Banyak pemuda yang menganggur sehingga menjadi beban keluarga dan menyebabkan kriminalitas. Negara pun terjerembap dalam kemiskinan.
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bagaimana kondisi Gen Z saat ini? Yang muda yang berkarya, yang muda yang berjaya. Slogan ini menggambarkan betapa sosok pemuda identik dengan kekuatan fisik, penuh energi, pikiran maju, terus semangat, dan pantang menyerah. Pemuda dalam benak kita adalah sosok yang kreatif dan inovatif, memiliki kejelasan visi misi, dan pantang bermalas diri. Inilah generasi idaman setiap bangsa. Pemuda tumpuan harapan bangsa untuk meneruskan estafet kepemimpinan.
Akan tetapi, bagaimana jika pemuda kita hari ini jauh dari slogan di atas? Pemuda kita hari ini seakan kehilangan jati diri, potensi mereka seakan dikebiri, identitas mereka pun terdistorsi. Pemuda kita saat ini terpuruk hingga titik mengenaskan. Bagaimana tidak, pemuda saat ini jauh dari potret cemerlang, suka bermalasan dan hedonis, rentan mengalami mental illnes, mudah menyerah, dan gampang depresi. Mereka digadang-gadang sebagai bonus demografi, tetapi penguasa lupa bahwa mereka juga butuh difasilitasi.
Pemuda Menganggur, Masalah Bangsa
Pemuda adalah kekayaan bangsa. Mereka adalah energi suatu bangsa. Potensi mereka besar sehingga harus dimanfaatkan dengan optimal. Sudah menjadi kewajiban negara untuk memperlakukan pemuda dengan bijak, mereka harus disokong dan dibimbing agar potensi besar yang ada pada mereka bisa diperoleh secara maksimal. Akan tetapi, yang terjadi saat ini sungguh sangat memprihatinkan. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada 10 juta pengangguran dari kalangan Gen Z. Yaitu sekitar 22, 25% dari total 44,47 juta anak muda usia 15-24 tahun belum bekerja alias menganggur.
Dosen Kajian Budaya dan Media UM Surabaya Radius Setiyawan menanggapi hal ini dengan menyatakan, "Sungguh sangat mengejutkan data terkait tingginya angka pengangguran Gen Z ini, pasalnya Gen Z sering kita gambarkan sebagai generasi yang kreatif, adaptif, melek teknologi, dan label-label fantastis lainnya." Dikutip dari laman UMSurabaya. (Detik.com, 26/5/2024).
Akan tetapi, citra Gen Z ini banyak berbeda dengan fakta. Masih banyak Gen Z negeri ini yang masih kurang beruntung dalam hal pekerjaan. Banyak dari mereka yang harus berjuang keras dalam segala keterbatasannya untuk sekadar bertahan hidup dan tidak semua dapat mendapatkan akses dalam hal mengejar kesuksesan. Faktanya tidak semua Gen Z memperoleh fasilitas berupa kemudahan dalam menjalani kehidupan mereka, baik pendidikan, digitalisasi, maupun kesempatan berupa pekerjaan guna menaikkan taraf hidupnya.
Masih banyak Gen Z usia produktif yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga citra Gen Z yang inovatif dan melek teknologi informasi seakan jauh panggang dari api. Mirisnya lagi, pemuda ini hanya digunakan untuk kepentingan politik sesaat, mereka dicari untuk mendulang suara saat pesta demokrasi. Pemangku politik mengeksploitasi mereka sedemikian rupa sehingga tidak lagi berdaya. Mereka hanya dijadikan objek tanpa perlu dilibatkan dalam kebijakan negara. Bengkaknya angka pengangguran inilah buktinya.
Negara Gagal Menjamin Pekerjaan untuk Gen Z
Memang ada rancangan strategi yang dilakukan oleh pemerintah, tetapi belum mampu menanggulangi besarnya pengangguran yang ada. Sumber daya manusia yang kurang kompeten dan skill di bawah standar harusnya ditangani dengan serius. Negara belum mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengampu rakyat usia produktif, khususnya Gen Z. Dalam mengambil kebijakan, negara malah berpihak kepada oligarki dengan selalu memihak dan menguntungkan pelaku usaha. Hal ini membuat perputaran ekonomi hanya berkutat pada pengusaha saja tanpa terjadi pemerataan ke seluruh elemen masyarakat.
Sistem kapitalisme yang menjunjung tinggi individualisme telah merenggut hak hidup orang banyak demi segelintir orang berduit. Negara hanya berperan sebagai regulator dan bukan pengurus rakyat. Negara seakan lepas tangan sehingga aktivitas ekonomi dikuasai oleh pengusaha, termasuk penyediaan lapangan pekerjaan. Akibatnya, banyak pemuda yang menganggur sehingga menambah beban keluarga dan menyebabkan kriminalitas. Negara sulit maju dan terjerembap dalam jurang kemiskinan.
Membanjirnya TKA
Banyaknya pengangguran pada usia produktif merupakan tamparan keras bagi pemangku kebijakan negeri ini. Akan tetapi, alih-alih memperbaiki keadaan yang ada dengan menambah lapangan pekerjaan bagi anak bangsa, negara malah membuka lebar-lebar keran peluang kerja untuk tenaga kerja asing.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), sepanjang 2023 terdapat setidaknya 168 ribu tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia. Jumlah ini naik 50,66% dibandingkan tahun 2022 yang berjumlah 111 ribu orang. Mereka didominasi TKA dari Cina, yaitu sekitar 82.623 orang atau 49,18% dari total TKA yang tercatat tahun lalu.
Berawal dari keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI No. 228 Tahun 2019 tentang jabatan yang bisa diduduki oleh Tenaga Kerja Asing (TKA), yang membuat puluhan juta TKA dengan mudah masuk ke Indonesia. Akibatnya tenaga kerja Indonesia telah kehilangan kesempatan kerja di negerinya sendiri. Tak bisa dimungkiri, banyaknya TKA masuk ke Indonesia menjadi salah satu penyebab utama sulitnya mencari pekerjaan bagi rakyat, termasuk gen-Z.
Sistem kapitalisme yang diterapkan negeri ini adalah biang dari segala kerusakan yang ada. Sistem hidup yang lahir dari akidah sekularisme telah membatasi peran Tuhan dalam kehidupan manusia. Sistem ini menjadikan penguasa berlaku suka-suka hati dan menuruti hawa nafsu dalam mengambil kebijakan. Hasilnya, lahirlah pejabat-pejabat materialistis yang tak peduli dengan nasib rakyatnya. Penguasa ini begitu patuh kepada para pemilik modal, menghamba habis-habisan, bahkan mengorbankan bangsanya. Melonjaknya angka pengangguran saat ini disebabkan negara tidak menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, serta menyerahkan pengelolaan lapangan kerja kepada para kapitalis. Hal inilah yang menyebabkan hak rakyat untuk mendapatkan pekerjaan tidak terpenuhi.
https://narasipost.com/opini/03/2023/islam-solusi-pengangguran/
Banyaknya pengangguran adalah bukti nyata kebijakan yang tidak memihak rakyat. Pemerintah begitu tidak berdaya di hadapan investor dan seakan sengaja membiarkan rakyatnya menjadi pengangguran karena sulitnya mendapat pekerjaan. Sementara itu, TKA dibiarkan begitu mudahnya masuk ke dalam negeri mengeruk keuntungan. Jika alasannya karena tenaga kerja domestik kurang mempunyai keahlian, ini dikarenakan sistem pendidikan yang diterapkan negeri ini pun kurang berkualitas sehingga output SDM yang dihasilkan pun kurang mumpuni. Di samping itu, mahalnya biaya pendidikan menambah jumlah generasi yang tidak mampu meneruskan pendidikan. Bagaimana bisa mendapatkan SDM yang andal jika elemen penentunya minim fasilitas dan tidak berkualitas?
Islam Mengatasi Pengangguran di Kalangan Pemuda
Pemimpin adalah pihak yang bertanggung jawab mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sudah menjadi kewajiban penguasa mencari dan memberikan solusi bagi hajat hidup rakyatnya, termasuk masalah pekerjaan. Akan tetapi, selama negeri ini masih menerapkan sistem kapitalisme ini semua itu menjadi hal yang mustahil. Impian hidup sejahtera, makmur sentosa, hanya akan menjadi slogan semata. Untuk itulah, penting bagi setiap elemen masyarakat untuk mulai memikirkan beralih ke sistem hidup yang lain, dan sistem terbaik yang mampu memanusiakan manusia hanyalah sistem yang datang dari pencipta manusia itu sendiri, yaitu sistem Islam.
Islam adalah sebuah sistem kehidupan. Sistem Islam pernah diterapkan secara komprehensif dalam sebuah negara yang disebut Khilafah. Selama hampir 14 abad lamanya Khilafah Islam mampu menaungi wilayahnya seluas 2/3 dunia dalam kesejahteraan dan kemakmuran, sekaligus menjadi negara yang disegani negara-negara lainnya. Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang amanah akan mengambil kebijakan yang serius dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya, termasuk masalah lapangan kerja. Ini semua terwujud karena pemimpin Islam memahami peran yang diembannya yaitu sebagaimana sabda Rasulullah saw. dalam hadis riwayat Imam Bukhari no. 844, "Seorang imam atau kepala negara adalah pemelihara dan pengelola urusan rakyatnya.”
Khilafah sebagai penerap hukum-hukum Islam menjaga akidah rakyat agar menjadi hamba Allah yang bertakwa dan kredibel.
Negara Khilafah akan menerapkan beberapa kebijakan,
1. Pendidikan serta penanaman tsaqafah Islam ditanamkan sejak prabalig, termasuk pemahaman kewajiban bekerja bagi laki-laki sebagai jalan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan orang-orang yang ditanggungnya. Khilafah menyediakan pendidikan murah serta kurikulum islami bagi rakyatnya agar kelak menjadi bekalnya menjalani kehidupan.
2. Khilafah juga memberlakukan administrasi yang mudah dan antiribet bagi rakyatnya. Khilafah pun akan memberikan modal bagi masyarakat yang ingin membuka usaha dan mendampingi mereka hingga berhasil mandiri dan produktif.
3. Selain itu, untuk menanggulangi pengangguran, sektor riil seperti pertanian, kehutanan, kelautan, serta pertambangan akan dikembangkan secara optimal. Rakyat pun dibebaskan dari biaya transportasi karena infrastruktur dibangun oleh negara, bukan pihak swasta. Hal ini dilakukan semata-mata untuk meningkatkan laju ekonomi dan perdagangan sehingga taraf hidup rakyat pun meningkat.
Khatimah
Dengan demikian, angka pengangguran akan dapat diatasi secara menyeluruh. Potensi rakyat dapat dioptimalkan, tidak ada lagi laki-laki yang menganggur, apalagi bagi mereka yang mempunyai kewajiban memenuhi kebutuhan keluarganya. Potensi pemuda Islam sangatlah besar. Mereka adalah aset yang sangat berharga. Dengan mereka menganggur, sesungguhnya kita sedang mendulang musibah dan bahaya di masa depan karena mereka akan menjelma menjadi generasi lemah nan malas.
Bagaimana Islam akan menguasai dunia dan menjadi mercusuar peradaban sekali lagi, jika potensi besar ini tak diimbangi dengan penerapan sistem yang mumpuni? Untuk itu, hanya Khilafah yang menerapkan Islam secara kaffah yang mampu mewujudkannya. Sudah saatnya kita lebih serius dan mengerahkan segala energi dalam memperjuangkannya.
Wallahua'lam bishawab.[]
#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah
Nyesek ya, Gen Z yang harusnya berada pada masa produktif, tetapi kini malah banyak yang menganggur. Bisa-bisa harapan mencapai bonus demokrafi di tahun 2045 malah jadi petaka demografi.