Dengan sistem peringatan dini ini, kini mampu memberikan peringatan 20 detik sebelum gelombang mematikan menghantam pantai.
Oleh. Ummu Khaizuran
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Seorang ahli geofisika menyatakan bahwa tsunami, yang sering terjadi setelah gempa bumi di daerah pesisir, sebenarnya dapat diprediksi melalui analisis getaran. Hal ini bisa memberikan deteksi dini akan terjadinya tsunami dari getaran yang dihasilkan oleh gempa bumi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa kita ke titik di mana kita dapat memprediksi tsunami dalam hitungan detik. Dengan sistem peringatan dini ini, kini mampu memberikan peringatan 20 detik sebelum gelombang mematikan menghantam pantai.
20 Detik yang Sangat Berarti
Direktur Pacific Tsunami Museum, Cindi Preller mengatakan, jika kita merasakan gempa, hal pertama yang harus dilakukan adalah berlindung dan berpegangan. Siapa pun yang berada di tepi laut harus mulai menghitung sampai 20. Jika hitungan sudah mencapai 20 dan masih merasa getaran, maka kita harus mengungsi, karena dalam waktu 20 detik gempa itu diperkirakan berkekuatan 7 skala richter. Kita harus pergi ke tempat yang lebih tinggi pada saat itu juga. (www.cnnindonesia.com, 15-06-2024)
Benar, penemuan untuk memprediksi tsunami dalam waktu yang sangat singkat ini adalah pencapaian luar biasa yang dapat memberikan kesempatan berharga bagi orang-orang di daerah pantai untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Dengan adanya peringatan dini ini, baik dari hasil menghitung manual atau dari sensor yang dipasang di dasar laut, harapannya adalah dampak bencana alam bisa diminimalisasi. Namun, pertanyaan kembali muncul tentang apakah 20 detik tersebut cukup untuk mengambil tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa? Bagaimana kita memastikan bahwa peringatan 20 detik ini dirasakan atau ditangkap setiap individu di lokasi gempa dalam waktu yang tepat? Bagaimana jika ada perbedaan penghitungan dari setiap individu masyarakat atau keterlambatan menangkap gejala gempa tersebut sehingga memunculkan kerancuan saat menetapkan peringatan siaga bencana? Dan apakah masyarakat telah cukup terlatih untuk merespons dengan benar terhadap peringatan tersebut? Selain itu, ada juga pertanyaan tentang kesiapan mental dan fisik masyarakat dalam menghadapi bencana. Karena banyak orang mungkin tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika mereka mengetahui peringatan akan datangnya tsunami, atau mereka mungkin tidak memiliki akses ke rute evakuasi yang aman.
Jadi, meskipun 20 detik prediksi tsunami adalah langkah maju yang signifikan, namun yang tidak kalah penting adalah bagaimana membangun kesadaran masyarakat terhadap bencana dan juga kehadiran negara di saat bencana melanda rakyatnya.
Mitigasi Bencana, Tanggung Jawab Negara
Tidak ada yang bisa memprediksi secara pasti kapan terjadi gempa bumi dan tsunami, tapi negara bisa melakukan mitigasi bencana untuk menyelamatkan rakyatnya. Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana alam dan dampaknya terhadap masyarakat. Masyarakat harus dilengkapi dengan pengetahuan dan cara konkret yang diperlukan untuk merespons dengan cepat dan efektif terhadap peringatan bencana.
Kita bisa ambil contoh negara Jepang, yang sering menghadapi bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Jepang terdepan dalam mengembangkan sistem mitigasi bencana. Negara tersebut memiliki standar bangunan yang ketat untuk memastikan struktur dapat menahan gempa bumi. Sistem peringatan dini negara ini juga telah mengimplementasikan sistem yang lebih canggih untuk tsunami dan gempa bumi yang memberikan waktu bagi warga untuk mencari perlindungan. Selain itu edukasi masyarakat tentang pendidikan bencana alam di sana, telah dimulai sejak usia dini, dengan latihan dan simulasi bencana yang rutin dilakukan di sekolah dan tempat kerja.
Jepang juga terdepan dalam investasi infrastruktur seperti tembok laut, pintu air, dan hutan bakau untuk mengurangi dampak tsunami dan banjir. Tim respons bencana yang terlatih dan koordinasi yang efektif turut memudahkan mitigasi bencana yang dilakukan.
https://narasipost.com/opini/06/2024/upaya-manusia-mendeteksi-bencana/
Inilah mitigasi bencana yang dilakukan oleh negara Jepang dengan berbasis teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mengandung pemahaman khusus yang bersumber dari akidah tertentu. Sehingga, kita sebagai seorang muslim,tidak masalah jika mengambil pelajaran terkait ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut dari Jepang yang bukan negeri muslim.
Islam dan Mitigasi Bencana
Islam telah sempurna dan itu dijamin oleh Allah Swt. di dalam surah Al-Maidah ayat 3 yang artinya,
“Pada hari ini, orang-orang kafir telah putus asa terhadap agama kalian, maka janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini, Aku telah sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku kepada kalian, dan Aku telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian. Maka barang siapa terpaksa dalam keadaan lapar tanpa sengaja ingin berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Manifestasi kesempurnaan Islam telah ditunjukkan oleh tinta emas sejarah sejak masa Rasulullah saw. dan dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin serta khalifah-khalifah setelahnya. Sebut saja satu contoh, yakni pada masa Amirul Mukminin Umar bin Khattab, khalifah kedua dalam sejarah Islam. Amirul Mukminin Umar bin Khattab dikenal di antaranya karena kebijakan administratifnya yang bijaksana, termasuk dalam hal mitigasi bencana.
Berikut adalah beberapa langkah yang diambil selama kepemimpinannya:
- Sistem Distribusi Makanan: Umar bin Khattab mengembangkan sistem distribusi makanan untuk mencegah kelaparan selama masa paceklik dan kekeringan.
- Pembangunan Infrastruktur: Dia memerintahkan pembangunan kanal-kanal irigasi dan bendungan untuk mengelola sumber daya air dan mencegah banjir.
- Manajemen Keuangan: Baitulmal, lembaga keuangan negara, digunakan untuk membantu mereka yang terkena dampak bencana alam.
- Keadilan Sosial: Umar bin Khattab memastikan bahwa bantuan diberikan secara adil dan merata kepada semua yang membutuhkan, tanpa memandang status sosial.
- Kesiapsiagaan Militer: Pasukan militer tidak hanya digunakan untuk pertahanan tetapi juga untuk membantu dalam situasi bencana alam.
Langkah-langkah ini menunjukkan kehadiran negara dan penguasanya yang proaktif dan komprehensif dalam menghadapi bencana alam selama masa pemerintahannya. Sekali lagi, inilah kesempurnaan Islam tentang mitigasi bencana, yang layak untuk dijadikan alternatif mitigasi bencana di era modern hari ini. Islam pun akan semakin melejit kegemilangannya, jika diterapkan dalam bentuk negara dan menjadi ujung tombak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada hari ini. []