Selama negeri ini dan dunia masih menerapkan kapitalisme, selama itu pula kesejahteraan yang didamba kaum buruh hanya akan menjadi ilusi.
Oleh. Amnina el Humaira
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap tanggal 1 Mei kembali digelar tahun ini. Di dalam negeri, aksi May Day 2024 digelar secara serentak di beberapa kota industri di seluruh Indonesia. Antara Iain Jakarta, Serang, Semarang, Surabaya, Bandung, Batam, Banjarmasin, Makassar,
Mimika, Ternate, dan lainnya. Total sebanyak 200.000 buruh dari seluruh penjuru Indonesia diperkirakan bakal turun ke jalan melakukan aksi unjuk rasa. Dengan aksi-aksi ini, mungkin tuntutan kesejahteraan buruh akan dipenuhi oleh penguasa?
Refleksi May Day 2024 kali ini mengusung tema "Social Justice and Decent Work for All" atau Keadilan Sosial dan Pekerjaan yang Layak untuk Semua. Tidak mengherankan, tema tersebut diangkat di tengah berbagai kemelut yang mendera kaum buruh. Mulai dari upah rendah, jam kerja yang tidak wajar hingga maraknya PHK dan sulitnya mengakses lapangan pekerjaan yang tak ayal membuat buruh tidak sejahtera dan bahkan nasibnya kian terpuruk.
Berdasarkan laporan ILO tentang Tren Ketenagakerjaan dan Sosial 2024, terdapat dua isu utama yang menjadi sorotan. Pertama, tingkat pengangguran global yang tinggi. Pada tahun ini, tercatat lebih dari 200 juta orang yang masih menganggur. Kedua, kesenjangan sosial yang kian lebar. Adanya ketimpangan antara golongan kaya dan miskin yang kian parah. Satu persen populasi terkaya dunia mampu menguasai lebih dari setengah kekayaan global. (Tirto.id, 26-4-2024)
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebutkan, ada dua isu utama yang diusung pada aksi May Day 2024, yaitu Cabut Omnibus Law UU Cipta Kerja dan HOSTUM: Hapus Outsourcing, Tolak Upah Murah.
Namun ironis, meski setiap tahun Hari Buruh diperingati oleh masyarakat internasional, nasib buruh di berbagai penjuru dunia justru makin memprihatinkan. Kesejahteraan yang didamba jauh panggang dari api.
Benarkah mustahil sejahtera dalam sistem kapitalisme?
Kegagalan Kapitalisme
Sejatinya, problematika kesejahteraan yang membelit buruh tidak akan pernah ada habisnya selama negeri ini masih mengadopsi sistem kapitalisme yang memandang buruh hanya sebatas faktor produksi. Pandangan ini mendorong perusahaan menekan biaya produksi sekecil mungkin dan memberi upah rendah serta memperlama waktu kerja buruh demi meraup laba yang besar.
Akibatnya, nasib buruh terus berkubang dalam ketidakberdayaan. Mereka dipaksa bekerja dengan beban yang berat, sedangkan besaran gaji yang diperoleh tidak menjamin kesejahteraan. Adapun pilihan untuk resign dari pekerjaan ibarat buah simalakama di tengah besarnya kebutuhan hidup di sistem kapitalisme hari ini. Sementara itu, untuk mendapatkan pekerjaan baru pun tak kalah sulitnya, mengingat tingginya gelombang PHK yang bisa menjerat siapa pun tanpa pandang bulu.
https://narasipost.com/opini/05/2022/tuntutan-hidup-sejahtera-antara-harapan-dan-kenyataan/
Selama negeri ini dan dunia masih menerapkan sistem korup kapitalisme, selama itu pula kesejahteraan yang didamba kaum buruh hanya akan menjadi ilusi. Ketimpangan ekonomi yang begitu dalam antara golongan kaya dan miskin adalah salah satu bukti nyata kegagalan sistem kapitalisme global menyejahterakan buruh. Justru sebaliknya, sistem ini telah berhasil melahirkan para cukong kapitalis berwatak bengis yang hanya memikirkan cuan besar demi memuaskan ambisi kepemilikan.
Di sisi lain, negara yang diharapkan kehadirannya memberikan jaminan kesejahteraan justru berlepas tangan dan hanya mencukupkan diri berperan sebagai regulator. Berbagai regulasi pun dibuat negara untuk memuluskan kepentingan para kapitalis. Semua ini menyingkap wajah buruk kapitalisme sekaligus mengungkap persekongkolan jahat antara penguasa dan pengusaha untuk meraup keuntungan besar dengan mengorbankan kepentingan buruh. Buruh seolah-olah tidak berhak untuk sejahtera.
Sejahtera dalam Naungan Islam
Dalam Islam, buruh dipandang sebagai bagian dari rakyat yang wajib di-riayah oleh negara. Negara bertanggung jawab memastikan kesejahteraan setiap warga negara dengan pemenuhan kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan yang layak. Negara juga akan melakukan fungsi pengawasan untuk memastikan bahwa tidak ada individu rakyat yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya.
Pemenuhan kebutuhan dasar rakyat oleh negara dilakukan melalui dua mekanisme. Pertama negara akan menyediakan layanan kesehatan, keamanan, dan pendidikan secara gratis sehingga rakyat bisa dengan mudah mengaksesnya tanpa perlu mengeluarkan biaya. Kedua, negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi rakyat laki-laki dewasa untuk bekerja memenuhi nafkah keluarga. Lapangan kerja tersebut bisa berupa kesempatan membuka usaha, bisnis, perdagangan, jasa, industri, pertanian, maupun bekerja menjadi buruh dengan upah yang layak.
Adapun upah akad kerja dalam Islam ditentukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Sedangkan standar gaji ditentukan oleh para ahli berdasarkan manfaat yang diberikan oleh pekerja, jenis pekerjaan, durasi bekerja hingga pertimbangan risiko kerja. Dengan mekanisme demikian, dipastikan semua pihak merasa senang dan saling menguntungkan. Buruh senang karena memperoleh upah yang layak, perusahaan pun senang karena mendapatkan manfaat sesuai yang diharapkan dari karyawan.
Islam mengatur perburuhan dengan sempurna dan detail. Setiap buruh diperlakukan secara manusiawi, bukan seperti perbudakan. Buruh adalah pekerja yang memiliki kedudukan setara dengan pemberi kerja. Mereka akan diberi upah sesuai keahliannya dan kesepakatan di awal. Rasulullah saw. bersabda, “Berikanlah upah kepada pekerja kalian sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah dan Ath-Thabrani)
Alhasil, keadilan sosial dan pekerjaan yang layak untuk semua hanya akan terwujud dalam sistem Islam. Negara bertanggung jawab penuh atas terjaminnya hak hidup seluruh warga negara. Jika Islam dengan sistemnya yang paripurna telah terbukti mampu mewujudkan kesejahteraan sepanjang sejarah peradabannya yang gemilang, lantas kenapa masih berharap pada sistem kapitalisme? Wallahua'lam bishawab. []
Miris ya melihat nasib buruh saat ini. Buruh seolah dipandang sebagai kelas bawah hingga kesejahteraannya kurang diperhatikan.
Sejahtera hanya dalm naungan Islam. Allahu Akbar!