesenjangan sosial yang diciptakan kapitalisme telah membuat jurang pendapatan yang cukup besar. Dua poin ini sebenarnya sudah dapat menggambarkan boroknya wajah kapitalisme. Ekonomi kapitalisme hanya berbicara kebutuhan secara kolektif, bukan secara individual.

Sejalan dengan dua poin di atas, tingkat pengangguran pun menjadi cukup besar karena minimnya lapangan kerja. Pabrik-pabrik dengan orientasi kapitalismenya menjadikan tenaga kerja sebagai faktor produksi. Akhirnya para pengusaha pun akan meminimalkan jumlah pekerjanya. Minim dari sisi jumlah pekerja, upah yang diberikan pun sangat pas-pasan. Ditambah lagi dengan iklim dunia kerja yang tidak kondusif. Sudahlah lapangan pekerjaan minim, para pekerja asing justru malah memenuhi bursa tenaga kerja. Pemerintah berdalih hal tersebut untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia, tapi pemerintah lupa bahwa kualitas SDM Indonesia tidak didukung dengan pendidikan memadai yang bisa diakses oleh seluruh rakyat.

Begitu juga dengan inflasi, sistem fiat money yang dianut negara-negara kapitalisme termasuk Indonesia sangat rentan dengan inflasi. Poin terakhir, investasi yang dielu-elukan pemerintah pada hakikatnya justru membuka keran bagi asing untuk menguasai sumber daya yang ada di negeri ini.

Adapun sektor pertanian yang diharapkan Prabowo, nyatanya pertanian dalam sistem kapitalisme justru menjadi sektor paling terpuruk. Harga pupuk yang bekualitas sangatlah mahal, namun komoditas hasil panen seperti tak ada harga. Alih-alih melestarikan negeri ini dengan hasil pertanian, para pemuda justru skeptis untuk menjadi petani.

Islam Wujudkan Pertumbuhan Ekonomi

Islam memberikan solusi tuntas atas huru-hara yang telah diciptakan oleh sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi Islam tidak akan berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi secara kolektif, melainkan pemenuhan kebutuhan individual. Islam memandang bahwa masalah ekonomi terletak pada bagaimana cara untuk memperoleh kekayaan, bukan mengadakan kekayaan.

Allah berfirman dalam surah Al-Hadid ayat 7:

اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِۗ

Artinya: “Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah harta apa saja yang telah Allah kuasakan kepemilikannya atas kalian.”

Oleh karena itu, sistem ekonomi akan dibangun di atas tiga kaidah, yakni (1) Kepemilikan, (2) Pengelolaan, dan (3) Distribusi kekayaan di tengah-tengah umat.

Langkah awal dalam Islam adalah dengan membagi kepemilikan, apakah kepemilikan individu, umat, atau negara. Lalu negara akan mengelola kekayaan umat dan hasil dari kekayaan alam akan didistribusikan secara merata ke tengah-tengah umat.

Dengan politik ekonomi Islam, Islam akan menjamin terealisasinya pemenuhan semua kebutuhan primer setiap individu secara menyeluruh. Hukum-hukum syariat Islam menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan primer setiap warga, baik sandang, pangan, dan papan. Caranya adalah dengan mewajibkan setiap laki-laki yang mampu bekerja agar ia bisa memenuhi kebutuhan primernya sendiri dan orang-orang yang menjadi tanggungannya. Jika ia tidak mampu bekerja, maka kebutuhan keluarganya ditanggung oleh pihak yang wajib menafkahi. Kondisi ini juga terjamin dengan penjagaan iklim dunia kerja oleh negara.

Khatimah

Pertumbuhan ekonomi tidaklah dilihat secara kolektif, yang hanya berfokus kepada besaran output tapi tidak memperhatikan kebutuhan individu.

Pertumbuhan ekonomi justru harusnya dimulai dari terealisasinya kebutuhan primer setiap anggota masyarakat. Rakyat yang terpenuhi kebutuhan primernya merupakan cikal bakal kestabilan ekonomi. Penjaminan pemenuhan kebutuhan primer dalam masyarakat hanya akan terwujud saat negara ini mau menerapkan ekonomi Islam. Hanya saja, perlu diingat bahwa ekonomi Islam tidak akan pernah bisa diterapkan di atas sistem kapitalisme hari ini. Penerapan sistem ekonomi Islam haruslah dibarengi dengan perubahan institusi, dari institusi kapitalisme menuju institusi Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiah.

Wallahu a’lam bishowaab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tapera, Tabungan Pemalak Rakyat?
Next
Gagasan Independent Woman Mengikis Fitrah Perempuan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
novianti
novianti
5 months ago

Cuman angka tetapi tidak bermakna buat rakyat. Ngejar 5% aja, rakyat sudah ngos ngos an apalagi 8%. Puyeng lah. Makanya dibuatlah PSN dimana-mana. Padahal bahaya buat negara karena hutang kian menumpuk

Arum indah
Arum indah
Reply to  novianti
5 months ago

Benar mbak, negara dipaksakan punya pendapatan besar dr PDB, tapi pemerintah abai sama rakyat yang ngos-ngosan hanya untuk menuhi isi perut...

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram