Sistem pendidikan hari ini berkontribusi besar pada pembajakan potensi pemuda. Kooptasi SDM mudah dilakukan karena hilangnya visi politik.
Oleh. Adinda Putri Iffatuz Zahroh
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar" merupakan tema yang diusung pada Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2024. Dalam pidato yang disampaikan Mendikbudristek, pendidikan di Indonesia dalam lima tahun terakhir telah melewati berbagai tantangan perubahan menuju perbaikan dan kemajuan.
Pada awal masa pandemi tahun 2019, untuk mendukung pemulihan dan melanjutkan pembelajaran, diluncurkan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Saat ini Merdeka Belajar memasuki episode ke-26 yang telah diimplementasikan oleh sebanyak 153.621 sekolah atau 66,26% (Medcom.id, 24/7/2023).
Terkait pelaksanaannya, satuan pendidikan dapat mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara bertahap sesuai kesiapan masing-masing. Ada tiga pilihan yang dapat diputuskan satuan pendidikan, yaitu:
1. Menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum yang sedang diterapkan.
2. Menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang ada.
3. Menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.
Kurikulum Merdeka diadopsi dari penyederhanaan kurikulum pada masa pandemi (yakni Kurikulum Darurat). Penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum darurat efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi.
Saat ini terdapat 8 program Kampus Merdeka, yakni: (1) kampus mengajar, (2) magang MSIB, (3) study independent, (4) pertukaran mahasiswa merdeka, (5) wirausaha merdeka, (6) Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), (7) praktisi mengajar, dan (8) magang mandiri.
Melalui program-program ini terdapat konsep triplehelix (Academy-Business-Government). Triplehelix merupakan konsep kolaborasi kerja sama sinergitas antara pemerintah, universitas, dan industri. Konsep kolaborasi ini merupakan langkah strategis dalam mewujudkan inovasi. Kini konsepnya telah mengalami perkembangan menjadi pentahelix (Academy-Business-Community-Government-Media). Pentahelix merupakan perluasan dari strategi triplehelix dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat maupun lembaga-lembaga swasta dengan menggandeng publikasi media dalam rangka mengembangkan inovasi.
Perdagangan Pendidikan
Kurikulum Merdeka akan segera disahkan oleh Mendikbudristek sebagai Kurikulum Nasional (Kurnas). Namun, tidak semua pihak setuju, seperti organisasi nirlaba Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik). Direktur Eksekutif Bajik, Puti mengatakan bahwa sampai saat ini Kurikulum Merdeka belum ada naskah akademiknya. Tanpa adanya naskah akademik, sulit untuk memahami apa yang menjadi dasar pemikiran dari Kurikulum Merdeka.
Filosofi pendidikan dan kerangka konseptual harus ada dalam naskah akademik. Ini karena ketika awal Kurikulum Merdeka diluncurkan, bagian-bagian paling esensial itu belum dibuat, yakni, filosofi, prinsip-prinsip dasar kurikulum, dan kerangka kurikulum. Oleh karena itu, Kurikulum Merdeka harus dievaluasi secara menyeluruh sebelum diresmikan menjadi kurikulum nasional. (Detik.com, 26/2/2024).
Satuan pendidikan merupakan tempat yang sangat krusial dalam mendidik manusia karena kurikulum yang digunakan akan memengaruhi jalannya perkembangan dan kemajuan peradaban suatu negara. Sejak runtuhnya Kekhilafahan pada tahun 1924, dunia saat ini dalam kepemimpinan peradaban kapitalisme. Segala sesuatu dapat diperjualbelikan untuk mendapatkan untung yang sebanyak-banyaknya.
Indonesia telah bergabung di World Trade Organization (WTO) pada 1 Januari 1995 sehingga seluruh perjanjian perdagangan dapat diperjualbelikan sektor barang dan jasanya. Dalam dokumen general agreement-nya, pelayanan pendidikan adalah satu bagian perdagangan jasa yang diatur dalam GATS (The General Agreement on Trade in Services).
Dalam sejarahnya, muncul konsep Knowledge Economy di dunia pendidikan, yakni sistem ekonomi berdasarkan kemajuan sains dan teknologi untuk meningkatkan barang dan jasa suatu negara. Oleh karenanya, negara saat ini lepas tangan di dunia pendidikan dan mengarahkan pada pemenuhan kebutuhan industri.
Kini, kurikulum MBKM tidak terlepas dari mengejar materi dengan nilai tertinggi untuk pemenuhan standar kompetensi industri. Dengan demikian, seluruh jiwa dan raga pemuda muslim terfokuskan untuk mengejar duniawi hingga lupa jati dirinya yang berpotensi besar dalam berpolitik ideologis untuk kesejahteraan masyarakat.
Pembajakan Potensi Pemuda
Sistem pendidikan hari ini berkontribusi besar pada proses pembajakan potensi pemuda. Kooptasi sumber daya manusia mudah dilakukan karena hilangnya visi politik negara-negara di dunia Islam dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk Indonesia.
https://narasipost.com/opini/08/2023/membaca-arah-kurikulum-merdeka-di-tingkat-sma/
Apalagi ketika pendidikan sudah ditetapkan sebagai bidang usaha terbuka dari modal asing, kooptasi SDM oleh asing sangat mudah dilakukan dengan membaratkan hati dan pikiran pemuda muslim, menjanjikan masa depan bagi penelitian mereka, serta menanamkan ideologi sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Akibatnya, terbentuk jiwa yang terpisahkan dari aspek spiritual dan terbentuklah jiwa pragmatis, rapuh, dan bergaya hidup ala kapitalis yang hedonis. Akhlak mereka jauh dari tuntunan Islam.
Pemuda pun gagal menyelesaikan masalah pribadi mereka, apalagi masalah umat. Pemuda tidak siap menjadi sosok utuh sehingga problematika umat makin menumpuk seiring meningkatnya kuantitas intelektual. Banyaknya ilmu Barat dijadikan untuk membodohi atau menyesatkan umat, serta banyaknya harta yang dimiliki individu saat ini tidak untuk ketaatan kepada Allah. Sebaliknya, malah mengantarkan pada kesengsaraan dunia akhirat. Jelas bahwa realitas generasi muda muslim hari ini tidak memiliki profil ideal pemuda muslim sebagaimana dalam sistem Islam.
Pendidikan dalam Islam
Tujuan pendidikan dalam sistem Islam bukan didikte oleh kebutuhan industri atau sekadar mencetak pekerja dan usahawan. Ada beberapa tujuan pendidikan dalam Islam:
Pertama, memperdalam dan mengkristalkan kepribadian islami.
Kedua, menghasilkan ahli dan spesialis di semua bidang kehidupan untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat.
Ketiga, mempersiapkan tenaga ahli yang diperlukan untuk mengatur urusan masyarakat.
Jadi, harapan untuk maju dalam teknologi, berhasil dalam wirausaha, sekaligus menyejahterakan masyarakat hanya akan tercapai dengan penerapan syariat Islam oleh negara di segala aspek kehidupan, termasuk kurikulum pendidikan. Dengan demikian, akan tercetak lulusan yang bertakwa dan terikat syariat Islam dalam bekerja dan berwirausaha.
Negara menyediakan pendidikan gratis berkualitas dan kesempatan mengembangkan diri seluas-luasnya di berbagai bidang. Bukti nyata masa penerapan Islam adalah banyaknya karakter ilmuwan, negarawan, sekaligus wirausahawan. Islam memandang kehidupan sebagai ibadah sehingga segala aktivitas tidak lepas sedikit pun dari syariat Islam.
Negara memberikan reward besar kepada para penulis buku dan penemu teknologi. Inovasi teknologi berlangsung sangat pesat pada masa keemasan Islam karena dikelola oleh negara Islam untuk kesejahteraan masyarakat, bukan dikomersialkan sebagai "tambang" uang bagi para pemangku kebijakan seperti saat ini. Sudah saatnya kembali pada sistem Islam kaffah yang disebut Khilafah yang dipimpin khalifah yang akan mewujudkan kemaslahatan umat di seluruh dunia. Wallahua'lam bishawab. []
#MerakiLiterasiBatch1
#NarasiPost.Com
#MediaDakwah
Kurikulum di Indonesia itu bikin pusing tak hanya anak didik. Tapi sak gurune. Guru dibebani tugas adminolistrasi yang bejibun sehingga mau benar2 kosentrasi ngajar itu masyaallah...susahnya. butuh effort tinggi
Faktanya kurikulum yang ada memang hanya memenuhi kebutuhan pasar global. Jauh sekali dari tujuan kurikulum pendidikan dalam sistem Islam.
Judulnya kurikulum merdeka namun implementasinya malah membuat guru & peserta didik terbajak oleh kebijakan yang tidak jelas arahnya. Padahal gelontoran dana sudah triliunan.