Efek melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar jelas akan menyasar berbagai aspek. Terlebih jika negara punya utang, maka bunganya otomatis bertambah.
Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tengah terjadi saat ini, dikhawatirkan oleh para pengamat ekonomi akan bisa menimbulkan efek berantai pada keadaan ekonomi di negeri ini. Krisis ekonomi yang tengah dirasakan oleh sebagian besar masyarakat, akan makin bertambah ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar makin melemah. Pelemahan rupiah yang makin kuat disebabkan oleh banyak faktor yang memengaruhinya.
Dilansir dari Bisnis.com 19 Mei 2024, nilai tukar rupiah yang makin melemah akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen, seperti Rapat Dewan Gubernur (RDG), RDG Bank Indonesia, hingga pernyataan Bank Sentral Amerika Serikat. Sementara itu indeks mata uang negeri Dolar terpantau menguat 0,16% di posisi 104.63.
Hal ini juga sedang dialami oleh sejumlah negara di Asia. Sederet mata uang kawasan Asia lainnya juga terpantau melemah terhadap dolar AS pada Rabu, 22-5-2024. (Republika 22-5)
Efek Melemahnya Nilai Tukar Rupiah
Efek dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar jelas akan menyasar berbagai aspek yang lain. Terlebih jika negara punya utang, maka bunga utang yang harus dibayar juga otomatis bertambah.
Jika pelemahan nilai tukar rupiah terus terjadi, maka harga barang impor akan makin tinggi. Sebagaimana diketahui bahan baku industri dalam negeri di antaranya berasal dari impor. Selain itu naiknya harga produksi akan terjadi, akibatnya berbagai harga kebutuhan rumah tangga juga akan mengalami kenaikan. Hal ini bisa menimbulkan turunnya daya beli masyarakat.
Harusnya masyarakat menyadari jika ini merupakan sebuah ketergantungannya pada dolar sebagai mata uang dunia. Kondisi ini terjadi karena saat ini dunia secara keseluruhan di bawah imperialisme AS.
Di sisi lain penggunaan uang kertas (fiat money) sebagai alat pembayaran yang sah sebenarnya sangat rentan terhadap inflasi. Karena uang kertas tidak mengharuskan adanya cadangan fisik seperti adanya emas dan perak. Sehingga uang kertas nilainya akan cenderung makin menurun. Sebagaimana rupiah saat ini.
Sebagai perbandingan, ketika kurs dolar pada tahun 1998 adalah berkisar antara Rp16.000, waktu itu harga emas dan harga beras jelas sudah tidak sama lagi dengan sekarang. Meskipun kisaran kurs dolar AS hampir sama.
Membangun Ekonomi Riil
Ekonomi yang baik adalah ekonomi yang disandarkan pada sektor riil. Ekonomi ini mempunyai ciri uang dalam produksi barang dan jasa berjalan balance atau seimbang.
Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang cenderung berbasis pada ekonomi tidak riil sangat rentan terjadi fluktuasi dan krisis ekonomi. Hal ini wajar karena uang tidak beredar sebagaimana mestinya. Peredaran uang hanya beredar pada bisnis nonriil, yang tidak tampak oleh mata, sehingga wajar jika sistem ekonomi kapitalis sangat rawan terhadap krisis.
Sistem ekonomi Islam akan melarang setiap transaksi nonriil yang berbasis riba dan spekulasi. Negara akan mendorong penciptaan ekonomi yang sehat dengan menggerakkan sektor riil. Misalnya memperbanyak sektor industri dan usaha baik dalam bentuk barang dan jasa yang jelas dan tidak bertentangan dengan hukum syariat.
Negara harus memastikan bahwa uang yang beredar di masyarakat tidak ada halangan yang menghambat laju ekonomi barang dan jasa. Negara akan memastikan bahwa uang harus terdistribusi dengan baik. Oleh karena itu masalah pengaturan distribusi kekayaan menjadi salah satu kunci utama menyelesaikan masalah ekonomi.
Dengan ekonomi yang berdaulat maka akan membentuk kemandirian suatu bangsa. Dalam konteks ini kedaulatan ekonomi yang dimaksud adalah mewujudkan perekonomian yang mandiri dan jauh dari intervensi dan ketergantungan terhadap asing. Termasuk bergantung kepada nilai tukar pada mata uang asing.
Stabilitas Keuangan dalam Sistem Islam
Islam menetapkan sistem mata uang berbasis emas. Sistem ini lebih stabil dan adil sehingga secara ekonomi akan aman dibanding uang kertas. Sistem mata uang emas ada kesamaan antara nilai intrinsik dan nominal yang membuat mata uang emas sulit untuk dimonopoli oleh suatu negara tertentu.
Sebaliknya dalam penggunaan mata uang kertas ada fluktuasi dan ketidakstabilan dengan sistem riba (bunga). Inilah yang membedakan dengan uang emas sebagai standar keuangan. Maka dari itu tidak heran jika para pakar ekonomi Barat juga mengakui kehebatan mata uang yang berbasis emas dan perak ini.
Bahkan Barat mengakui bahwa emas adalah satu-satunya jaminan nyata terhadap akses keuangan yang masih dirasakan Barat. Karena faktanya ketika nilai tukar dolar anjlok akan tetapi harga emas masih terus naik.
Sejarah juga telah membuktikan bahwa mata uang emas bisa menjelma menjadi mata uang yang sangat stabil dibanding dengan mata uang kertas (fiat money) manapun. Sistem keuangan yang nyata (riil) ini akan menciptakan kestabilan. Sehingga lebih mudah untuk memunculkan keadilan distribusi, dan menyejahterakan ekonomi umat.
Sebagai contoh, harga seekor kambing pada zaman Nabi adalah berkisar 1 dinar sampai 2 dinar. Hingga saat ini setelah 1400 tahun berlalu, harga seekor kambing tetap berkisar antara 1 sampai 2 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas)
Karena Islam telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk melakukan pertukaran dengan mempergunakan apa saja yang ia inginkan selama masih dalam ketentuan hukum syariat. Islam telah menetapkan bagi kaum muslim menggunakan pertukaran jenis tertentu yaitu emas dan perak. Dengan sistem mata uang emas, menjadikan ekonomi negara dan rakyat akan stabil dan membuat rakyat hidup tenang.
Ditopang dengan optimalisasi semua potensi sumber pendapatan negara, Islam mempunyai sumber-sumber ekonomi yang sangat luas. Di antaranya dari sumber daya alam, sektor perdagangan, pertanian, kepemilikan umum, dan lain sebagainya. Hal ini sangat berbeda dengan sistem kapitalis sekuler yang hanya berpatokan pemasukan dari pajak. Karena Islam memandang jika potensi sumber sumber ekonomi dikelola dengan baik oleh negara, maka pemasukan yang diperoleh juga akan sangat besar. Pendapatan ini akan dikumpulkan di baitulmal, untuk dikelola dan didistribusikan demi keberlangsungan dan kemaslahatan seluruh rakyat.
https://narasipost.com/opini/04/2024/rupiah-kembali-melemah-islam-solusinya/
Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw., negara yang mampu melakukan tanggung jawabnya dalam pengurusan rakyat ialah hanya institusi negara yang kuat dan berdaulat. Berdasarkan catatan sejarah, hanya institusi Khilafah yang mampu menerapkan sistem ekonomi Islam secara kaffah. Karena sejatinya Allah telah memperingatkan dalam surah Al-Maidah ayat 48 yang artinya:
“Putuskanlah perkara mereka menurut wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.”
Wallahu’alam bishawab []
Standar mata uang kertas selalu fluktuaktif dari masa ke masa yang juga akan terus memicu terjadinya inflasi. Jadi kalau dunia mau lepas dari bayang-bayang inflasi, maka harusnya beralih ke sistem mata uang dinar dan dirham.
Kata penjajah, kamu boleh meyatakan merdeka, tetapi nikai tukarmu jangan menggnakan emas, pakai kertas saja. Itulah tipu musihat penjajah.
Barakallah Mbak..
Berulang kejadian ini, merugi berkali-kali. Tetapi tidak menyadarkan umat Islam betapa negara barat khususnya AS zalimkepada negara-negara muslim. Dalihnya semua negara terdampak. Masa mau begini terus? Sementara efeknya berantai. Barokallohu fiik, mba. Tulisannya mbrudul
Bener mbak....uang kertas rawan inflasi. Dan membuat rugi yang menyimpannya. Saatnya kembali ke dinar dirham