Rasulullah telah memberikan contoh cara mendidik anak. Sehingga lahirlah generasi penerus yang tangguh dan berdedikasi tinggi. Bukan remaja dengan kasus penuh catatan kriminalitas.
Oleh. Irma Hidayati, S.Pd
(Kontributor NarasiPost.Com & Pegiat Literasi)
NarasiPost.Com-Miris, melihat maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh pelajar. Banyak kasus kejahatan dan kekerasan seksual yang menimpa anak di bawah umur. Kita selalu diberi suguhan berita terbaru terkait perilaku di luar nalar. Meningkatnya jumlah kriminalitas oleh pelajar merupakan gambaran output sistem pendidikan saat ini.
Sungguh memprihatinkan beberapa remaja melakukan aksi kriminalitas di Jambi. Mereka tega membunuh AH (13), santri Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi. Pelaku adalah seniornya di pondok tersebut.
Kombes Pol Andri Ananta Yudhistira menyatakan bahwa penyidik Polres Tebo sedang memeriksa tiga orang anak yang berhadapan dengan hukum. Statusnya akan meningkat dari saksi menjadi tersangka, lanjut Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jambi tersebut. MetroJambi.com, 24 April 2024.
Kasus lain di Sukabumi, Jawa Barat, seorang pelajar SMP (14 tahun) tega melakukan sodomi dan pembunuhan kepada seorang bocah laki-laki berinisial MA (6 tahun). Ternyata kasus yang sama banyak terungkap di daerah lainnya. (Antara. 2 Mei 2024)
Fenomena kasus anak terlibat kriminalitas yang terus meningkat, seharusnya menjadikan lonceng bahaya bagi orang tua, masyarakat, dan negara. Kenapa pelaku kejahatan semakin muda usianya? Apa faktor penyebab terjadinya tindak kriminal ini?
Keluarga Fondasi Utama
Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya. Ayah adalah pemimpin dalam keluarga. Seorang ayah bekerja membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Begitu juga fungsi ibu adalah pengatur rumah tangga dan pendidik putra putrinya. Namun, kehidupan keras dan kebutuhan semakin tinggi menjadikan orang tua meninggalkan perannya sehingga anak-anak kurang kasih sayang.
Ayah harus fokus bagaimana bisa mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Karena di tengah arus liberalisme mengharuskan kreatif dalam ekonomi. Padahal sosok ayah dibutuhkan dalam mengasuh buah hatinya. Tidak cukup materi saja namun perhatian dan kepedulian terhadap psikologis anak sangatlah dibutuhkan. Karena desakan ekonomi menjadikan mereka lalai mendampingi putra-putrinya.
Begitu juga dengan fungsi ibu mulai tercerabut dari fitrahnya. Desakan kebutuhan memaksanya untuk keluar bekerja, sehingga meninggalkan tugas utamanya sebagai pendidik anak. Ibu hanya fokus memenuhi materi keluarga.
Jika anak diberikan materi semata, maka akan lahir generasi yang orientasi hidupnya juga materi. Tanpa diajarkan nilai agama sejak dini maka anak akan terdidik oleh lingkungannya. Mereka masih rapuh pemahamannya sehingga mudah terwarnai oleh lingkungan di sekitarnya.
Selain itu maraknya kasus perceraian dalam rumah tangga juga memicu anak broken home. Mereka haus belaian dari orang tua. Biasanya mereka akan mencari perhatiannya dengan berperilaku menyimpang sebagai pelampiasannya. Tidak semua anak korban perceraian bermasalah, tapi kebanyakan mereka berulah demi mendapatkan perhatian orang tuanya.
https://narasipost.com/opini/09/2022/tindakan-kriminalitas-menodai-keamanan-negara/
Minimnya literasi orang tua terkait pola asuh dan tumbuh kembang anak juga menjadi penyebab kerusakan generasi. Mereka menjadi generasi tidak mandiri, minim tsaqofah Islam. Dikarenakan pendidikan Islam jarang diajarkan dan menyebabkan mereka jauh dari akhlak mulia. Bagaimanapun, ini imbas dari kehidupan sekuler yang secara langsung mewarnai keseharian kita. Kebahagiaan bisa terwujud jika memiliki banyak materi. Tak ayal para orang tua fokusnya pada materi. Sedangkan nilai agama tidak dibawa ketika mengasuh generasi muda. Sehingga banyak problem terkait generasi bermasalah dengan hukum akibat paparan lingkungan yang salah.
Jadi ketika sistem peraturan masih menggunakan sistem sekuler, maka berbagai tindak kejahatan akan berlanjut terus. Di karenakan sistem pendidikan yang ada berorientasi materi semata, serta minimnya pembentukan akidah yang benar.
Kriminalitas Dapat Dicegah dengan Islam
Dalam Islam terdapat cara mendidik anak sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Sunah nabi Muhammad saw. Bagaimana Rasulullah telah mencontohkan pengasuhan anak kecil sampai balig. Beliau mengajarkan akhlak sekaligus sebagai teladan. Penanaman akidah yang benar dan kuat menjadi kunci keberhasilan pendidikan pertama di usia dini. Kemudian pengenalan terhadap pendidikan Islam melalui pembiasaan sehari-hari oleh orang tua.
Rasulullah sebagai nabi dan kepala negara telah memberikan contoh kepada para sahabat cara mendidik anak. Sehingga lahirlah generasi penerus yang tangguh dan berdedikasi tinggi. Bukan remaja dengan kasus penuh catatan kriminalitas. Sejarah mencatat bahwa peradaban Islam mampu mencetak pribadi berkepribadian Islam yang andal dan mumpuni.
Para cendekiawan muslim menghasilkan karya-karya yang menjadi rujukan umat di dunia. Ini menandakan bahwa negara yang wajib melaksanakan pendidikan berbasis Islam. Negara juga wajib memberikan fasilitas pendidikan berkualitas tinggi dan gratis. Sehingga semua masyarakat bisa mengakses layanan pendidikan islami. Hingga terwujud sebuah peradaban Islam yang maju. Masa kegemilangan Islam berdiri kokoh selama lebih dari 13 abad mewujudkan generasi cerdas, beriman, dan bertakwa.
Sistem Pendidikan Islam
Akidah Islam menjadi asas kurikulum di sekolah-sekolah. Tujuan kurikulum berbasis akidah Islam adalah menciptakan generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai Islam. Kurikulum setiap jenjang pendidikan sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak. Di tingkat usia dini, ditanamkan cinta Allah, cinta Nabi, cinta Al-Qur'an dan sunah. Sejak dini diberikan kemampuan membaca Al-Qur'an sampai menghafalkannya. Dilanjutkan dengan pembelajaran tsaqofah Islam setingkat dasar, menengah, dan atas. Sampai pada tingkat tinggi pembelajaran tentang perbandingan dengan tsaqofah asing.
Selain kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan lengkap, tenaga guru profesional akan tercipta kesatuan terbaik dalam pendidikan. Mampu menciptakan generasi brilian dalam iman dan takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian negara memberikan pendidikan gratis yang bisa dinikmati seluruh anak di penjuru negeri. Masalah biaya hidup pun dipenuhi negara, sehingga kebutuhan dasar manusia tercukupi. Para orang tua akan fokus menjalankan fungsinya tanpa pusing memikirkan kebutuhan sehari-hari.
Negara juga menerapkan sistem sosial kemasyarakatan berasaskan Islam. Di antaranya pergaulan antara laki-laki dan perempuan dipisah. Sehingga dalam pendidikan tidak terjadi pergaulan bebas. Kondisi di kelas diberi pembatas antara siswa dengan siswinya. Bagi siswi diwajibkan untuk menutup aurat. Siswa diwajibkan menundukkan pandangannya. Sehingga tidak ada interaksi yang mengantarkan mereka kepada perzinaan.
Terakhir negara tegas dalam mendidik lembaga media baik elektronik dan sosial terkait informasi yang disampaikan. Dengan menyaring konten dan tayangan yang melanggar agama dan membahayakan bagi perkembangan generasi. Misalnya konten dewasa, tontonan berbau liberal, film penyeru kemaksiatan, dan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelanggaran terhadap hukum Islam.
Semua itu hanya bisa diterapkan dalam sebuah institusi sebuah negara yang berbasis akidah Islam, yang menjadikan Islam sebagai asasnya. Bukan negara sekuler demokrasi. Dengan begitu kriminalitas akan dapat dicegah. Maka sudah saatnya kita mewujudkannya.
Wallahualam. []
Sistem pendidikan islam menghasilkan generasi cemerlang